Hai semua Nana bikin cerita baru lagi nih ^^. Semoga para readers suka.
.
.
.
Disclaimer: Yusuke Murata & Riichiro Inagakiri
Gun
Mamori Pov
Sekarang namaku Mamori Hiruma, nama yang indah bukan? Sudah 3 tahun yang lalu aku dan Yoichi menikah dan dikaruniai seorang anak, yang bernama Yota. Aku sangat bahagia sekali dan bersyukur kepada Kami-sama. Yota anak yang hiperaktif sekali. Siang ini Yota kutaruh di box tidurnya di kamarku, entah bagaimana caranya tiba-tiba Yota sudah ada di lantai dan bermain dengan mobil-mobilannya yang jatuh. Setelah kutaruh Yota di boxnya, aku pergi ke dapur untuk memasak makan malam. Hari ini aku berencana memasak kari untuk menu makan malam kami hari ini dan tentu saja dengan banyak daun mint.
tuk tuk tuk dor
Suara apa itu? Apa itu suara tembakan? Arah suaranya dari kamarku.
Dor
Suara itu terdengar lagi. Cepat-cepat aku berlari dan membuka pintu kamarku dengan kasar.
Jduak
Aku berharap Yota baik-baik saja. Tapi, itu hanyalah sebuah harapan, kenyataannya sekarang Yota terbaring dan memegangi tenggorokannya, seolah-oleh ada sesuatu yang menyangkut disitu. Aku segera memanggil ambulan. Tak berapa lama ambulan datang.
.
.
Hiruma Pov
Cih, sialan entah kenapa hari ini perasaanku tidak enak sekali.
"Hiruma-sama, sebentar lagi akan ada rapat," Asisten Sialanku mengingatkan.
"Keh, batalkan rapat itu! " perintahku sambil membereskan barang-barangku.
"Tapi, Hiruma-sama…"
"Kubilang batalkan ya batalkan aku tidak mau tahu," bentakku kepada Asisten Sialan. Aku segera mengendarai mobilku dan bergegas pulang.
.
.
Sesampainya di rumah sialan, aku tidak mendengar suara Anak sialan ataupun suara Istri Sialan. Aku ke dapur dan aku tidak melihat Istri Sialan, tidak ada. Aku membuka laptop sialanku dan melihat CCTV di rumah ini.
Tik tik tik tik
Dengan cepat aku melihat rekaman CCTV di dalam laptopku. Kulihat Anak sialan tidur di boxnya, tiba-tiba Anak sialan bangun dan mengambil pistol dari bawah bantalnya. Sejak kapan pistol itu ada disana? Kulihat rekaman sebelumnya ternyata pistol itu dia ambil tadi siang. Ia melempar mobil mainannya ke atas lemari, sebelumnya Istri Sialan menaruh pistol itu di sana ketika aku meminjamkannya ke Anak sialan. Setelah melempar mobil mainannya, pistol itu jatuh dan ia sembunyikan ke bawah bantalnya. Tidak berapa lama Istri Sialan masuk dan wajahnya kebingungan. Kupercepat rekaman CCTV saat ia mengambil pistolnya. Pertama-tama ia menembakannya ke tembok dan sedikit memantul. Jelas saja itu kan peluru karet. Lalu ia menembakannya ke mulutnya.
"KUSO!"
Apa-apaan Anak sialan itu, dia mau cepat mati apa. Bearti sekarang Anak sialan dan Isrti Sialan ada di rumah sakit sialan. Tidak membutuhkan waktu yang lama bagiku untuk mengetahui dimana letak rumah sakitnya, langsung saja aku bergegas ke rumah sakit sialan itu.
.
.
Aku berlari kearah Istri Sialan. Istri Sialan sedang duduk didepan pintu UGD. Istri Sialan menoleh sedikit kepadaku dan berdiri. Dia menamparku dengan keras. Sebenarnya tamparan itu tidak berarti apa-apa untukku, tapi cukup untuk mengguncangkan hatiku. Cih sejak kapan aku punya hati.
.
Mamori Pov
"Hiruma bodoh!" kataku sambil menampar Yoichi.
Aku tak mempedulikan ada beberapa orang yang melihat kami. Yoichi terlihat sangat terkejut. Sejujurnya aku kesal dengan Yoichi yang mengajarkan Yota menembak. Padahal sudah kularang tetapi tetap saja Yoichi mengajarkannya. Akhirnya adakan kejadian seperti ini. Air mataku sudah keluar dengan deras.
"Ini semua salahmu Hiruma!" aku berteriak, menumpahkan semua rasa kesalku kepadanya.
Grep
Yoichi memelukku dan berbisik tepat ditelingaku.
" Panggil aku seperti biasa, lagi pula itu bukan hanya anakmu itu anakku juga," Bisik Yoichi.
Aku membalas pelukannya. Ternyata aku ini sangat egois tidak memikirkan bagaimana perasaan Yoichi. Yoichi menuntunku untuk duduk kembali. Aku berusaha menjelaskan apa yang terjadi, namun suaraku tidak dapat keluar. Mungkin karena aku tidak sanggup untuk menceritakan kejadian yang sangat amat buruk bagiku.
"Sstt..sudah tak perlu kau jelaskan," kata Yoichi dan menaruh jari telunjuknya di depan mulutku.
Hiks hiks
Air mataku tak dapat ku bendung lagi. Yoichi memelukku, sangat erat. Aku sangat khawatir dan takut. Aku takut Yota tidak dapat bertahan.
"B-bagaimana kalau hiks Yota hiks ti.."
"Sudah tenang saja Anak sialan akan baik-baik saja," yoichi berusaha menenangkanku dan mengelus pe;an punggungku.
Entah berapa lama aku menangis, aku merasakan mataku sembap sekali dan aku mulai tertidur.
.
.
.
Hiruma Pov
Istri Sialan sudah tidur, kuputuskan untuk membawanya pulang ke rumah. Tadi aku sempat berbicara dengan dokter sialan. Tenggorokan Anak Sialan tersumbat peluru karet sehingga tidak dapat bernafas, mungkin umur Anak Sialan itu sudah tidak akan lama lagi. Bukannya aku tidak mengkhawatirkan Anak sialan, Anak sialan itu anakku juga. Orang tua sialan mana yang tidak akan khawatir jika anak sialannya seperti ini, termasuk aku. Ku angkat tubuh Istri Sialan, aku tidak peduli akan tatapan menjijikan dari orang-orang yang ada disini. Kuperhatikan wajah Istri Sialan sangat ketakutan, apa dia sedang mimpi buruk? Kubaringkan tubuhnya di dalam mobil. Ku kecup dahinya dan mengelus rambutnya pelan.
.
.
Sesampainya di rumah sialan ku baringkan tubuhnya di kasur. Jujur saja aku frustasi dengan keadaan seperti ini. Setelah bangun pasti Istri Sialan akan memarahiku, apalagi keadaan Anak sialan sedang kritis seperti ini.
"Arggh," kujambak rambuku pelan.
Cih, apa yang harus kulakukan agar Anak sialan itu selamat. Aku benar-benar bingung. Ku elus pelan wajah Istri Sialan yang sedang tidur, wajahnya masih ketakutan.
"Aku harus bagaimana Mamori?"
.
.
Mamori Pov
Aku sedang berada di taman bunga. Di sana ada Yoichi dan Yota disana. Tiba-tiba pemandanganku berubah menjadi kuburan. Sekarang aku berdiri di sepan salah satu batu nisan, disebelahku ada Yoichi yang menemaniku. Kulihat batu nisan di depanku. Batu nisan itu bertuliskan nama Yota Hiruma. Aku tidak salah lihatkan? Itu-itu tidak mungkin. Mataku mulai berkaca-kaca. Yoichi memelukku, wajahnya sangat sedih.
.
.
Aku terbangun. Kulihat Yoichi duduk dipinggir kasur. Aku langsung memeluk dia. Dia terlihat terkejut, namun dia tetap membalas pelukanku. Di dalam pelukannya aku mulai menangis.
" Yota hiks dia tidak kenapa-kenapakan? Hiks katakan padaku Yota hiks baik-baik saja hiks itu hanya mimpi kan?"
Yoichi mengelus rambutku dan mengecup singkat dahiku.
"Tenang saja Anak sialan baik-baik saja, lebih baik kau tidur lagi," jawab Yoichi.
Aku tahu Yoichi sedang berbohong. Aku tahu Yota sedang ada di rumah sakit sekarang, mungkin sekarang kondisinya sangat kritis. Tapi, entah kenapa jawaban itu yang ingin ku dengar dari Yoichi.
.
.
Hiruma Pov
" Yota hiks dia tidak kenapa-kenapakan? Hiks katakan padaku Yota hiks baik-baik saja hiks itu hanya mimpi kan?"
Sakit rasanya ketika kumendengar Istri Sialan bertanya seperti itu. Dia sangat terpukul sekali akan kejadian ini. Aku mengelus rambutnya dan mengecup singkat dahinya.
"Tenang saja Anak sialan baik-baik saja, lebih baik kau tidur lagi," jawabku.
Kuso! Entahlah apakah Istri Sialan tahu aku sedang berbohong. Istri Sialan mengangguk lemah dan kembali tidur.
.
Kemungkinan Anak Sialan itu bisa selamat hanya 1%. Karena, selama ini tidak pernah terjadi kejadian seperti ini. Tentu saja jika orang tua sialannyanya seperti aku mungkin akan banyak sekali kasus seperti ini. Tch, lebih baik aku tidur.
"Ini semua salahmu Hiruma!"
Kata-kata yang tadi Istri Sialan katakkan terus terngiang-ngiang di kepalaku. Kuso! Kenapa kata-kata itu terus berada di kepalaku.
.
.
TBC
Review ?
