PLAK! 1 tamparan mendarat di pipi. Pemuda dengan rambut spyke pink meringis pelan merasakan sedikit perih di pipi kanannya. Sepasang mata biru muda jernih menatapnya nyalang penuh amarah.

"Natsu! Kenapa kau berdekatan dengannya seperti ini?!" layar ponsel dihadapkan tepat di muka, dengan foto terpampang jelas di layar. Di foto itu terlihat dirinya tengah merangkul mesra 2 orang gadis sekaligus.

Pemuda bernama lengkap Natsu Dragneel itu hanya memandang datar gadis berambut pirang pucat di hadapannya.

"Hah? Memangnya kenapa? Kau merasa bermasalah dengan hal itu Jenny?"

"Ta-tapi bukannya kau mencintaiku?" kedua iris biru Jenny mulai berkaca-kaca.

"Aku tidak merasa pernah mengatakannya," jawaban singkat Natsu menghantam telak hatinya. Yang entah mengapa, masih sedikit menyimpan harapan.

"Kau memang tidak pernah mengatakannya, tapi sikapmu padaku─"

"Sikapku memang seperti ini, jadi jangan salah paham, hanya ini yang ingin kau bicarakan? Kau membuang waktuku," malas mendengar ocehan Jenny, Natsu memotong perkataannya.

"N-Natsu! Tunggu! Hiks," Natsu menulikan pendengaran dari isakan di belakangnya, ia melenggang cuek meninggalkan Jenny sendiri di taman belakang sekolah tanpa rasa bersalah.


Fairy Tail © Mashima Hiro

But this story is Mine

Rated : T

Genre : Romance, Friendship

WARNING! : OOC, OOT, typo(s), Highschool!AU, dll;


Natsu Dragneel. Siapa yang tidak mengenal pemuda ini? Dengan tampang rupawan, harta berlimpah, jago olahraga pula, mustahil ia tidak dikenali. Rambut spyke sewarna bunga sakura, sepasang iris mata onyx yang tajam, dan juga syal putih kotak-kotak sudah merupakan ciri khasnya. Ia disukai hampir semua kaum hawa di sekolah.

Sifatnya ramah, polos, perhatian, dan agak kekanakan tapi bisa bersikap romantis di saat yang tepat, meski semua itu menutupi sifat aslinya. Karena dibalik itu semua, Natsu di-cap sebagai playboy nomer 2 di sekolah, setelah orang bernama Loke. Dengan otak liciknya, ia telah berhasil mematahkan hati banyak perempuan. Yang membuat aneh, Natsu tetap digilai.

Yah, tapi dia belum pernah berpacaran. Dekat dengan perempuan pun hanya sebatas sampai pegangan tangan atau rangkulan, tidak lebih. Alasannya? Natsu bilang sih ia tidak mau punya mantan. Itu saja, tidak ada alasan khusus. Oh! Ada alasan lain yang pernah dikatakan olehnya.

"Biar tidak mendapat gelar playboy," begitu katanya. Alasan yang semakin tidak jelas saja. Padahal gelar playboy sudah ada padanya, peringkat 2 pula.

Natsu melangkah santai memasuki gedung sekolah Yousei High School. Sesekali pipinya yang me-merah bekas tamparan sebelumnya diusap.

"Sial, tamparan perempuan itu ternyata sakit sekali, kekuatan dari mana sih," gerutu Natsu.

"Hoo~Tamparan manis di pagi hari flame-head?" sapaan─atau lebih tepatnya ejekan─terdengar begitu Natsu memasuki kelas 2-4, sapaan dari frienemy-nya Gray Fullbuster.

"Urusai ice-boxer, jangan menambah buruk pagiku," sahut Natsu jutek.

"Ck, salahmu sendiri hobi mematahkan hati perempuan, memangnya kau tidak bisa berhenti ya?" tanya Gray.

"Berhenti? Mungkin belum, atau tidak akan pernah, aku belum bisa membayangkan hal serius mengenai cinta, mereka saja yang terlalu bodoh sehingga terlena dengan sikapku," jawab Natsu seraya duduk di bangkunya tepat di sebelah Gray.

Kalau tidak ingat orang di hadapannya adalah sahabatnya─rival─sejak menginjak kelas 1 SMP, Gray pasti tidak ragu lagi untuk menonjok pemuda brengsek ini. Oke, mereka memang sering adu jotos namun hanya dengan maksud main-main, bukan masalah serius. Bagaimanapun juga, Gray sendiri tidak mengerti apa itu cinta, jadi ia tidak bisa menceramahi Natsu. Dan lagi, Natsu adalah orang yang bisa memutarbalikkan fakta semudah membalikkan telapak tangan, membuat lawan bicaranya mati kutu. Kekeras kepala-annya juga menambah nilai plus. Orang yang sudah mengenal kepribadian Natsu akan berpikir 2 kali untuk berdebat dengannya.

"Dasar playboy,"

"Aku tidak pernah punya pacar, jangan sebut aku begitu,"

"Tapi sudah berapa kali kau menjalani HTS (Hubungan Tanpa Status) dengan gadis-gadis sekolah ini huh?"

"...tidak kuhitung, aku sadar aku kurang pintar di Matematika," jawaban Natsu yang tidak nyambung membuat Gray sweatdrop.

"Heh, aku harap kau cepat-cepat mendapatkan karma-mu,"

"Teman macam apa yang mendo'akan keburukan hah?! Ngajak berantem ice-boxer?!"

"Siapa yang temanmu hah?! Kemari kau flame-head!"

Beberapa murid kelas 2-4 hanya menghela napas panjang melihat pertengkaran tidak penting yang terjadi hampir setiap hari. Tidak ada yang melerai, seluruh sekolah pun sudah malas berurusan dengan keduanya jika sudah bertengkar. Beruntung ketua Komite Disiplin Erza Scarlet sedang menjalani olimpiade di kota sebelah selama 2 minggu.

"Ehm," deheman dengan suara baritone berhasil membuat Gray dan Natsu merinding disko. Sial, mereka lupa guru mata pelajaran pertama hari ini.

"E-eh, Laxus-sensei,"

"Lari keliling lapangan 5 keliling non-stop, protes tambah 5," perkataan dengan nada penuh tekanan tanda perintah mutlak. Hukuman sudah ditetapkan, protes tambah 5.

"A-Aye!" Tanpa membantah keduanya langsung lari terbirit-birit keluar kelas. Sejenak lupa lapangan sekolah mereka luasnya 1 km X 500 m.

Bertepatan Natsu dan Gray yang berlari keluar kelas, seorang gadis bersurai pirang yang tengah berdiri di samping pintu masuk kelas 2-4 tercengang.

"Barusan... ada angin lewat ya?" gumamnya bingung.

"Oi murid pindahan! Cepat masuk ke dalam dan perkenalkan dirimu!" perintah Laxus-sensei memanggil gadis itu.

"Ah, hai!" gadis itu menurut kemudian memasuki kelas 2-4 yang akan menjadi kelas barunya.

"Gomen aku pindah ke kelas ini di pertengahan tahun pembelajaran kalian, namaku Lucy Heartfilia, pindahan dari kota Crocus, semoga kita dapat berteman dengan baik, yoroshiku onegaishimasu," gadis bersurai pirang bernama Lucy itu membungkukkan tubuhnya sekilas setelah memperkenalkan diri.

Suasana mendadak hening, Lucy jadi tegang sendiri. Hingga suara tawa pecah dari beberapa orang.

"Tidak usah terlalu tegang dan formal begitu Heartfilia,"

"Awww, dia sangat cantik,"

"Siapapun diterima di kelas ini kok,"

"Yosh! Kita semua tentu akan menjadi teman baikmu Heartfilia! Ne Minna?"

"YAAA!" koor murid 1 kelas.

Lucy menghela napas lega dan terharu, ia merasa dapat beradaptasi dengan mudah di sekolah barunya.

"Arigato minna, dan panggil saja aku Lucy," ucap Lucy dengan senyuman manis terukir di bibirnya. Beberapa murid laki-laki blushing.

"Bangkumu di paling belakang barisan kedua, cepat duduk, yang lainnya buka buku paket matematika halaman 135," perintah Laxus.

"Hai! Arigato Laxus-sensei!" kata Lucy sambil menghampiri bangkunya kemudian duduk dan mengeluarkan buku pelajaran.

Belum lama Lucy memperhatikan pelajaran, tiba-tiba secarik kertas dilipat 2 mendarat di mejanya. Sambil menyernyit heran, Lucy membuka dan membaca tulisan di kertas tersebut.

Hei, lihat ke bangku depan dekat jendela─begitu tulisannya.

'Hah? Memang ada apa di sana?' pikir Lucy.

Kedua iris caramel-nya membulat begitu melihat ke arah depan dekat jendela. 2 orang gadis yang sama-sama memiliki rambut biru tengah tersenyum ceria sambil melambaikan tangan ke arah Lucy.

"Levy-chan! Juvia!" Lucy memekik tertahan. Kedua gadis itu menaruh jari telunjuk di depan bibir, mengisyaratkan Lucy untuk diam. Secarik kertas kembali dilempar padanya.

Tunggu istirahat, Laxus-sensei galak loh Lu-chan─Levy

Kyaaa! Aku sangat merindukanmu Lucyy ^^─Juvia

Lucy tersenyum kecil membacanya.


Kriiing. Kriiing. Kriiing. Bel istirahat berbunyi 3 kali. Para guru mengakhiri jam pelajaran, dan murid-murid membereskan buku pelajaran. Beberapa ada yang pergi ke kantin, makan bekal yang dibawa dari rumah, atau sekedar mengobrol dan bercanda tawa dengan temannya.

Bertepatan itu pula, Gray dan Natsu selesai menjalankan hukuman dan tengah mengganti seragam mereka yang basah oleh keringat. Setelah selesai mengganti seragam, keduanya keluar dari ruang ganti.

"Laxus-sensei sialan, menghukum tanpa tanggung-tanggung," gerutu Natsu.

"Cih, memang yang membuat kita dihukum siapa?" gumam Gray, namun masih dapat didengar oleh Natsu.

"Kau menyalahkanku teme?! Memang siapa yang mulai sebelumnya ice-brain?!" seru Natsu emosi, dengan tangan yang langsung mencengkram kerah baju Gray.

"Kau memanggilku apa flame-head?" Gray balik mencengkram kerah baju kawannya.

"Hahaha! Ternyata selain otakmu yang beku kau tuli juga," Natsu tertawa mengejek.

Wajah Gray merah padam menahan amarah. Dan detik berikutnya . . . kalian tau-lah apa yang akan mereka lakukan. Tepat saat itu Lucy, Juvia, dan Levy melewati keduanya yang sedang adu fisik di tengah koridor.

"Engg, nee Juvia, Levy-chan, 2 orang yang sedang berantem itu, tidak apa dibiarkan?" tanya Lucy sambil menatap 2 pemuda kurang kerjaan yang dilewatinya dengan tatapan khawatir.

"Mereka? Biarkan saja, justru kalau tidak seperti itu malah aneh, pacarmu tuh Juvia," jawab Levy cuek.

"Juvia tidak mau ikut campur," sahut Juvia.

"Pacar?! Yang mana?!"

"Itu loh, yang rambutnya biru gelap, ingat teman kita di sekolah dasar yang sering shirtless tanpa sadar?" perkataan Levy membuat Lucy mengingat masa-masa sekolahnya dulu.

"OH! Orang yang disukai Juvia dulu, Gray kan? Kalian pacaran sejak kapan Juvia?" goda Lucy. Juvia hanya blushing.

"G-Gray-sama menembak Juvia saat upacara kelulusan SMP," jawab Juvia malu.

"Woow, kalian 1 sekolah sampai sekarang? Sugoi, apa Levy-chan juga 1 sekolah terus dengan Juvia?"

"Tidak, aku dan Juvia beda SMP, tapi kita bertemu lagi di SMA, Lu-chan sendiri kemana selama ini? Tiba-tiba pindah sekolah sewaktu kelas 4 tanpa pamit, kami sangat khawatir terjadi sesuatu padamu tau," ujar Levy.

"Benar, ditambah kami tidak pernah mendapat kabar apapun tentangmu selama ini, nomor ponsel, e-mail, keduanya diganti dan media sosial lainnya tidak ada yang bisa dihubungi," tambah Juvia.

Lucy terkekeh pelan melihat tatapan kedua sahabatnya yang sarat akan kekhawatiran.

"Tidak ada apa-apa, ayahku ada dinas di Crocus jadi aku harus ikut pindah, maaf tidak memberitau kalian, kepindahannya mendadak," Lucy menjawab dengan nada yang menenangkan.

"Aaah! Kenapa suasananya jadi sedih begini? Sudahlah! Yang penting kita sudah bersama lagi di sekolah ini, iya kan?"

"Lucy benar, baiklaah! Untuk merayakan bertemunya kita, aku yang traktir kalian berdua di kantin!" seru Juvia semangat.

"YAAAY!" sorak Lucy dan Levy bersamaan.

.

.

.

.

.

Kelas 2-4 terdengar ribut meski bel sudah berbunyi sejak setengah jam yang lalu. Kenapa? Guru mapel mereka tidak ada, kata guru lain, guru mapel mereka sekarang sedang sakit. Para murid turut berduka cita atas sakitnya guru, dan bersuka cita atas tidak hadirnya sang guru. Dasar murid durhaka, namanya juga pelajar sih, haha. Sekarang ini beberapa orang tengah mengobrol di meja Lucy, ingin mengenal gadis itu lebih jauh. Sementara itu, Natsu memperhatikan sang murid baru yang berbeda 4 bangku darinya.

"Oi Gray, aku baru sadar ada murid baru di kelas kita," ucap Natsu.

Gray yang tengah memainkan game di smartphone-nya melirik seseorang yang tengah dikerubungi. Kedua matanya melotot begitu menyadari siapa gadis pirang itu.

"Lucy?" gumam Gray pelan, namun berhasil ditangkap pendengaran Natsu.

"Kau mengenalnya?" tanya Natsu heran.

"Ya, dia temanku sewaktu di sekolah dasar bersama Levy dan Juvia, namanya Lucy Heartfilia," jawab Gray.

Pandangan Natsu kembali kepada Lucy, dan perlahan seringaian di bibirnya terukir. Untuk Gray yang cukup lama mengenal Natsu, tentu ia sangat mengenali seringaian itu.

"Kau tertarik padannya?"

"Heh, sasaran baruku, mungkin?" Natsu menjawab dengan nada main-main.

"Sialan─" baru saja Gray ingin mencegah keinginan Natsu, namun mendadak ia terdiam dan kembali duduk tenang, meski dalam hati gelisah.

'Cih, aku tidak mau membuat Lucy menjadi mainannya, tapi melarang berapa kalipun si bodoh ini tidak akan mau mendengarkan, maafkan aku Lucy,' batin Gray miris.

"Tidak jadi melarangku ice-princess?" seringaian menyebalkan Natsu melebar kala menyadari alasan Gray yang tidak jadi bicara.

Gray hanya mendelik. Pandangannya berpindah ke arah Lucy yang tengah tertawa bersama teman-teman baru dan kedua sahabat lamannya. Dan ketika memperhatikan gadis itu, Gray teringat akan sesuatu.

'Ah iya, Lucy kan...' giliran seringai Gray yang kini terkembang.

"Aku bisa saja menghajarmu saat ini flame-brain, tapi aku tau kau tetap tidak akan menghentikan apa yang sudah kau niatkan, namun untuk kali ini aku yakin kau akan mendapat balasan dari semua perempuan yang pernah kau sakiti...melalui Lucy," kata Gray yakin.

"Heh, kita lihat saja nanti," dengus Natsu.

.

.

.

.

.

TBC~

Ini fanfic pertama author di fandom Fairy Tail, mohon kritik, saran, atau apapun itu. Terima kasih sudah bersedia membaca ne~

Cuma itu yang mau author sampaikan, sampai jumpa lain waktu :D