I LIKE YOU
Ditulis oleh Jeen Teppei
Kagami X Reader/You/OC
Cast:
Kuroko No Basuke Original Chars
Reader/You/OC sebagai Narashiki Aihara
Aihara meletakkan pulpennya dan dengan menopang pipi melihat lurus keluar jendela. Malam ini Bulan tampak bersinar lebih terang dari biasanya.
Untuk pertama kali sepanjang hidupnya, ada seseorang muncul dalam pikirannya saat dia belajar.
"Sepertinya aku benar-benar menyukai Kagami-kun." Kata Aihara, pura-pura percaya bulan bisa mendengarnya.
Aihara tertarik pada Kagami sejak dia melihat siswa kelas 1 berambut merah marun itu masuk ke kelasnya untuk bicara dengan salah satu teman sekelasnya, Aida Riko.
Dia masih ingat saat itu Kagami datang dengan terburu-buru.
"Pelatih, aku minta formulir keanggotaan resmi klub basket."
Karena kaget Riko refleks menyemburkan air susu yang sedang diminumnya ke arah depan hingga wajah Kagami basah.
Sejak itu Aihara selalu mengalihkan perhatiannya setiap kali ia melihat Kagami.
Sebelumnya Aihara tentu sering memikirkan Kagami, tapi ini benar-benar pertama kali fokusnya terganggu saat belajar. Dan dengan itu, sekarang Aihara yakin tentang perasaannya untuk Kagami.
"Baiklah kalau begitu," Aihara menutup bukunya dan berdiri. "Kurasa aku akan tidur lebih awal." Kulit seorang gadis harus terlihat segar saat menyatakan cinta.
"Tuhan, pelatih selalu nyuruh kita kumpul mendadak begini," Kagami mengeluh dari hati terdalam. "Kenapa juga kita harus memberikan semua kertas ujian tengah semester kita padanya? Aku berharap dia tidak merencanakan sesuatu yang gila lagi."
"Aku tidak yakin. Yang aku dengar kita tidak bisa main di Inter-Highs kalau nilai ujian kita ada yang tidak memenuhi standar KKM." Jelas Kuroko yang berjalan di samping Kagami.
Kagami menghentikan langkahnya dan dengan wajah panik bertanya: "Hah? Serius?"
"Oi, Kuroko, Kagami." Panggil seseorang dari arah belakang, Kuroko dan Kagami segera membalikan tubuh mereka ke arah suara.
"Furihata, Kawahara, dan... Fukada."
"Wah.. Akhirnya Kagami ingat nama kita." Kata Fukada.
"Aku bingung kenapa kita melakukan ini sekarang? Pertandingan final kan masih jauh?" Tanya Furihata saat mereka menuruni tangga.
"Mungkin terkait dengan uji kemampuan dua hari lagi." Kata Kuroko.
"Tapi bukannya itu tidak mempengaruhi nilai kita?" Tanya Kawahara.
"Lalu apa masalahnya? Kita cuma harus fokus latihan." Kata Kagami.
"Kita punya masalah besar." Riko menyapa junior-juniornya yang baru tiba di aula basket dengan kedua tangan terlipat di depan dada dan kening berkerut.
"Dia menakutiku..." Fukada bergumam pelan, semua sependapat dengannya.
"Seperti yang kalian tahu dua hari lagi akan diadakan tes uji kemampuan. Dan ya, hasil tesnya tidak mempengaruhi nilai kalian. Tapi..."
Hyuuga meneruskan Riko. "...kita memiliki sekitar 300 murid per angkatan. Tes akan memberitahu di mana kalian ditempatkan."
"Tiga terbawah harus mengikuti kelas remedial sabtu depan, dan itulah masalahnya." Izuki menambahkan.
"Sabtu... Tunggu, itu kan hari pertandingan kita di Inter-Highs melawan SMA Too?!" Kagami bertanya dengan wajah tegang.
Koganei yang berdiri di sebelahnya membenarkan dengan anggukan kepala. "Jadi kalau hasil tesmu kacau, kau tidak bisa bermain. Kau harus berurusan dengan itu dulu sebelum menang atau kalah."
"Dan karena itu kami memutuskan untuk memeriksa nilai ujian tengah semester kalian," Jelas Hyuuga. "Yang nilainya jelek akan mendapat pelatihan khusus di rumah pelatih, mulai malam ini."
"Ru-rumah pelatih?!"
"Baiklah, keluarkan hasil ujian tengah semester kalian!" Teriak Hyuuga.
Dengan malu-malu para junior mengumpulkan kertas ujian mereka pada para senior. Setelah terkumpul jadi satu Hyuuga memberikan semuanya pada Riko.
"Furihata-kun, Kawahara-kun, dan Fukada-kun.." Riko memeriksa cepat kertas-kertas di tangannya dengan penuh ketelitian. "Nilai mereka cukup baik," Gumamnya lalu mengangkat kepalanya. "Tapi jangan lupa untuk belajar di rumah ya."
"Baik!" Kata Furihata lantang.
Kawahara menghembuskan napas lega. "Kita selamat."
"Sekarang sisanya..." Riko memicingkan matanya, melirik tajam Kagami dan Kuroko. Masa depan tim basket Seirin bergantung pada mereka.
Nilai-nilai Kuroko: 57, 59, 49, 81, 55, 63.
"Wow, ini rata-rata." Kata semua senior bersamaan.
Reaksi priceless senior-seniornya membuat Kuroko merasa ada yang salah dengan dunia ini.
"I-ini tidak buruk atau apapun! Ini hanya juga tidak bagus." Kata Riko.
"Tapi nilai bahasa Jepangnya sangat tinggi!" Kata Izuki.
"Dapat nilai 63 di sejarah Jepang," gumam Kagami, lalu melanjutkan dengan mengeraskan suaranya. "Kuroko, kau ini jenius atau apa?!"
Nilai 63 saja dianggap jenius? Dengan penuh kekhawatiran semua senior langsung mengalihkan pandang mereka ke Kagami.
"Kumohon.. Jangan.." Gumam Riko.
"Ini." Kagami menyerahkan hasil ujian tengah semesternya pada Riko.
Nilai Kagami: 9, 0, 14, 3, 5..
"JELEK SEKALI!" Teriak Izuki, Koganei dan Hyuuga serempak disertai kilatan petir di belakang mereka.
"Aku tahu kau idiot, tapi aku tidak mengira kau sebodoh ini!" Teriak Riko penuh kemarahan.
"Bagaimana bisa bahkan nilai bahasa inggris mu jelek?!" Tanya Izuki.
Kuroko menoleh pada Kagami di sampingnya. "Kagami-kun, bukannya kau tinggal di luar negeri?"
"Bahasa inggris jepang terlalu formal!" Kagami menyahut emosi. "Aku mengerjakan ujianku lancar hanya dengan insting."
Riko memasang mata elangnya bersiap memangsa Kagami. "Jangan main-main denganku!"
Riko berlari kencang ke arah Kagami lalu membanting keras tubuh juniornya itu.
"Ya Tuhan, kita semua harus kerja sama untuk yang satu ini." Kata Hyuuga sambil menatapi angka 0 dalam kertas di tangannya.
"Kalian sendiri.. Memang kalian semua benar-benar pintar?" Tanya Kagami, meragukan.
"Jangan kurang ajar!" Lagi, Riko membanting brutal tubuh Kagami.
Hyuuga menoleh ke belakang dan berteriak kesal pada Kagami. "Tentu saja! Setidaknya dibanding dirimu."
"Kalau begitu mari kita ambil kesempatan ini untuk mengumumkan bagaimana kami, para senior, melakukan tes uji kemampuan kami," kata Kagonei penuh semangat. "Pertama kapten kita, Hyuuga Junpei: peringkat 112 dari 305!"
"Ya, cukup baik untukku." Hyuuga berkomentar acuh tak acuh.
Koganei melanjutkan. "Izuki Shun, 71! Tsuchida Satoshi, 81! Mitobe Rinnosuke, 74! Dan akhirnya aku, Koganei Shinji, 52!"
"Kalian semua luar biasa!" Kagami terkagum. "Terutama kau, Koganei-senpai!"
"Dan yang terakhir pelatih kita Aida Riko: 2!" Teriak Hyuuga, terselip kebanggan di dalamnya.
"HAAAAAAAAAAAH?!" Saking kagetnya Kagami hampir kena serangan jantung. "Kau, pelatih, peringkat dua? Kau sepintar itu?" Tanyanya, menolak untuk mempercayai hal itu.
Riko bertolak pinggang dan membusungkan dadanya. "Itu benar."
Kagami memalingkan wajahnya. "Sial, siapa yang peduli tentang nilai, yang penting aku bisa main basket dengan ba..eksksks.."
Riko mencekik leher Kagami sebelum juniornya itu menyelesaikan kata-katanya.
"Bahkan seekor monyet bisa bermain basket, tapi monyet tidak bisa menang!" Teriak Riko sambil menunjuk wajah Kagami.
Monyet?
Kagami tidak menyangka akan ada momen dalam hidupnya di mana seorang gadis memanggilnya monyet dan dia tidak bisa melakukan apa-apa untuk membela harga dirinya.
"Permisi." Kata Aihara saat ia memasuki aula.
Semua mengalihkan pandang mereka ke arah suara.
Apa yang seorang Narashiki-san lakukan di sini? Semua senior bertanya-tanya sendiri.
"Maaf menganggu." Aihara membungkuk setengah badan di depan Riko.
"Tidak apa-apa, Narashiki-san. Kami juga tidak sedang latihan kok, ada yang bisa kubantu?" Riko bertanya ramah.
"Apa aku boleh meminjam Kagami-kun sebentar?"
Panggilan kun Aihara pada Kagami membuat Riko agak heran. Dia tidak pernah tahu kalau mereka berteman. Dan hebat sekali kalau benar Kagami adalah teman Narashiki-san.
Semua senior laki-laki langsung membully Kagami. "HAH? KENAPA DI DUNIA INI SEORANG AIHARA NARASHIKI MENCARIMU?!"
Kagami melawan balik untuk bertahan hidup. "MANA AKU TAHU! DAN BERHENTI MEMUKULIKU! SENPAI MACAM APA KALIAN SELALU MENYIKSA ADIK KELAS?!"
Mengabaikan keributan di belakangnya, Riko berpikir keras. Bagaimana ini.. Kalau mengizinkan, aku yakin Kagami-kun pasti kabur. Tapi kalau menolak.. Duh pusing! Katakan yang sejujurnya sajalah. "Maaf, Narashiki-san. Aku tidak bisa membiarkanmu membawa Kagami-kun karena dia pasti akan menggunakan kesempatan itu untuk kabur."
"Kabur?"
"Jadi sebenarnya kami berkumpul di sini untuk memeriksa nilai ujian tengah semester para anggota junior. Nilai Kagami-kun yang terburuk, jadi mulai malam ini dia akan mendapat pelatihan khusus di rumahku," Riko melirik tajam Kagami di belakang. "Yang mana aku yakin dia pasti lebih memilih terjun dari atap daripada melakukannya. Tapi kami benar-benar tidak boleh menyerah karena kalau Kagami-kun gagal dalam uji kemampuan lusa nanti, dia tidak bisa bermain di pertandingan sabtu depan."
"Aku mengerti, kalau begitu aku akan bicara dengan Kagami-kun di sini." Kata Aihara, lalu melewati Riko untuk mendatangi Kagami.
Wajah Kagami sedikit memerah. Dia bukan orang yang mudah malu, tapi dipandangi oleh seorang gadis cantik di depan banyak orang adalah situasi yang membuatnya sangat tidak nyaman.
"K-kenapa?" Kagami bertanya dengan alis setengah terangkat.
Aihara tersadar dari lamunan pendeknya lalu membungkuk setengah badan. "Kita belum berkenalan secara resmi. Aku Aihara Narashiki, kelas 2-1. Aku menyukaimu."
"APAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA?!" Semua berteriak kaget, kecuali Kuroko yang bingung seperti anak hilang.
"Sadis. Gadis paling populer di sekolah naksir Kagami." Kata Hyuuga, berurai air mata.
Mitobe meletakkan tangannya di pundak Hyuuga.
"Tunggu, ini sedang terjadi dalam mimpi atau di dunia nyata?"
Koganei memutar bola matanya, jengah. "Izuki, kenapa sih leluconmu tidak pernah ada yang lucu?"
Di Amerika orang biasanya menunjukkan ketertarikan pada sama lain dan setidaknya jalan sekali sebelum menyatakan cinta. Apa di Jepang ini benar-benar umum? Seorang gadis mendatangi laki-laki yang mereka sukai dan hanya menyatakan perasaan mereka seperti ini? Kagami bahkan tidak bisa berkedip karena dia terlalu bingung, ia tidak tahu apa yang harus dilakukan atau katakan. Tentu Kagami tidak buta: tubuh mungil, kulit putih, mata bulat, rambut hitam panjang yang tergerai. Sangat manis. Sebagai seorang remaja laki-laki normal ia mengakui Aihara sangat menarik.
"Kau tidak perlu melakukan atau mengatakan apapun. Keputusannya memang ada padamu. Tapi aku tidak mengharapkan jawaban atau akan menunggu untuk itu. Aku di sini hanya untuk memberitahumu perasaanku, melakukan apa yang harus aku lakukan."
EH? Kagami baru saja menyadari sesuatu.
Gaya bicara tegas dan jelas.. Hanya melakukan apa yang harus aku lakukan.. Kalimat itu mengingatkannya pada sosok Midorima. Ya! Hanya Midorima yang akan berkata seperti itu. Juga, ekspresi wajah datar dan tatapan hampa yang tidak berubah sedetikpun.. Kuroko dan Midorima digabung jadi satu dalam raga seorang gadis! Dia sangat menyeramkan! Seluruh bulu yang ada pada tubuh Kagami kini berdiri tegak.
"Aida," Aihara berbalik. "Izinkan aku untuk membantu kalian."
"A-apa?"
"Serahkan Kagami-kun padaku. Aku akan melakukan yang terbaik agar dia bisa mengerjakan soal uji kempampuan dengan lancar."
"Apa dia bermaksud mengajariku? Memang dia pintar juga ya?" Kagami bertanya pelan pada Hyuuga.
Hyuuga memukul kepala belakang Kagami hingga juniornya itu meringis kesakitan. "Narashiki-san tidak hanya pintar. Kau sudah tahu pelatih peringkat 2, tapi itu tidak stabil karena Rikoo harus bersaing dengan sepuluh terpintar lainnya, dia juga bahkan pernah keluar dari 10 besar.."
"Itu sama sekali tidak penting. Pelatih tetap seorang jenius bagiku." Kagami menyela.
"Dan Narashiki-san adalah kesempurnaan. Dia peringkat 1, dan tidak pernah pindah dari sana. Tes atau bukan, dia selalu mendapatkan 100 di atas kertas nya."
Selalu 100? Tidak pernah membuat kesalahan bahkan pada satu nomor soal pun? "Itu tidak mungkin..." Kagami terkagum tapi di saat bersamaan fakta itu membuatnya takut. DIA SEMAKIN MENYERAMKAN SAJA!
"Ini seperti bantuan dari surga," Riko membungkkukan badan berkali-kali. "Aku percayakan Kagami idiot padamu. Narashiki-san, terima kasih sebanyak-banyaknya."
Semua senior ikut membungkukkan badan bersama Riko. Mereka bersyukur tidak harus mengajari Kagami. "Terima kasih, Narashiki-san!" Kau menyelamatkan kami.
"Tidak perlu berlebihan seperti itu," Aihara kembali berbalik pada Kagami. "Aku yang menawarkan bantuan."
Sepulang sekolah..
Dengan terpaksa Kagami pulang bersama dengan Aihara. Mereka pergi dengan kereta.
"Arah pulang kita ternyata sama." Kagami bergumam pelan pada diri sendiri saat memasuki kereta.
Gerbong kereta dipenuhi orang-orang yang pulang kerja. Beruntung, Kagami dan Aihara mendapat tempat duduk.
Di stasiun berikutnya Aihara harus berdiri karena memberikan tempat duduknya pada seorang ibu hamil.
Kagami menunduk lesu. Seharusnya aku yang melakukan itu. Apa dia sengaja mempermalukanku?
Setibanya di tujuan Kagami sangat kaget karena ternyata mereka tinggal di bangunan apartemen yang sama.
PANTAS SAJA SEPANJANG JALAN TERASA TAK ASING!
"AR.." Kagami berhenti sebentar karena ia lupa nama Aihara, kemudian masa bodo melanjutkan langsung ke intinya. "KENAPA KAU TIDAK MEMBERITAHUKU KALAU KAU JUGA TINGGAL DI SINI?"
"Kau tidak bertanya." Jawab Aihara, masih dalam sikap tenangnya. "Juga, kita pernah beberapa kali satu lift jadi ku kira Kagami-kun sudah tahu."
"Ap-apa?" Kami pernah satu lift dan aku benar-benar bahkan tidak familiar dengan wajahnya. Apa dia baru saja memberitahuku kalau dia memiliki kemampuan seperti Kuroko?!
"Kenapa harus memasang ekspresi wajah seperti orang yang baru melihat begitu.." Aihara melangkah masuk ke dalam lift, Kagami mengikuti dengan lunglai.
"Tolong jangan beritahu aku kau juga suka membawa jimat kemana-mana." Kagami menampar wajahnya sendiri.
"Apa yang kau bicarakan?" Kata Aihara sambil menekan tombol lift nomor 5.
Itu jelas artinya tidak. Kagami menghembuskan napas lega. Untung dia tidak seaneh Midorima.
"Ar.. Karena kita masih satu gedung berati aku boleh pulang dulu kan?" Tanya Kagami.
Aihara mengunci pintu apartemennya. "Maaf Kagami-kun aku tidak bisa melakukan itu."
"K-kenapa?!" Cih, berlebihan sekali sih.
"Aida sudah menjelaskan situasinya padaku dan aku tidak diizinkan untuk itu. Lagipula kita memang tidak boleh umembuang waktu sedikitpun. Berdasarkan nilai-nilai tengah semestermu, aku setuju dengan semuanya kalau Kagami-kun benar-benar idiot."
Kagami menyahut emosi. "Apa kau harus mengatakan sesuatu yang menyakitkan seperti itu?!" Sial, aku sangat lapar. Kagami membantin sambil memegangi perutnya.
"Ingin pulang hanya untuk makan.. Apa Kagami-ku mengira aku tidak memberimu makan di sini?"
Mata Kagami membesar. Lagi-lagi..
Kagami melahap cepat steak sapi yang disajikan Aihara.
"Aku terkejut ternyata kau bisa memasak. Dan ini bahkan jauh lebih enak dari pernah kumakan di restoran." Kata Kagami sambil terus mengunyah. Dia sempat mengira Aihara seperti pelatihnya yang sangat buruk dalam memasak.
"Ini hanya steak, semua orang bisa memasaknya. Enak atau tidak hanya tergantung pada kualitas daging dan sausnya. Dan aku sarankan jangan bicara saat makan." Aihara meminum air di gelasnya lalu beranjak keluar dari dapur.
Mereka belajar di ruang depan.
Aihara mengajari Kagami dengan sangat serius. Penjelasan Aihara sangat mudah dimengerti, tapi tetap saja mendengar dan membaca materi membosankan membuat Kagami mengantuk.
TUK! Aihara memukul kepala Kagami dengan kipas kertas raksasanya lagi.
"AAAAAAAA!" Kagami berteriak kesakitan sambil memegangi kepalanya. "BERHENTI MELAKUKAN, AR!"
"Maka jangan tertidur. Dan bahkan kalau Kagami-kun tidak ingat namaku, kau tidak bisa hanya memanggilku AR. Kau harusnya bertanya atau setidaknya tambahkan satu huruf A lagi di belakang."
"Terserahlah.. Ini sudah jam 3 pagi! Biarkan aku pulang! Aku ingin tidur!"
"Aku juga mengantuk sepertimu. Tapi kau belajar begitu lambat, sedangkan kita masih memiliki banyak materi yang harus dikejar."
Kagami menempelkan kepalanya ke meja.
"Sebutkan ciri-ciri Moluska?" Tanya Aihara, membacakan salah satu soal IPA di tangannya.
Kagami yang berjalan lunglai tanpa jiwa di sebelahnya menjawab asal. "Mereka menjijikan."
"Salah. Jawabannya: kaki berotot, massa viseral organ internal, dan cangkang."
"Dan siapa yang peduli tentang itu?!" Kata Kagami, terdengar sangat marah.
"Tenangkan dirimu, Kagami-kun."
"Bagaimana bisa? Kau memaksaku untuk belajar sepanjang malam, bahkan tidak memberiku waktu untuk tidur setidaknya selama 10 menit. Apa kau mencoba membunuhku?!"
"Tentang itu, kita hanya memiliki satu hari tersisa. Jadi aku juga tidak bisa membiarkanmu tidur malam ini." Kata Aihara saat mereka di depan Zebra Cross.
Mendengar itu, Kagami semakin tidak bisa melihat bisa melihat masa depan hidupnya. Malam ini begadang lagi, sepertinya aku benar-benar akan mati.
Aihara menghentikan langkahnya karena melihat lampu lalu lintas menyala merah, sedangkah Kagami yang sedang dalam Mode Zombie terus berjalan.
"Kagami-kun..."
TIN! TIN! Terdengar lengkingan suara klakson mobil yang amat keras.
Kagami menoleh lemas dan matanya langsung membelalak melihat sebuah truk melaju kencang mengarah kepadanya. Aihara segera berlari untuk menyelamatkan Kagami.
APA INI ADALAH BAGAIMANA HIDUPKU AKAN BERAKHIR?! Mati muda ditabrak truk...
"Kau beruntung itu tidak terjadi karena aku ada di sini." Kata Aihara saat menarik tubuh Kagami.
ARA..
Mereka jatuh ke arah belakang dengan posisi Kagami menindih Aihara.
MENYELAMATKAN HIDUPKU.
"Kagami-kun," Aihara menepuk pelan lengan Kagami. "Kau sangat berat."
Kagami tersadar dan langsung berdiri. "Sial tadi hampir saja.."
"..kau harus lebih berhati-hati."
"Apa kau baik-baik saja?" Kagami membantu Aihara berdiri.
"Kurasa," Aihara berbalik membelakangi Kagami. "Tapi sikuku terasa perih."
"AAAAAAAA KAU BERDARAH!"
"Oh, pantas." Kata Aihara seolah tidak ada yang terjadi.
Kagami memegang kedua bahu Aihara. "Kau tahu, ini menakutkan kau benar-benar selalu tenang dalam setiap situasi."
Aihara mengobati lukannya sendiri di UKS. Kagami bersikeras untuk membantu tapi bel sudah berbunyi sehingga ia tidak punya pilihan selain terpaksa mengikuti perintah Aihara untuk masuk ke kelas.
"Kau tahu, ini menakutkan kau benar-benar selalu tenang dalam setiap situasi."
Aihara menutup kotak P3K dan menaruhnya kembali kedalam lemari. Kedua sikunya sudah terbalut rapih oleh perban.
Selalu tenang dalam setiap situasi? Kau salah Kagami-kun. Kau harusnya melihat bagaimana paniknya aku saat berlari mencoba untuk menyelamatkanmu.
"Bagaimana berlajarmu?" Tanya Kuroko pada Kagami yang baru saja duduk di bangkunya.
"Aku terlalu banyak ketinggalan," Kagami menghembuskan napas lesu. "Lupakan tentang Inter-Highs. Aku begitu bodoh jadi mungkin aku akan melewatkan babak final."
"Jangan seperti itu, Kagami-kun. Semua senior kita percaya tim kita tidak akan bisa melakukannya tanpamu."
"Aku tahu."
"Dan juga, aku sudah mendengar tentang Narashiki-senpai. Sepertinya kau sudah berada di tangan guru terbaik yang bisa kau dapatkan."
Kagami menoleh keluar jendela di sebelah kirinya dan bergumam pelan. "Dia benar-benar adalah guru terbaik."
"Kau memiliki waktu 30 menit untuk mengerjakan ini," Kata Aihara sambil memberikan kertas soal matematika pada Kagami. "Dan seperti kemarin, nanti aku akan mengoreksi dan memberi penjelasan soal yang salah."
Kagami mengambil pulpennya dan mulai mengerjakan soal.
Baru mengerjakan satu nomor yang entah jawabannya benar atau tidak, Aihara mengentikan tangan Kagami yang sedang menulis.
? Kagami mengangkat kepalanya untuk melihat wajah Aihara.
"Kau memiliki terlalu banyak hal di pikiranmu untuk bisa fokus pada soal." Kata Aihara.
Lagi, lagi, lagi dan lagi. Kagami menyeringai iblis. "Sepertinya kau selalu tahu apa yang ada di pikiranku. Apa kau pembaca pikiran atau semacamnya?"
Aihara menoleh pada jam dinding. 09:30 malam. Waktu yang tersisa semakin tipis sedangkan materi yang Kagami harus pelajari masih banyak sekali, Aihara benar-benar harus memaksimalkan waktu.
Setengah jam saja untuk bicara bebas, lagipula aku memang harus mengbalikan fokusnya. "Tentu bukan. Aku juga tidak percaya di dunia ini ada orang-orang seperti itu."
"Lalu jelaskan.. Bagaimana bisa ketika aku memikirkan sesuatu, lalu kau selalu mengatakan kalimat yang seolah menjawab apa sedang kupikirkan dengan sangat tepat."
Tanpa mengalihkan pandangnya sedetikpun dari Kagami, Aihara menopang pipinya. "Aku hanya menduga."
Kagami mengerutkan keningnya. "Menduga?"
"Aku membaca banyak buku tentang kepribadian. Kau tahu, kau bisa mengetahui pola pikir seseorang hanya dari melihat kebiasaan, mimik wajah dan nada suara mereka."
"Itu menyeramkan."
"Menurutku itu ilmu yang menarik untuk dipelajari. Mau meminjam buku-bukunya?"
Kagami menggeleng, menolak tegas tawaran Aihara. "Tidak, terima kasih. Dan aku benar-benar tidak suka membaca buku."
"Kagami-kun, sepertinya kau belum mengatakan apa yang sebenarnya ingin kau memberitahukan padaku. Jangan menahannya karena kita harus segera kembali belajar."
"BERHENTI MEMPRAKTIKAN ILMU MENYERAMKANMU PADAKU."
"Maaf, tapi raut-raut wajahmu terlalu jelas."
Kagami mengatur napasnya beberapa saat. Sial kenapa jantungku tiba-tiba berdetak sangat cepat begini?! "Terima kasih. Terima kasih sudah melakukan ini dan terima kasih sudah menyelamatkanku, Aihara-se..senpai."
"Sama-sama." Balas Aihara singkat. "Dan tidak usah memaksakan diri memanggilku senpai. Aku tidak keberatan dipanggil hanya Ara oleh Kagami-kun," gadis itu meletakkan tangannya di atas tangan Kagami. "Jangan mengecewakanku dan semua anggota tim basket."
Kagami menatap Aihara beberapa saat lalu mengangguk.
Mereka melanjutkan berlajar hingga matahari terbit.
Uji kemampuan. Harap matikan handphone. Guru pengawas duduk kembali setelah menulis hal tersebut di papan tulis.
"Kagami-kun, semoga beruntung." Kata Kuroko. Dia bisa melihat jelas kegugupan Kagami.
Kagami yang tengah diselimuti aura kegelapan merasa bahwa dia tidak siap untuk ujian ini. Kagami belum menguasai seluruhnya materi yang diajarkan Aihara selama dua hari terakhir, tapi dia juga tidak bisa mengecewakan semuannya.
Aku tidak boleh menyerah! Kagami menggenggam erat pinsilnya.
Untuk pertama kali dalam hidupnya, seorang Kagami Taiga mengerjakan yang namanya ujian dengan sungguh-sungguh, dan itu sangat menyiksanya. Tenaganya dikuras habis oleh setiap soal yang memusingkan kepalanya.
Sial. Sial. Siallllllllllllllllllllllllllllllll..
Waktu habis.
Guru pengawas mengumpulkan kertas-kertas ujian menjadi satu lalu meninggalkan kelas. Beberapa murid pun keluar untuk beristirahat.
"Kagami-kun, Kagami-kun, bagaimana tadi?" Tanya Kuroko.
"Diam," Kagami menempelkan keningnya pada meja. "Aku sudah selesai dan aku tidak ingin mengingatnya." Tadi itu benar-benar neraka!
ESOKNYA...
Dipimpin oleh Riko, semua anggota senior tim bakset Seirin berlari menuju kelas 1-B untuk melihat hasil tes uji kemampuan Kagami.
"Cepat! Nasib tim kita tergantung pada ini!" Teriak Hyuuga.
"Jangan mengewakan kami, Kagami!" Teriak Koganei.
"Aku tidak akan memaafkanmu kalau kau ada di seratus terbawah." Kata Riko, sangat cemas.
"Kagami!" Hyuuga membuka pintu kelas 1-D dengan dramatis.
Kagami dan Kuroko menoleh ke arah pintu.
"Bagaimana nilaimu?" Tanya Riko.
Kagami memandangi satu persatu wajah tegang senior-senior di depannya.
Wajah serius Kagami semakin membuat semunya DAG DIG DUG karena memikirkan kemungkinan terburuknya.
Kagami mengeluarkan perlahan kertas di kantung seragamnya, lalu seketika mengubah ekspresi wajahnya-nyengir, memamerkan hasil tes uji kemampuannya.
Nilai Kagami:
Bahasa Jepang, 98 | KKM, 50.5
Inggris, 65 | KKM, 58.7
Matematika, 51 | KKM, 49.8
IPA, 70 | KKM, 60.5
Sejarah Jepang, 65 | KKM, 50.0
Preringkat 90 dari 308 murid
"WAAAHHH!" Semua senior berhasil dibuat kaget, tapi mereka lega Kagami lolos dari kelas remedial.
"Luar biasa! Narashiki-san memperbaiki otak idiot Kagami hanya dalam 2 hari!" Kata Riko.
"Lupakan seratus terbawah, Kagami bahkan masuk seratus teratas!" Kata Izuki.
"Narashiki-san sungguh seorang jenius!" Kata Koganei.
Riko menghela napas lega. "Semuanya berakhir baik. Sekarang kita bisa fokus pada pertandingan!"
Semua menyahut serempak dengan penuh semangat. "YA!"
Kecuali... Hyuuga yang sedang menangis di pojokan.
"Hyuuga-kun, ada apa? Ke-kenapa kau menangis?" Tanya Riko.
"Aku... Aku tidak percaya aku kalah dari Kagami... Aku bahkan tidak sebodoh itu..." Air mata Hyuuga semakin menderas.
"Ayolah, ini juga bukan sepenuhnya usaha Kagami sendiri, ia memiliki Narashiki-san di sisinya. Jadi tentu saja kau tidak bisa mengalahkan Narashiki-san.. atau anak didik teridiotnya," Riko menoleh pada Kagami. "Iya kan?"
"Berhenti memanggilku idiot!" Kagami berteriak emosi.
Kagami berlari mengejar Aihara yang dilihatnya baru keluar dari gerbang sekolah.
"ARA!" Panggil Kagami.
Aihara menghentikan langkahnya dan berbalik. "Kagami-kun.. Ada apa?"
"Um, bisakah kita pulang bersama seperti kemarin-kemarin." Kagami menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Kenapa tidak."
Aihara kembali berjalan, Kagami mengikuti di sampingnya.
"Bagaimana siku mu?" Tanya Kagami.
"Semakin membaik."
Syukurlah.. "Apa kau tidak akan bertanya bagaimana hasil tes uji kemampuanku?"
"Tidak."
"Cih," Kagami mengendus kesal lalu menyeringai. "Kau benar-benar selalu menjawab segala sesuatu dengan tegas dan jelas ya?!"
"Karena aku sudah tahu dari Aida," Jelas Aihara. "Kagami-kun peringkat 90."
"Dan kau sendiri? Apa kau peringkat 1 lagi?"
"Tentu."
Kagami menoleh untuk menatap wajah Aihara.
Gadis ini.. Kami jelas sangat berbeda.
"Kita belum berkenalan secara resmi. Aku Aihara Narashiki, kelas 2-1. Aku menyukaimu."
Kenapa dia menyukaiku? Dan setelah hari itu dia seperti biasa-biasa saja. Apa mungkin dia tidak serius tentang menyukaiku? Tidaktidaktidaktidak! Kagami Taiga berhenti memikirkan hal-hal memalukan seperti itu! Ingat gadis di sampingmu bisa membaca pikiran!
Kagami memakan makan malamnya dengan tidak bersemangat.
Ini aneh. Kenapa aku merasa kesepian? Bodoh sekali, selama ini aku kan memang tinggal sendiri.
Kagami menatap lurus pada kursi kosong di depannya dan membayangkan Aihara sedang duduk di sana menatap balik dirinya dengan wajah datar dan mata kosong khasnya.
Apa aku tiba-tiba merasa kesepian karena dua hari terakhir bersama Ara sangat menyenangkan?
Dan.. Tidak pernah ada orang selain kami, apa Ara juga tinggal sendirian sepertiku?
Kagami bertanya-tanya apakah Aihara juga berpikir kalau dua terakhir ini menyenangkan..
Setelah mencuci piring bekas makannya Kagami memutuskan untuk menemui Aihara. Meskipun dia tidak terlalu yakin untuk apa.
"Kagami-kun?" Aihara bergumam pelan ketika membuka pintu.
"Um, apa kau sedang sibuk?"
"Tidak. Aku baru saja selesai makan. Apa Kagami-kun kemari untuk berlajar bersama lagi."
Kagami menggeleng cepat. "Jangan tersinggung, kau adalah guru yang hebat. Tapi setelah tes kemarin aku hanya benar-benar harus mengistirahatkan kepalaku."
"Jadi.. Untuk apa Kagami-kun kemari?"
Kagami membalas agak lama. Untuk apa aku kemari?! "A-ara.. Bisa kita bicara?"
"Apa yang ingin kau bicarakan?"
Aihara meletakkan segelas jus jeruk di meja lalu bergabung duduk dengan Kagami di sofa.
Kagami langsung meminum habis jus jeruk yang disuguhkan Aihara untuknya, berharap itu bisa menghilangkan kegugupannya tapi sayangnya tidak berhasil. Sial. Ini bahkan lebih parah dari saat aku mengerjakan uji kemampuan kemarin.
"Ara.. Apa kau juga tinggal sendirian sepertiku?" Mungkin aku bisa memulai dengan pertanyaan ini..
"Kagami-kun tinggal sendiri? Itu pasti menyenangkan. Aku tinggal bersama ayah dan ibuku."
"Sungguh? Tapi sepertinya tidak ada siapapun di sini?!"
"Ayah bekerja di sebuah perusahaan game jadi dia memang jarang pulang. Ibuku adalah seorang penulis, dia sekarang ada di kamarnya, dan tidak akan keluar sebelum menyelesaikan project buku yang sedang dikerjakan."
"Begitu." Kagami bergumam pelan. Jadi kita tidak sama.. Tapi aku senang mengetahui ternyata kau tidak kesepian. Tunggu, kenapa juga aku peduli apakah dia kesepian atau tidak?!
"Terima kasih sudah mengkhawatirkanku, Kagami-kun."
"AAAAAAAA!" Kagami menutup kepalanya dengan panik. "Kau melakukannya!"
Aihara bertanya polos. "Melakukan apa?"
"Ara.." Kagami mengubah nada suaranya ke serius. "Tentang hari itu.. Saat kau menyatakan cinta padaku. Kau tidak sungguh-sungguh kan?"
Aihara menatap lurus wajah Kagami. "Tentu saja aku bersungguh-sungguh. Aku benar-benar menyukai Kagami-kun."
Bagaimana aku harus mempercayai itu. "Kenapa? Kenapa kau meyukaiku? Aku sangat berbeda denganmu. Dan sama sekali tidak ada yang menarik dariku."
"Kagami-kun membuatku tersenyum."
"Jangan konyol. Aku bahkan tidak pernah melihatmu tersenyum." Kata Kagami, lalu dengan mudahnya Aihara memberikan sebuah senyuman padanya.
A...
DEG!
DEG!
DEG!
Sungguh senyuman yang.. Memberika sejuta rasa di saat yang bersamaan. Kagami bahkan merasa seperti ada ratusan kembang api indah meletus di belakangnya.
"Aku tidak menyangka orang seperti Kagami-kun ternyata bisa mengalami krisis percaya diri, padahal bagiku semua tentang Kagami-kun sangat menarik."
"Aku tidak mengalami krisis percaya diri! Aku hanya bersikap realistis bahwa kau terlalu baik untukku." Kagami berhenti bicara, menyadari Aihara baru saja mengatakan sesuatu yang membuatnya malu. Semua tentangku.. Menarik baginya?
"Aku suka tubuh besar Kagami-kun, aku bahkan sering membayangkan kita berpelukan, rasanya pasti hangat sekali."
"Jangan mengatakan hal seperti itu dengan wajah datar tanpa dosa!"
Aihara melanjutkan. "Aku suka alis Kagami-kun yang terbelah dua, aku suka Kagami-kun yang tidak pernah berpikir sebelum bicara, aku suka otot perut Kagami-kun.."
"Ot-otot perutku?"
"Aku pernah melihatnya sekali saat Kagami-kun mengelap keringat dengan ujung kaos di sesi latihan basket."
Kagami membuang muka untuk menyembunyikan wajah merahnya. Semua yang dikatakan Aihara membuatnya serasa ingin meledak. "Aku tidak meminta penjelasan. Aku tidak mengira ternyata kau mesum."
"Aku membayangkan hal-hal liar tentang Kagami-kun karena aku mengagumimu. Normalnya, semua gadis remaja yang sedang jatuh cinta memang begitu."
Benar. Aku melihat Ara sebagai sosok sempurna hingga melupakan fakta bahwa dia juga adalah seorang gadis yang memiliki perasaan khusus padaku. "Ara.."
"Ya?"
"Aku memutuskan untuk memberimu jawaban," Kagami menghela napas agak panjang sebelum meneruskan. "Kau mengingatkanku sekaligus pada dua orang yang ku kenal. Itu selalu membuatku canggung dan aku tidak bisa membayangkan hubungan percintaan macam apa yang akan kita miliki."
"Aku mengerti."
Kagami merasakan sesuatu yang aneh dalam dadanya dan kali ini bukan karena kegugupannya. Dia tidak suka dengan ekspresi sendu yang Aihara pasang diwajahnya.
"Aku belum selesai bicara.. Sulit menerima kenyataan bahwa kau seperti kombinasi Kuroko dan Midorima, tapi yang pasti aku ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersamamu."
Aihara berkedip bingung. "Kombinasi Kuroko dan Midorima?"
"Tolong jangan membuatku untuk menjelaskannya. Dan bukankah seharusnya kau senang karena aku membalas perasaanmu."
"Benar." Kata Aihara, lalu mengangetkan Kagami dengan membuat gerakan tiba-tiba memeluknya.
"Ara...ap-apa yang kau lakukan?!" Tubuhku.. Tubuhku sepertinya benar-benar akan meledak.
"Maaf. Aku tidak bisa menahan diri lagi," Aihara memendam wajahnya di dada Kagami. "Kagami-kun, ternyata memang hangat."
FIN
Terima kasih sudah membaca fanfic ini. Ingin Sekuel? Beritahu aku melalui Twitter JeenTeppei apa yang kalian inginkan terjadi antara kagami dan Aihara di dalam Sekuel.
NEXT: KUROKO X READER/YOU/OC
