JINGGA
Apa kalian tahu tentang sebuah arti kata dari "Pergi dan Jangan Kembali"?
pernahkah kalian merasakan sakit yang begitu dalam ketika kata tersebut di ucapkan oleh seseorang yang kalian sayang? Aku 'Lu Han' akan bercerita tentang suatu hal yang membuat aku benci dengan kata itu.
Dinginnya pagi hari tak mematahkan semangatku untuk pergi kesekolah, aku bersekolah di kota Dangton di SMA Yugusima, tepat tahun ini statusku berubah menjadi senior, ya sekarang aku kelas 3 SMA dan usiaku sudah menginjak 18 tahun. Aku berasal dari keluarga yang bisa dikatakan cukup berada, karna keluargaku memiliki satu perusahaan kecil dibidang desain interior.
"Lu" terdengar suara yang membuyarkan lamunanku, aku menoleh kekanan dan kekiri namun tak ada satu orangpun disana, aku kembali melangkahkan kaki ku
"Lu"
terdengar suara yang memanggilku lagi, Aku mengenali suara ini, aku tahu trik ini. Aku sengaja kembali berjalan dan tak menoleh ke arah manapun ketika sampai disatu pohon yang besar di ujung taman aku berjalan dengan sangat pelan dan "DAAAR!"
aku mengagetkan seseorang yang sedari tadi bersembunyi di belakang pohon itu.
"ASTAGA!" Orang itu terkejut dan langsung memukul kepalaku
"aw!" ucapku meringis sembari mengusap kepalaku yang di pukul olehnya
"ah, maaf maaf aku tak sengaja" ucapnya sambil mengelus kepalaku "apakah sakit?" tanyanya
"Lepaskan!" ucapku sambil menyingkirkan tangannya dari kepalaku
"hahaha suruh siapa kau mengagetkanku hah" tanpa muka bersalah dia menertawakanku
"apa kau tak punya kerjaan? setiap pagi hanya bersembunyi di balik pohon dan selalu memanggilku seperti itu?!" tanyaku ketus
"memangnya kenapa? tidak ada larangan untuk bersembunyi di balik pohon kan?" dia membalas perkataanku dengan bertolak pinggang
"Ish!" Aku berusaha memukulnya namun dia berhasil menghindar
"haha pukulan macam apa itu? lemah!" dia menjulurkan lidah menunjukan dia sedang meledekku
"awas kau!" aku berusaha memukulnya lagi namun dia berhasil menghindar dan berlari
"kejar aku jika kau bisa kaki pendek haha" dengan kaki jenjangnya dia berlari dengan sangat cepat
"sialan kau Park Chanyeol!" akupun segera berlari berusaha mengejarnya, namun dengan kaki pendekku ini sepertinya ini tidak akan berhasil.
Perkenalkan dia Park Chanyeol, dia adalah teman sekolahku. Setiap pagi dia selalu bersembunyi dibelakang pohon yang besar dan ketika aku lewat dia selalu memanggilku seperti itu, aku tak tahu maksud dan tujuannya dia melakukan hal bodoh seperti itu.
"hoy Lu, dasar kaki pendek. Sampai kapan kau terus berlari seperti siput haha"
"diam kau Yeol, jika aku menangkapmu mati kau!" jawabku sambil berusaha mengejarnya
"tangkap saja jika kau bisa hahaha" jawabnya sambil berlari semakin cepat
Walau kami berdua memiliki penampilan layaknya orang dewasa namun tetap saja tingkah laku kami tak ada bedanya dengan anak kecil.
"Hei Park Chanyeol! sudah cukup aku tak kuat lagi" aku berhenti berlari dan segera mengatur nafasku yang tak beraturan karna kelelahan.
"ayolah siput sebentar lagi kita sampai sekolah" ucapnya, ketika dia melihatku dalam keadaan lelah dia menghampiriku dan langsung menggendongku di punggungnya.
"ya! Apa yang kau lakukan!" aku berusaha memberontak untuk bisa turun dari gendongannya.
"diam kau cerewet! Ayo kita lari bersama sampai sekolah, siap? satu... dua... tiga"
dia pun berlari sambil menggendongku, aku hanya bisa diam saat dia mulai berlari.
Sepanjang jalan menuju sekolah ada saja yang membuat kami tak bisa berhenti tertawa. Memang kami baru saling mengenal ketika kami berada di kelas yang sama, Park Chanyeol yang ku tahu memilik kepribadian yang berbeda, di satu sisi dia memiliki tampilan yang sangat sangat sangat seperti anak yang tak tahu aturan, dan sangat berantakan. Dia sama sekali tidak bisa dibilang sebagai anak pelajar dengan pakaiannya yang selalu dikeluarkan, celana yang ketat, rambut gondrong dan tidak rapih, namun aku akui dia memiliki aroma wangi yang sangat khas dan aku menyukai aroma wanginya itu. Di sisi lain dia memiliki kepribadian yang sangat ramah, humoris, sangat baik kepada orang-orang yang berada di sekitarnya kecuali aku, dia tak pernah bersikap baik padaku, dan bisa dibilang dia cukup terbuka dengan orang baru. Namun dengan tampilan yang berantakan seperti itu dia memiliki otak yang cerdas, dia sangat pintar dalam pelajaran, dia sangat pintar dalam hal menghitung dan berbahasa inggris, aku senang bisa mengenal dia.
"hei turun, kita sudah sampai. Tak kusangka walaupun kau pendek tapi kau berat haha"
"sialan kau, seenaknya bicara. Berat badanku hanya 45 kg tau!"
"hah? aku tak percaya, mana mungkin badan yang seberat itu hanya 45 kg"
"jika kau tak percaya ambilkan timbangan sekarang di ruang UKS sana!"
"omo omo omo, kau mengamuk lagi haha"
"issshhh kau..."
"hei sudah-sudah" kata-kataku terputus ketika ada yang memisahkan kita.
" kalian ini pagi-pagi sudah bertengkar didepan gerbang, baru saja bapak melihat kalian gendong-gendongan dan sekarang bertengkar? astaga dasar anak muda" ucap penjaga sekolah sambil menggelengkan kepala.
"hehehe maaf pak, kami masuk dulu ya daaaa~" Yeol menarik tanganku dan mulai berlari lagi menuju halaman sekolah
"sudah cukup, apakah kau tidak lelah? kau baru saja menggendongku dan sekarang kita lari lagi" ucapku menghentikan larian kecilku.
"waaa rupanya kau peduli padaku ya put haha, tenang aku tak selemah yang kau bayangkan put, aku adalah pria yang kuat" katanya sambil menunjukan otot lengannya.
"tunggu, tadi kau memanggilku apa" tanyaku untuk memperjelas ucapannya
"put, P U T, put" jawabnya
"put? panggilan macam apa itu? namaku Lu Han bukan Put. Seenaknya mengganti nama orang" ucapku ketus
"kau kan tadi berlari sangat pelan seperti siput hahaha" ledeknya
"terserah kau saja, aku lelah!" akupun meninggalkan Yeol dan menuju kelas
"hei Put tunggu, kelas kita kan sama, kenapa kita tidak pergi bersama" dia pun berlari lagi mengejarku
"ish kau ini, terserah kau saja!" jawabku ketus
Sesampainya di kelas aku langsung menuju mejaku yang berada di barisan paling depan di sebelah jendela, segera aku letakkan tasku di atas meja dan kusandarkan kepalaku di atas tas. Tak berselang lama Yeol masuk ke dalam kelas dengan muka yang penuh dengan keringat.
"ya ampun Chanyeol, kamu kenapa? wajah tampanmu dipenuhi dengan keringat" tanya seorang gadis cantik dengan tampilan yang fasionnable, Yeol hanya menatap dan tersenyum kepadanya
"tak apa cantik, aku hanya berlari kecil untuk melatih otot-ototku" jawab Yeol menggoda gadis itu
"apa kau haus? mau ku belikan minum?" kata gadis cantik itu lagi
"terima kasih, tapi aku memiliki satu botol air putih di tasku. Aku duduk dulu yah cantik" katanya dengan gaya so tampannya. Dia memang selalu seperti itu, bersikap manis kepada semua gadis-gadis cantik. Terkecuali aku, dia memperlakukanku layaknya budak yang seenaknya disuruh ini dan itu 'aku membencimu Yeol!' ucapku dalam hati.
Jam pelajaran pertamapun dimulai, murid-murid mulai mengeluarkan bukunya masing-masing lengkap dengan atribut untuk menulis, terkecuali Yeol dia sama sekali tidak mengeluarkan buku dan alat tulisnya aku heran lalu apa gunanya tas punggung itu jika dia tidak menaruh buku ataupun alat tulis? 'dasar Yeol aneh' gumamku dalam hati.
"TRIIIIIING" tak terasa bel pulang sekolah pun berbunyi, segera ku rapihkan buku dan alat tulis lalu kumasukkan kedalam tasku yang berwarna jingga ini.
"Put" ada seseorang yang memanggilku dari jauh, tak salah lagi aku mengenal suara ini, aku pun menoleh ke arah datangnya suara itu dan benar saja dia sedang menatapku.
"namaku Lu Han, bukan Put!" jawabku ketus
"terserah kau saja, apakah kau bersedia pulang bersama dengan ku?" dia bertanya layaknya pangeran yang bertanya kepada sang permaisuri
"apa-apaan kau ini, sama sekali tak pantas berbicara so bijak seperti itu" jawabku ketus, namu dia hanya tertawa kecil mendengar jawabanku seperti itu. Aku tak membalas ucapannya, segera ku ambil tasku dan melangkah menuju pintu kelas, ketika aku pergi meninggalkan kelas terdengar suara langkah kaki yang mengikutiku dari belakang, aku menoleh ke arah belakang untuk memastikan siapa orang yang mengikutiku itu.
Ternyata Yeol yang mengikutiku, aku menghentikan langkah dan membalikkan badanku, dan sekarang posisiku sejajar dengannya.
"Kenapa kau mengikuti ku?" tanyaku
namun dia malah menengok kearah arah kanan dan kirinya dan berkata
"kau bertanya padaku?" ucapnya
"memangnya disini ada orang lain selain dirimu?"
"tidak" jawabnya enteng
"pertanyaanku belum kau jawab" tegasku
"yang mana?"
"kau mengikutiku?"
"siapa? Aku?" dia menunjuk dirinya sendiri
"terserahlah!" akupun langsung berjalan meninggalkannya, beberapa saat kemudian terdengar suara langkah kaki mulai mengikutiku kembali, kupercepat langkahku dan langkah kaki dibelakangkupun mengikuti mempercepat jalannya, sengaja kuperlambat langkah kakiku dan langkah kaki dibelakangkupun memperlambat langkah kakinya, kupercepat kembali langkah kakiku dan dia mengikuti mempercepat langkah kakinya, sampai aku terpaksa mempercepat lariku untuk menghindarinya namun langkah kaki itu berhasil menyeimbangi lariku.
Aku berlari sampai melewati gerbang sekolah, aku berlari dan terus berlari dan sampai disuatu taman yang dekat dengan rumahku, aku menghentikan lariku dan mulai mengatur nafas. Aku melihat kesekelilingku dan tak ada seseorangpun disini "akhirnya kau menyerah mengikutiku Yeol" ucapku puas, aku berjalan kearah toko dekat taman untuk membeli minuman, setelah membeli minuman aku kembali ketaman dan duduk didekat danau. Kubuka rompi dan dasi sekolah dan kumasukkan kedalam tas, kulihat jam tanganku untuk mengecek sudah pukul berapa sekarang '4:30' gumamku, ku atur posisi tasku supaya nyaman digunakan untuk alas kepalaku, kurebahkan badanku diatas rumput. Wajahku tepat menghadap langit senja, warna langit senja berwarna jingga dan jingga adalah satu-satunya warna yang aku suka, karna di balik warna jingga ada sebuah cerita yang mungkin tak akan aku lupakan. Aku lelah, mataku mulai memberat, perlahan kupejamkan mataku dan tanpa di sadari aku terlelap disini, ditaman ini, ditemani langit jingga yang kucintai.
Aku sedikit tersadar saat sang angin sedang membelai kulitku dengan lembut, kutekuk badanku agar terasa hangat. Namun, terasa ada sesuatu yang menutupi tubuhku, tangganku mulai meraba benda itu 'kain?' ucapku menebak-nebak, kubuka mataku secara perlahan kulihat hari sudah malam, angin malam mulai terasa sekarang. Remang-remang kulihat benda yang menutupi tubuhku tadi, benar saja ada jaket tebal yang menutupi tubuhku. Dengan mata yang masih mengantuk ku angkat tubuhku kedalam posisi duduk "jaket siapa ini?" aku bertanya kepada diriku sendiri.
"itu punyaku" ucap seseorang, aku langsung menoleh kearah datangnya suara itu
"Astaga!" aku benar-benar terkejut saat melihat dia yang sedang duduk manis disampingku
"kau kenapa?" tanyanya heran
"sedang apa kau disini? Kau mau memperkosaku?!" aku bertanya kepadanya memastikan jika dia tidak berbuat apa-apa padaku
"jika aku telah melakukan sesuatu kepadamu bagaimana?" dia mendekatkan badannya kepadaku
"sial kau Park Chanyeol! Aku bertanya serius!" ucapku marah sambil memundurkan badanku
"aku juga serius" dia semakin mendekatkan badannya padaku
"ya! Apa yang kau lakukan?!" aku mendorong badannya dengan keras, alhasil badannya terdorong kebelang, namun dia langsung tertawa dengan kerasnya.
"hei! Apanya yang lucu hah?!" ucapku tambah kesal, dia berhenti tertawa dan melirikku
"kau lucu" ucapnya sambil mengacak-ngacak rambutku
"jangan sentuh rambutku!" aku menepis tangannya yang berada di kepalaku
"dasar wanita bodoh! Bisa-bisanya kau tidur di tempat yang seperti ini!"
"apa urusanmu!"
"dasar wanita bodoh! kau tidak takut jika nanti ada seseorang yang berniat jahat kepadamu ketika kau sedang tidur?! bagaimana jika ada seseorang yang akan bertindak kasar padamu? bagaimana jika ada seseorang yang menjahilimu saat kau tertidur? Bagaimana jika ada seseorang yang sedang mabuk lewat sini dan memperkosamu? Bagaimana..."
"aish! Kau ini pria tapi mulutmu seperti wanita, lihat buktinya sampai saat ini aku baik-baik saja, dan asal kau tahu aku juga bisa bela diri. Sekarang aku yang bertanya padamu, bagaimana kamu bisa ada disini? Dan bagaimana kamu bisa menemukanku disini? Apakah kau mengikutiku?" aku memotong perkataan Yeol dan berbalik bertanya padanya
"selama aku masih memiliki wajah yang tampan ini, tak masalah bila mulutku seperti perempuan haha"
"dasar kau! percaya dirimu terlalu tinggi Yeol! jawab pertanyaanku!"
"baiklah, pertanyaan pertama bagaimana aku bisa berada di disini jawabannya hanya kebetulan, pertanyaan kedua bagaimana aku bisa menemukanmu disini jawabannya hanya kebetulan, pertanyaan ketiga apakah aku mngikutimu jawabannya mungkin"
"kau menjawab pertanyaanku dengan bercanda, aku bertanya serius kepadamu!" kataku sembari memberikan tatapan tajam padanya
"haha tak usah menatapku seperti itu put, baiklah baiklah aku kan menceritakan semuanya, tapi aku memiliki syarat untuk hal itu" terlihat senyuman licik diwajahnya
"mengapa harus ada persyaratan? Tinggal beri tahu alasannya saja, mudah kan?"
"tidak, jika kau ingin mengetahui mengapa aku bisa berada di sini maka kau harus memenuhi persyaratannya dulu"
"kau ini banyak aturan!"
"biarkan saja, jadi apakah kau masih mau mendengarkan ceritaku?"
"tidak"
"oh baiklah, aku pergi sekarang" dia mengambil tasnya dan berdiri bersiap untuk meninggalkanku, sebenarnya aku ingin mendengar alasannya kenapa dia bisa sampai ke tempat ini. Ketika dia akan beranjak pergi dan mulai melangkahkan kakinya, dalam keadaan duduk kuputar badanku dan segera kuraih kedua kakinya dengan kedua tanganku
"hei mau kemana kau?!" ucapku sembari memegang kedua kakinya
"ya! Apa yang kau lakukan! Lepaskan!" ucapnya sembari berusaha melangkahkan kakinya
"tidak! Tidak akan aku lepaskan sebelum kau memberi tahu alasan mengapai kau bisa berada di sini!" tanganku masih memegang erat kakinya
"keras kepala sekali kau ini! sudah ku bilang ada syaratnya jika kau ingin mengetahui alasan kenapa aku bisa berada disini"
"aku tidak akan menerima persyaratan apapun darimu! Beritahu sekarang! Jika tidak kakimu akan kupatahkan!" akupun mulai menggenggam kakinya dengan sekuat tenaga, kucengkram pergelangan kakinya sekuat mungkin, hingga kulihat dia terlihat meringis kesakitan
"ah! Ya..ya! baiklah biklah akan kuceritakan semuanya, sekarang lepaskan cengkramanmu dasar kucing betina!" akhirnya ucapan menyerah keluar dari mulutnya
"pintar!" ucapku sembari menunjukan senyum licikku
"ayo bangun, hari sudah gelap kau harus segera pulang" ucapnya sembari menarik tanganku agar aku beranjak dari posisi duduk
"tidak! Aku tidak akan pulang sebelum kau memberikan alasan kenapa kamu bisa berada disini" ucapku
"bodoh! Mau sampai kapan kau akan disini?! Ayo kita pulang!" dia mengambil tasku dan menarik tanganku
"tapi aku ingin mendengarkan alasannya Yeol!"
"akan ku ceritakan di jalan" ucapnya, kami pun segera pergi meninggalkan taman
"kau mau kemana? Ini kan bukan arah rumahmu" ucapku heran
"aku akan mengantarmu pulang" jawabnya
"aku bisa pulang sendiri Yeol" ucapku melepaskan genggamannya
"wanita tidak baik berjalan sendirian saat malam hari"
"tenanglah aku bisa bela diri"
"diam dan kunci mulutmu, bukankah kau mau mendengarkan alasan kenapa aku bisa berada disana tadi?"
"ah ya kau benar, baiklah berceritalah aku akan mendengarkan" akupun mulai menghentikan ucapanku dan mulai mendengarkan Yeol berbicara
"kau ingat saat kau berlari untuk menghindariku?" tanyanya menatap kearahku
"ya, kenapa?"
"saat kau berlari, aku berhenti berlari dan aku hanya melihatmu pergi"
"kenapa kau berhenti berlari?"
"karna aku lelah"
"dasar! Aku kira kenapa"
"lagi pula untuk apa aku berlari mengejarmu?"
"yaaa terserahlah, lalu setelah itu apa yang kau lakukan?"
"lalu aku segera mengambil handphoneku dan ku aktifkan aplikasi pelacak handphone untuk menemukan dimana lokasi handphonemu berada"
"memangnya ada aplikasi seperti itu?"
"ada, buktinya aku bisa melacak dimana lokasimu melalui gps yang aktif di handphonemu"
"dasar licik!" ucapku sambil memukul pundaknya
"aw! Dasar kau kucing betina!" ucapnya kesal
"lalu apa saja yang kau lakukan saat aku tertidur?"
"tidak ada, aku hanya duduk disampingmu"
"sudah berapa lama kau berada disampingku?"
"hmm... kupikir sudah dua jam"
"astaga! Selama itukah? Kupikir aku hanya tertidur selama 30 menit"
"bagaimana bisa tukang tidur sepertimu hanya tidur 30 menit" ucapnya meledek, disepanjang jalan menuju rumahku kami tak berhenti berbicara, kami asik membahas ini dan itu sampai akhirnya kami sampai didepan gerbang rumahku, kutekan bel rumah yang berada di sebelah kanan pagar, namun tak ada satu orangpun yang menjawab. Kutekan bel berkali-kali namun tetap saja tak ada yang menjawab, aku berbalik badan dan menghampiri Yeol yang berada disebelah kiri pagar
"tak ada orang yang menjawab" ucapku memasang wajah kecewa
"yasudah tunggu saja dulu" jawabnya
"apakah kau akan langsung pulang?" jawabku memasang wajah memelas
"apakah kau pintar berakting? Berhenti memasang wajah seperti itu, tenang saja aku tak akan kemana-mana"
"hah? Benarkah?" ucapku senang
"iyaaa" jawabnya sembari menyender digerbang
"untung kau masih memiliki hati"
"apa maksudmu?"
"iya, jika kau tidak memiliki hati mana mau kau menungguku disini"
"bilang saja aku baik" ucapnya menunjukan senyuman bangganya
"baru aku bilang begitu kau sudah sombong" ucapku meledek namun dia hanya tertawa mendengar jawabanku, kini kami berada di depan gerbang rumahku menunggu seseorang untuk membukakan pintu gerbang , hari semakin malam kulihat Yeol menekuk lututnya dan menyandarkan kepalanya di lutut, kupakaikan jaket dipunggungnya namun tiba-tiba dia menegakkan tubuhnya dan memberikan jaket yang kupakaikan padanya kepadaku
"apa kau ingin pulang?" tanyaku
"apakah masih belum ada yang membukakan gerbang untukmu?" dia berbalik bertanya
"belum, kufikir mereka tidak ada dirumah" jawabku menghela nafas
"bersabarlah, tidak usah hawatir aku tidak akan pulang" jawabnya melempar senyuman kepadaku
"kau serius akan menemaniku?"
"iya put aku serius jadi tenang saja, selama aku disini tidak akan ada orang yang berani macam-macam padamu put" jawabnya sambil mencubit pipiku
"aw! Sakit!" jawabku sembari melepaskan cubitannya
"harusnya kau bersyukur put" ucapnya
"namaku Lu Han bukan put! Bersyukur? Bersyukur kenapa?" tanyaku heran
"iya bersyukur karna kau sedang ditemani pria yang sangat tampan" ucapnya sembari memberikan pose layaknya seorang model yang ada di majalah
"so tampan!" ucapku sambil mendorong pundaknya "apanya yang bersyukur, malah aku fikir aku sedang tertimpa sial ketika aku sedang bersamamu, buktinya sekarang ini aku tidak bisa masuk kedalam rumah gara-gara kamu"
"kenapa gara-gara aku? Itu salahmu, kenapa kau tak langsung pulang kerumah tapi kamu malah tidur ditaman?" jawabnya
"kenapa kau jadi menyalahkanku? Jelas-jelas aku terkena sial karna aku bersamamu"
"jelas-jelas ini salahmu"
"jelas-jelas aku sial karna aku bersamamu!" jawabku ketus
"jadi begitu? Bagimu aku pembawa sial?"
"iya!"
"baiklah, karna aku pembawa sial lebih baik aku pergi supaya aku tidak menularkan virus sial kepadamu" dan dia pun mulai melangkahkan kakinya
"ya! Kau mau kemana?!" tanyaku
"si pembawa sial pergi dulu yah, semoga dengan perginya aku sialmu akan ikut menghilang" ucapnya
"tidak! Kembali Yeol apa kau tega meninggalkanku disini sendiri?"
"kenapa? Harusnya kau senang, dengan aku pergi maka virus sialkupun ikut pergi juga bukan?"
"tidak! Bukan itu maksudku, aku tidak bermaksud menyinggungmu Yeol" ucapku merengek
"aku tidak tersinggung, kau sendiri yang mengatakan aku pembawa sial"
"tidak, bukan begitu"
"lalu bagaimana?" ucapnya
"kau jangan pergi dulu, temani aku sampai ada seseorang yang membukakan gerbang untuku Yeol kumuhon" aku memohon kepadanya, dan tanpa kusadari sekarang posisiku dalam keadakan berlutut memohon kepadanya agar tidak pergi.
"baiklah baiklah aku salah aku minta maaf, jangan tinggalkan aku, aku takut" ucapku memohon
"bukannya kau bisa bela diri seperti ini?" dia menunjukan pose gerakan-gerakan tekondo "seperti ini kan? Seperti ini?" dia terus menunjukan gerakan-gerakan tekondo yang salah sampai aku tertawa terbahak-bahak melihatnya
"bukan seperti itu Yeol tapi seperti ini" jawabku, aku beranjak dari posisi berlututku tadi lalu kutunjukan gerakan tekondo yang benar
"salah, bukan sepert itu. Yang benar seperti ini" jawabnya sambil membenarkan gerakanku
"kau yang salah tapi seperti ini" aku menjunjukan gerakan yang benar
"salaaaah, seperti ini" lalu dia menunjukan gerakan tekondo yang menurutku itu tidak bisa dibilang dengan gerakan tekondo karna gerakannya sama dengan gaya wanita hamil yang sedang melakukan yoga.
"seperti ini yang benar Yeol" aku menunjukan gerakan tekondo yang benar sekali lagi padanya, namun saat aku menunjukan gerakan tekondoku, aku menginjak sesuatu yang licin dan 'BRUUUG!"
aku terjatuh dan badanku menimpah badan Yeol, badanku tepat berada di atas badannya dan wajah kami saling bertemu dalam jarak yang sangat dekat.
