" The Psycopath!"

Chap 1.

Main Cast : KiAnn, TeukLenn, KyuMonn, DongGu dan YeLizz.

Genre : Romance, Crime, Canibalisme dan Other!

Rated : T/M

Warning! : Typo, pairingnya bikin semaput, GAJE dan banyak kesalahan lainnya!

Don't Like, Don't Read!

Enjoying Please 😆

.

.

"Aaaarrggghhhttt..."

Teriakan itu membahana disebuah ruangan yang kedap suara. Ruang tanpa cahaya dan hanya terlihat remang-remang karena efek dari cahaya bulan yang masuk dari jendela dengan tirai putih.

Suara seorang namja yang terikat dikursi. Dengan wajah penuh lebam dan tubuh penuh luka. Ditambah pundak namja tersebut yang kini mengeluarkan begitu banyak darah karena sebuah kapak yang ditancapkan disana. Oleh seseorang yang justru tertawa kecil melihat dan mendengar suara rintihan penuh kesakitan tersebut.

"Apakah rasanya begitu sakit?", pemilik suara itu bertanya dengan sangat polosnya. Wajah cantik nan manis tersebut akhirnya terlihat ketika ia berada tepat didepan wajah sang namja yang terkena cahaya bulan.

Pemuda itu memandangnya penuh amarah. Tapi apa daya, bahkan saat ini namja tersebut bisa merasakan tubuhnya yang seolah mati rasa. Sedangkan sang pelaku yang ternyata seorang gadis manis tengah tersenyum kekanakan kearahnya.

"Kenapa menatapku seperti itu? Apa aku telah berbuat salah?", katanya kali ini wajah manis itu terlihat sedih meski sang namja sangat tau bahwa itu hanya pura-pura.

"K-kau .., a-apa yang k-kau.., hah, m-mau d-dariku?", namja itu berbicara dengan susah payah. Karena sungguh seluruh tubuhnya benar-benar sudah mati rasa. Bagaimana tidak gadis gila dihadapannya itu telah beberapa kali menancapkan kapak tajam itu ke tubuhnya.

Drrrtttt..., Drrrrtttttttt...,

Baru saja akan menjawab, handphone gadis itu berbunyi. Wajahnya tertekuk masam, tentu saja karena seseorang yang dengan berani telah lancang mengganggu kesenangannya.

"Ada apa?", tanpa basa-basi lagi gadis itu berkata dengan dingin pada seseorang diseberang sana.

'Hehehe, apa aku sedang mengganggu mu Nishi?'

Suara balasan yang seperti nya juga seorang gadis seolah tidak terpengaruh dengan nada dingin yang dikeluarkan oleh sahabatnya.

"Cepat katakan apa mau mu, Lenny?", gadis yang ternyata bernama Nishi itu menekan setiap suku katanya. Tanda bahwa ia sudah tidak ingin diganggu sekarang.

Karena ayolah, ia sedang bersenang-senang saat ini. Dan teman yang tak kalah gilanya disana malah mengganggunya.

'Arra-arra, mianhae. Aku hanya ingin minta darahnya saja. Ingat jangan dibuang, lukisan ku butuh itu segera. Dan kalau bisa kau langsung bawa kesini kalau selesai. Ok!'

Dan Tut! Mati telefon itu tertutup secara sepihak. Sedangkan Nishi hanya memutar kedua bola matanya malas. Sebelum menaruh kembali handphone pintarnya kedalam saku jaket yang dikenakannya. Ia hafal betul kelakuan sahabatnya yang satu itu. Hah, lagipula bukankah itu hal biasa?

Dan saat Nishi kembali memfokuskan atensinya pada namja yang saat ini menatap penuh waspada pada gadis yang tengah tersenyum manis padanya sekarang. Dia tidak bodoh dengan apa yang barusan didengarnya tentang pembicaraan gila tersebut. Namja itu memaki dirinya sendiri karena jatuh dalam pesona gadis yang ternyata seorang psikopat mengerikan.

"Kenapa? Jangan menatapku seperti itu, Chagie. Kau tau kita akan bersenang-senang sebentar lagi", dan seiring dengan perkataan gadis itu.

Sebuah teriakan menyayat hati kembali terdengar diruangan tersebut. Yang diiringi suara jenaka dari sang gadis manis yang memegang kapak ditangannya yang sudah berlumuran dengan darah sang namja yang sebentar lagi hanya tinggal sebatas jasad atau bangkai.

-/-

Dilain tempat Lenny, gadis itu tertawa sendiri membayangkan apa yang saat ini dilakukan sang sahabat. Didepannya ia memandang lukisan setengah jadi yang baru saja dibuatnya. Gadis manis tersebut kehabisan stok darahnya dan untunglah kalau Nishi, sahabatnya tengah beraksi.

Dan itu keuntungan tersendiri untuknya. Disampingnya seseorang tengah terbaring tidak sadarkan diri atau mungkin sudah menjadi mayat karena wajahnya yang begitu pucat. Namja yang dia sengaja beri obat tidur agar bisa dengan leluasa mengambil darah milik namja tersebut. Lenny menatap sedih pada orang tersebut, tapi dari matanya tidak terlihat sama sekali pancaran penyesalan atau rasa bersalah sekalipun. Karena justru yang ia sedihkan adalah karena darah orang itu sudah habis ia gunakan dari beberapa hari yang lalu.

Lenny bangkit dari duduknya mendorong ranjang itu masuk kedalam sebuah ruangan gelap. Dimana jika cahaya lampu disana dinyalakan maka akan bisa dilihat dengan jelas jika didalam ruangan tersebut sudah banyak bangkai manusia yang gadis itu letakkan disana.

"Monie, Lizz dan Pigu apa mereka sedang bersenang-senang juga ya?", monolognya sendiri. Setelah sebelumnya mengunci kembali ruangan tersebut.

"Ku telefon saja. Lumayan aku bisa minta mereka menyisakan darah orang-orang itu untuk ku", Lenny tersenyum senang dan kekanakan. Gadis itupun langsung merogoh handphone disaku mantelnya dan segera menghubungi sahabatnya yang lain. Sembari berjalan keluar ruangan rahasianya untuk pergi ke tempat malam ini mereka akan berkumpul.

-/-

Saat ini EmonEl yang biasa dipanggil oleh keempat sekawan nya Monel atau Monie itu saat ini tengah sibuk memasak didapur. Gadis itu tengah bingung memilih daging mana yang akan dimasaknya atau mungkin organ dalam? Ah, gadis itu menepuk jidatnya lupa terkekeh sendiri. Bukankah stok dagingnya hanya tinggal tulang dan usus saja? Ck, pantas saja sedari tadi ia merasa kedua tangannya begitu gatal.

Gadis itu melangkah menuju arah kulkas dan membuka lemari pendingin tersebut. Monie menghela nafas kesal dan cemberut lucu saat disana benar-benar hanya tersisa usus dan tulang. Gadis manis tersebut tak begitu suka bagian usus yang justru sangat disukai oleh Lizz.

"Sudahlah tidak ada daging tulang pun jadi", akhirnya dengan terpaksa gadis itu mengambil tulang beku tersebut mencairkan dan kemudian langsung memasaknya. Sekilas mungkin itu hanya terlihat seperti tulang biasa. Tapi jika diperhatikan dengan baik itu bukanlah jenis tulang hewan atau binatang liar.

Tapi tulang dari seorang manusia yang menjadi bahan permainannya, dua hari yang lalu. Gadis itu bersenandung lirih sembari mengaduk sup tulang buatannya yang terlihat begitu sedap. Dan Monie tersenyum sumringah ketika sup tersebut sudah matang.

Baru saja ia akan mengambil mangkuk dan mengambil sup, getaran disakunya membuatnya lebih dulu mengangkat telfon tersebut.

"Hallo ..",

'Monie! Apa kau dirumah?', suara di seberang sana begitu memekakan telinga. Membuat gadis manis itu sedikit menjauhkan telefon ya dari sang telinga. Sahabatnya yang satu itu memang kelewat semangat atau kesal?.

"Ya, aku dirumah Lizz. Ada apa?", tanya Monie disela-sela dirinya menikmati sup buatannya yang menurutnya lezat tapi bisa membuat orang lain mungkin akan langsung mual.

'Kau tau, si maniak darah itu meneror ku. Katanya jika aku sudah dapat darah langsung setor ke dia. Sialan sekali tuh si maniak!', maki Lizz dari seberang telfon disana. Membuat Monie terkekeh pelan.

"Ayolah Lizz. Bukankah dia memang seperti itu? Lagipula karena dia juga kan kita mendapat banyak uang", kini Monie sudah selesai. Gadis itu baru saja menaruh mangkuk bekas supaya ke tempat pencucian piring sebelum duduk santai disofa hangat miliknya.

'Ck, kau benar. Oh ya nanti malam kita kumpul dimana?'

Monie menyalakan TVnya dan pemberitaan tentang sebuah pembunuhan dengan mayat yang mengalami begitu banyak bacokan kembali tersiar dan menggemparkan. Monie terkekeh lagi, temannya yang satu itu benar-benar sadis.

"Dirumah Pigu katanya. Sekalian si Lenny mau ngambil darah yang Pigu dapat untuknya", jelas Monie sembari mengunyah keripik kulit favoritnya.

'Ok, kalau begitu. Aku pergi dulu, tanggung nih. Oh ya kau mau bagian apa?', tawar Lizz dengan semangat. Karena saat ini gadis manis di seberang sana tengah menguliti sesuatu yang membuat jiwanya begitu senang.

"Aku mau daging pahanya saja",

'Ok, nanti ku sisakan. Kau tau Nishi bahkan sudah lebih dulu ingin jantungnya. Sialan juga tuh anak! Ya sudah, by',

"By", dan monie pun kembali menonton berita dengan tenang apa lagi kali ini ia suka acaranya karena memberitakan lukisan sang sahabat yang ternyata menjadi salah satu yang terpilih untuk masuk ke galeri terbesar dikorea.

-/-

"Lenny, berhenti mengganggu ku. Nanti patung lilin ku tidak selesai-selesai!", Pigu mengerang frustasi karena sedari tadi salah satu sahabatnya yang penggila darah itu selalu saja merecokinya. Kebiasaannya jika stok darahnya habis dan itu akan membuat gadis manis itu kurang kerjaan hingga mengganggunya atau ketiga sahabatnya yang lain.

"Tapi Pi, kau bohong padaku. Harusnya kau ambil darinya dulu baru boleh kau jadikan patung tuh mayat", ucap Lenny tak kalah cemberut. Lagipula siapa suruh tadi dia menjanjikan darah untuknya, ternyata malah disuruh membantunya. Dan itu bukan tujuan utamanya, karena Lenny harus segera menyelesaikan lukisannya beberapa hari lagi.

"Tapi aku kan sudah bilang, aku lupa", kata pigu disela-selanya memahat tubuh manusia itu untuk dibuatnya menjadi manekin untuk bidang usaha yang digelutinya.

"Ck, lupa mu keterlaluan dan tidak tau situasi", dengan dongkol Lenny sedikit mencolek tubuh manusia yang sudah mulai dibalut cairan yang entah apa itu dan yang jelas hanya diketahui oleh sang pembuat.

"Yak! Jangan merusaknya pabbo!", amuk Pigu tidak terima. Yang hanya dibalas seringai oleh Lenny. Gadis itu kini duduk diatas sofa panjang guna mengistirahatkan punggungnya yang terasa pegal.

"Bangunkan aku kalau yang lain sudah datang Pi", ujarnya sebelum menyamankan dirinya untuk pergi ke alam mimpi sebentar.

"Ya, kenapa tidak sedari tadi saja kau molor sialan!", gerutu Pigu. Dan gadis itu tersenyum senang kemudian ketika tubuh didepannya sudah mulai membeku. Dan hanya tunggu sebentar lagi sebelum ia memahatnya dan menjadikannya sebuah manekin yang cantik. Karena kali ini memang korbannya adalah seorang gadis cantik.

Sedangkan Lenny gadis itu sudah tertidur dengan nyenyak.

-/-

Lizz masih sibuk berada disebuah gudang bawah tanah yang ada didalam rumah mewah miliknya. Sesekali ia mencomot daging yang sudah dipotong-potong olehnya dan mengunyahnya dengan nikmat.

Gadis cantik itu juga sudah memisahkan darah dan memasukan kedalam kantong plastik yang memang sudah disediakannya untuk si maniak darah. Siapa lagi jika bukan si Lenny bocah yang suka nuntut mereka untuk selalu menyisakan darah untuknya.

"Aish, untung saja semua ini menghasilkan uang dan tentu saja kesenangan yang luar biasa dirasakan oleh batinku", tawa renyah Lizz membahana digudang yang tidak terlalu terang tersebut.

Gadis itu berdiri sebelum sekali lagi mencomot daging yang sudah tersisa sedikit tersebut. Ia pun dengan senyum cerah langsung bergegas langsung keluar dari gudang dan segera meluncur kerumah Pigu. Meninggalkan sesosok manusia yang sudah menjadi mayat yang sudah tidak berbentuk yang mulai dimakan oleh para tikus kelaparan yang ada didalam gudang gelap tersebut.

Dan Lizz harus bergegas karena mungkin teman-temannya yang lain sudah menunggunya. Lizz juga tidak lupa membawa plastik berisikan darah dari sang mainannya tadi. Karena gadis itu tentu saja tidak ingin mendengar rengekan dari salah satu sahabatnya yang sialnya menghasilkan banyak uang untuk mereka.

.

.

TBC_!