Naruto _ Masashi-Senpai 'Kawaii'
' I Want You. '
By
Naru-Koi!
^^,
Rated : M. (Ya, ada kalanya gak ada *Plakkk. Mungkin sedikit kata-kata kasar.)
Pairing : NaruSaku
Genre : Romance, Supranatural
Warning : AU | OOC | AR |
Miss Typo | dll
Chapter 1
Don't like, please don't read!
#
.
.
.
.
.
Suara gelak tawa dan gurauan menghiasi acara jam istirahat disebuah sekolah ternama diTokyo. Tokyo High School. Sekolah menengah yang terkenal dengan murid-muridnya yang cantik dan tampan. Sekolah elit yang sangat dipuja oleh banyak orang. Dan target bagi para murid untuk bisa masuk disana.
Bukan hal rahasia lagi, kalau sedang menyangkut sekolah ini. Dari gedung, Asrama, Kantin, dan berbagai fasilitas penunjang yang begitu mewah. Bagai berada disebuah Hotel ternama saja. Kita bisa melakukan berbagai hal disini. Bahkan ada ruang bermain untuk para murid yang spesial disana.
Kita persempit penjelasan diatas...
Kita tengok seorang gadis yang tengah menatap keluar jendela perpustakaan. Di lantai 3. Mata Green Emelardnya terus menatap lurus keluar jendela perpustakaan. Tangannya memegang besi-besi kecil yang bertautan disetiap sudut jendela. Rambut merah mudanya yang indah sesekali terbang terkena angin yang masuk melalui celah jendela tersebut.
Sakura. Gadis yang sejak tadi memandangi pemuda dengan Rambut pirangnya yang terbawa angin membuatnya begitu tampan. Senyuamannya yang lembut, membuat semua gadis jatuh hati padanya. Oh, dan tak lupa.. tatapan Saphirenya yang selalu melekat, setiap kali menatapnya.
"Enaknya jika bisa berbincang-bincang dengannya.." Lirih Sakura.
"Tidak mungkin juga sih, dia mau berbicara padaku. Aku kan hanya gadis biasa. Tidak cantik pula."
"Huh! Ngomong apaan sih aku ini!"
"Bodoh.. Bodoh.. Bodoh.." Sakura membentur-benturkan kepalanya dijendela. Merasa gila dengan pikirannya yang selalu membayangkan hal yang diluar nalarnya.
Memandangi pemuda yang entah dia memandangnya juga atau tidak. Bahkan, Sakura tak pernah berbicara padanya. Bertatap muka pun Sakura pasti langsung menoleh ke arah lain. Yang penting tidak menatap mata Saphire pemuda pirang itu.
"Kalau kau melakukan itu terus. Nanti kepalamu bisa berdarah."
Sebuah baritone merdu itu membuat Sakura langsung menghentikan kegiatannya. Membalikkan badan dan menatap siapa yang telah menganggu acara konyolnya.
"Na-Na-Naruto.."
Sukses. Wajah Sakura menjadi merah padam. Dikedip-kedipnya mata Green Emelardnya berkali-kali. Mencoba meyakinkan dirinya bahwa yang dia lihat saat ini adalah kenyataan. Kenyataan bahwa didepannya sekarang, berdiri seorang pemuda tampan yang sejak tadi dia lihat.
"Ya Sakura?" Naruto sedikit membungkukkan badannya. Mensejajarkan tubuhnya agar dapat melihat wajah cantik Sakura.
Wajah Sakura kembali memerah tak kala Naruto –pemuda yang dia suka- menyebut namanya. Ini bukan mimpi kan? Naruto. Murid yang terkenal diseluruh sekolah ini. Bahkan diluar sekolah, tahu namanya. Dan dia sekarang memandangi wajahnya begitu dekat sampai tak ada jarak diantara mereka. Bahkan, Sakura dapat dengan jelas merasakan hembusan nafas Naruto yang begitu Ere.. seksi.
' Bagaimana ini! Apa yang harus ku katakan padanya? Kenapa aku jadi salah tingkah seperti ini.. Hyaaa~ Mati aku! ' Batin Sakura mencak-mencak.
"Sakura.. Kau tidak apa-apa?" Naruto memegang dahi Sakura yang sejak tadi dibenturkan ke jendela. Mengetes apakah ada yang salah dengan dirinya.
"A-aa..aku ba-baik.." Jawab Sakura gelapagan.
Bodoh! Pasti sekarang Naruto tengah tertawa melihat tingkahku yang konyol seperti ini.
"Syukurlah kalau begitu..." Naruto mendudukkan dirinya disebuah kursi yang ada disamping kirinya. Memperhatikan gadis yang saat ini dihadapannya. Menunduk dengan kedua tangan yang bermain dengan roknya.
Naruto tersenyum tipis saat melihat tingkah Sakura yang menurutnya lucu. Menggemaskan. Baru pertama kali dia melihat gadis yang diam mematung saat melihatnya. Tidak seperti gadis diluar yang akan langsung memeluk dan menciuminya saat bertemu dengannya.
"Tak perlu canggung begitu. Anggap saja aku ini temanmu." Guman Naruto mencoba mencairkan suasana. Tidak enak sekali jika hanya berdiam saja tanpa berbicara dan melakukan apapun. Walaupun Naruto memang menyukai ketenangan. Tapi.. bukan untuk hal yang penting seperti sekarang.
"Kita, baru saja bertemu." Lirih Sakura. Hampir seperti desahan, namun masih bisa ditangkap oleh telinga Naruto.
"Hey. Apa perlu kita bertemu setiap hari baru kau anggap aku temanmu hm?"
"Bu-bukan begitu.."
"... Jadi mulai sekarang kita teman?" Naruto mengulurkan tangannya ke arah Sakura. Menunggu balasan dari sang gadis.
"Teman." Sakura membalasnya. Menjabat tangan Naruto yang terasa..
Dingin..
Tangannya begitu dingin. Namun, seiring berlalu menjadi hangat saat suhu tubuh kami saling bertautan melalui tangan masing-masing.
"Naruto..!"
Naruto dan Sakura tersentak saat seorang gadis berambut pirang panjang memeluk Naruto seenaknya. Padahal mereka sedang berjabat tangan.
"Ino.." Naruto memandang Ino. Gadis yang memeluknya. Oh atau sekarang tengah bergelayut manja dipangkuan Naruto.
Sakura yang melihatnya menjadi kesal. Ingin rasanya dia berteriak keras dihadapan Ini untuk jangan menyentuh Naruto seenaknya. Tapi.. itu mustahil. Jika, Sakura melakukannya. Itu sama saja dengan cari mati. Dan Sakura masih tahu batasan-batasan mana yang harus dia pegang.
"Aku lapar.. Temani aku makan ya?" Ucap Ino manja. Dikecupnya pipi tan Naruto hingga membuat Sakura terbelalak kaget.
"Sakura.. maaf aku harus pergi. Kau tidak apa-apa kan kalau ku tinggal?" Tanya Naruto beranjak dari tempatnya. Dan Ino pun sudah berdiri sendiri tanpa masih bergelayutan tentunya.
"Iya. Pergilah."
Walaupun begitu singkat berbincang-bincang dengan Naruto. Tapi itu cukup membuat Sakura bahagia. Naruto tahu namanya saja sudah cukup menjadi kebanggaan baginya. Dan itu menambah bulir-bulir cintanya semakin tumbuh dan tumbuh.
"Kau terlalu berlebihan Ino.." Suara Naruto membuat Ino berhenti ditempatnya. Menatap mata Saphire yang kini tengah balik menatapnya. Suasana koridor sekolah yang sepi membuat Suara mereka menggema disetiap sudut koridor.
"Bukankah kau yang berlebihan Naruto? Tidak mungkin kan seorang manusia bisa datang secepat itu ke lantai 3. Padahal.." Ino memainkan Dasi Naruto. Memutar-mutar dasi itu layaknya mainan.
".. Aku berada dihalaman." Naruto mendorong tubuh Ino hingga ketembok. Menutup sisi kanan dan kiri dengan kedua tangannya.
"Itu hal biasa Ino..." Naruto mendekatkan wajahnya ke leher jenjang Ino. Menghirup aroma Lavender yang menyeruak ditubuh Ino.
Sangat menggoda..
"Ung.. Karna kita seorang Vampire." Desah Ino saat ke dua taring Naruto menancap tepat dilehernya. Meminum darah segar yang sejak tadi membuat Naruto kewalahan. Namun tak seenak darah-darah diluar sana yang selalu menggiurkan dimata Vampire muda itu.
.
.
.
.
.
Langit menjulang cerah. Penuh didominasi oleh warna biru yang terlihat cukup kelam dari biasanya. Kini matahari itu tepat diatas kepala mereka. Menampakkan sinar pekat yang tak banyak orang mengeluarkan bulir-bulir keringat ditubuhnya.
Begitu juga dengan Sakura. Gadis itu tengah berdiri dipinggir jalan menanti sebuah Bus yang akan membawanya pulang kerumah setelah seharian dirinya bergelut dengan pelajaran-pelajaran yang membuatnya lelah.
Enak jika kita berada dirumah dengan sebuah kipas yang bertengger memberikan kesejukan pada kita. Dan segelas Orange Jus dan cemilan sembari memandangi langit biru yang cerah. Atau mungkin menyengat.
Tapi sayang, sepertinya Kami-sama tak berpihak pada Sakura. Dilihat dari sepinya jalanan. Pasti ini akan menjadi cerita yang panjang karna Sakura tahu. Pasti bus yang dia tunggu sudah pergi entah kemana.
Mata Emelard Sakura tertuju pada sebuah mobil mewah berwarna merah pekat mendatanginya. Mobil itu berhenti tepat didepan Sakura yang tengah berdiri dipinggir jalan. Saat Jendela mobil itu perlahan-lahan terbuka, tampaklah sesosok pemuda pirang tengah tersenyum manis dihadapan Sakura.
"Hey! Ayo masuk. Ku antar kau pulang." Seru Naruto sembari membukakan pintu mobilnya. Tanpa berfikir dua kali. Langsung saja Sakura masuk kedalam mobil yang begitu nyaman dan sejuk itu.
"Ini." Naruto mengambil sesuatu dibelakang mobilnya. Menyodorkan Sebuah kaleng soda yang dingin kepada Sakura.
"Terimakasih." Ucap Sakura mengambil minuman tersebut dan sesegera mungkin meneguknya. Tenggorokannya begitu kering karna berlama-lama berada dibawah terik matahari yang begitu menyengat.
Entah Sakura harus senang atau tidak. Secara tidak sengaja. Berkat dia menunggu bus yang dia tunggu, Sakura jadi bisa bertemu dengan Naruto. Dan lebih senangnya, sekarang dia berada dimobil Naruto. Berduaan saja.
"Naruto.. boleh aku bertanya sesuatu padamu?" Tanya Sakura. Dipandanginya Naruto yang sejak tadi menatap lurus kejalanan.
"Ya."
"I-Ino.. apa dia kekasihmu?" Sakura berbicara Dengan hati-hati dan suara yang rendah. Tidak ingin membuat Naruto jadi kesal ataupun tak senang dengan pertanyaan yang dia lontarkan.
"Kekasih? Haha.. Dia itu sepupuku." Naruto tertawa renyah. Ada seulas senang karna Sakura bertanya hal seperti itu.
Naruto tahu. Tahu betul jika gadis yang tengah duduk disampingnya itu suka padanya.
Kenapa dia tahu?
Hey! Jangan lupakan kalau dia seorang Vampire. Naruto tahu itu karna Ino yang memberitahuinya. Ya. Ino adalah Vampire yang memiliki kemampuan yang dapat mengetahui pikiran orang. dan itu lumayan membantu Naruto karna sebenarnya Namikaze muda ini juga menyukainya. Sejak dulu..
"Kenapa? Kau cemburu pada Ino?" Pertanyaan mengintimidasi itu membuat Sakura jadi tak bisa berkutik. Semburat pink tak bisa dia sembunyikan dari wajah manisnya.
"Ti-tidak! Siapa yang cemburu! Kau terlalu percaya diri Tuan Namikaze." Bantah Sakura. Dijulurkannya lidahnya kearah Naruto dan tersenyum mengejek. Entah dapat kebenarian dari mana dia melakukan itu. Tapi yang pasti. Itu sedikit membuat dia merasa tak canggung lagi berada didekat Naruto.
Bahkan dia tak segan-segan memukul Naruto saat pemuda pirang itu menggodanya lagi dengan pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya memang benar.
Bercanda dan tertawa lepas bersama Naruto memang menyenangkan. Pantas aja semua gadis tergila-gila padanya. Wajahnya yang tampan, memiliki kekayaan yang melimpah, dan serta baik hati. Siapa sih yang tak suka pada laki-laki seperti Naruto. Benar-benar idaman setiap wanita.
.
.
.
.
.
"Aaaakh...!"
"Na-Naruto-Sama..!"
"Arrgghh.. Pergi! Cepat pergi! Ukh.."
"Ta-Tapi.. Naruto-Sama.."
"Ku bil- Ukh..Per-gi..Aaaaakkhh..!"
Suara jeritan Naruto menggema disetiap raungannya –atau lebih tepatnya ruangan kamarnya. Otot-otot yang mengeras yang terlihat dengan jelas. Butir-butir keringat yang mengucur dengan derasnya disetiap lekuk wajahnya yang tampan.
Berbagai pelayan yang mendatanginya langsung saja diteriaki untuk segera keluar dari kamarnya. Menutupnya rapat-rapat agar tak ada seorangpun yang bisa masuk dan melihat betapa tak berdayanya sang Namikaze muda saat ini.
Tersiksa menahan rasa sakit yang menyeruak ditubuhnya. Apalagi kepala dan lehernya. Rasanya seperti terbakar dan mendapati rasa haus yang menyiksa jiwa dan batinnya.
"Aaaakkhh.."
Teriakan nyaring kembali lagi terdengar dari balik pintu kamar sang Tuan muda Vampire. Sudah berkali-kali sang pelayan mencoba ingin membantu namun tetap saja mereka tak berdaya melawan kemauan sang Namikaze.
Vampire kecil ini memang keras kepala. Apalagi menyangkut hal seperti saat ini. Kehausan karna beberapa hari tak minum darah. Itu hal yang sangat sulit ditinggalkan oleh seorang Vampire. Apalagi Vampire labil seperti tuan Namikaze itu.
Satu-satunya darah yang ingin dan hanya akan dia minum adalah darah milik keluarganya. Tapi sayang..
Kedua orang tuanya tengah pergi keluar negeri bersama dewan Vampire. Dan sang kakak.. dia tengah sibuk dengan organisasinya yang selalu membuat hal-hal baru. Begitu juga dengan Ino. Sang sepupu yang sekarang tengah pergi entah kenapa.
"A-apa yang harus kita lakukan Tuan Iruka?" Tanya seoran pelayan dengan rambut hitam panjang pada sosok laki-laki paruh baya.
"Tidak ada cara lain. Kita harus mencari Ino sampai ketemu.." Perintah sang Iruka.
'Jika dibiarkan terus. Naruto bisa sekarat..' Batinnya.
"Baik Tuan!"
Ini bukan hal yang pertama Naruto seperti ini. Bahkan lebih dari ratusan kali dia seperti ini. Mengurung diri dikamar dan menahan rasa sakit sendirian. Hingga suatu saat dia pernah hampir mati –Untuk ukuran Vampire. Memang susah jika Vampire seperti Naruto yang tak ingin meminum darah manusia lain maupun hewan.
Hanya karna alasan kasihan? Dia memang Vampire yang unik. Lebih baik mati dari pada harus meminum darah orang lain.
*Duakkkk*
Sebuah suara pintu didobrak atau lebih tepatnya ditendang dengan kaki hingga pintu itu terpental jauh dari posisi semula. Mata orang yang tadi mendobark pintu itu melebar saat melihat kondisi kamar sang sepupunya itu.
Berantakan.. penuh bercak darah.. Bebagai perabotan yang hancur lebur.. Dan..
"Naruto!"
Teriakan khawatir itu terlontar dari mulut Ino saat melihat kondisi Naruto yang terkapar tak berdaya dilantai kamarnya.
"Dasar kau ini! Sampai kapan kau akan bersikap seperti ini?" Ino. Gadis itu mengangkat tubuh tak berdaya Naruto ke pelukannya. Membuka sebagian bajunya hingga terbuka leher jenjangnya yang begitu menggairahkan.
"Cepat minum." Perintah Ino dan mendekatkan wajah Naruto ke lehernya.
Sementara Naruto menikmati setiap tetesan darah yang keluar dari leher manis Ino. Dipeluknya tubuh gemetaran Naruto ke pelukannya. Mencoba menenangkan Naruto agar kembali tenang. Rasanya begitu menyakitkan melihat keadaan Naruto yang seperti sekarang. Sekarat. Dan tak berdaya. Berbeda sekali dengan Naruto yang biasanya.
"Ino.." Panggil Naruto sesaat setelah dia melepaskan taringnya yang sedari tadi menamcap dileher Ino.
"Hn."
"Terimakasih." Ucapnya lirih sebelum tubuh kekarnya jatuh kepelukan Ino.
"Humn.. Oyasumi Naruto."
Dibaringkannya Naruto keatas ranjangnya. Menyelimutinya dengan selimut berwarna putih yang sekarang telah terkotori dengan bercak-bercak Merah.
Sebegitu menyakitkan kah hingga Naruto, Orang yang dicap kuat oleh orang sekelilingnya hingga Naruto jatuh pingsan, walaupun sudah meminum darahnya.
Harus sampai kapan dia menyakiti dirinya sendiri untuk tidak mau meminum darah orang lain. Bahkan hewan pun dia tolak.
.
.
.
.
.
Seakan kemarin tak terjadi apa-apa. Naruto yang sekarang seperti orang yang baru lahir saja. Tersenyum tipis pada setiap orang yang menyapanya. Baik itu laki-laki maupun perempuan. Berjalan menyusuri halaman sekolahnya bersama Ino dan teman-temannya yang lain.
"Naruto-senpai.. Terimalah coklat ini." Sebuah suara manis dan lembut. Namun ada nada gemetar dari balik bibir itu.
Seorang gadis manis menyodorkan sebuah kotak coklat dengan bungkus pink manis pada Naruto. Dengan senyum yang semanis-manisnya. Berharap sang Tuan Namikaze itu mau menerimanya.
"Hn. Terimakasih, Matsuri." Guman Naruto mengambil coklat tersebut.
Mata gadis itu berbinar bahagia. Coklat buatan yang dia buat dengan susah payah diterima dengan senang oleh Naruto. Bahkan Naruto tahu namanya. Itu mukjizat yang harus disyukuri.
"Kyaaaa! Naruto-Senpai..!"
Berbagai teriakan histeris muncul dari balik bibir para gadis tersebut. Merasa iri pada Matsuri yang sangat beruntung karna Naruto tahu namanya. Bahkan dari beribu Murid yang ada.
"Cemburu Sakura?"
Rasanya seperti ada tombak yang terarah tepat dijantungnya. Pertanyaan Temannya itu membuat Sakura mengerutkan bibirnya dengan ekspresi kesal yang dia yakin membuat orang yang melihatnya takut.
"Diamlah Hinata." Sakura menolehkan wajahnya pada gadis berambut indigo yang kita kenal sebagai sahabat baik Sakura.
"Sepertinya kau kalah saing dengan gadis itu."
Tak berhenti sampai situ. Hinata semakin menggoda Sakura dengan membandingkan Matsuri dengan Sakura yang kalah saing memperebutkan Sang Namikaze yang dia puja-puja itu. Tak ayal membuat Sakura kesal setengah mati.
Lebih baik jika dia pergi dari tempat itu, dari pada harus mendengar ocehan dari sahabatnya itu.
-o-o-o-o-o-
Semilir angin membuat rambut merah mudanya berterbangan –memperlihatkan keindahan layaknya bunga Sakura yang tengah berguguran.
Mata Green Emelardnya menatap lurus ke langit biru yang cerah dengan awan-awan yang menghiasinya. Menikmati setiap hembusan angin yang mengelus lembut wajahnya. Memberikan kesan ketenangan pada Sakura.
"Haah.." Gadis itu menghela nafas disela-sela kegiatannya memandangi langit biru yang membentang tanpa batasan.
Ngomong-ngomong soal langit biru. Sakura jadi mengingat Orang itu. Namikaze Naruto. Pemuda yang dia sukai sejak dia berada dikelas 1. Dia tak pernah menyangka bahwa dia akan menyukai pemuda seperti dia. Pemuda yang memiliki perbedaan jauh denganya.
Sakura juga tak menyangka bahwa Naruto mengenal dirinya. Bahkan dapat berbincang-bincang denganya. Andaikan dia bisa lebih dekat dengan Naruto. Mungkin dia tak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.
Tapi.. saat mengingat kembali kata-kata Hinata tadi. Dia jadi pesimis untuk mendapatkan Naruto. Bahkan berfikir bahwa Naruto juga menyukainya pun sangat tidak mungkin terjadi. Banyak gadis cantil diluar sana yang mungkin akan Naruto pilih. Bahkan, mungkin Naruto sekarang tengah bersama seorang gadis dan bermesraan dengannya.
"Sakura.."
Suara bartone itu membuat Sakura harus menghentikan kegiataannya dan menatap sosok yang memanggil namanya dengan begitu lembut dan merdunya.
Pemuda itu tersenyum padanya. Senyum yang sangat Sakura sukai. Wajah tan dan tampan yang dia gila-gilai. Tubuh kekarnya yang membuat Sakura memikirkan hal-hal aneh dipikirannya.
Baru saja Sakura memikirkan Naruto. Orangnya sudah berada dihadapannya. Oh. Apa kami berjodoh?
"Naruto.." Lirih Sakura hingga mungkin tak dapat didengar oleh Naruto.
"Kenapa disini sendirian?" Tanya Naruto dan duduk disamping Sakura. Duduk dibawah pohon sambil memandangi langit biru ternyata mengasikkan juga.
"Hanya melihat langit." Jawab Sakura pendek.
"Langit? Apa istimewanya langit?" Naruto memandang sekilas langit yang ada diatasnya, dan kembali menatap Sakura.
'Karna setiap kali melihat langit. Wajahmu akan terukir disana Naruto.' Batin Sakura.
"Saat kita memandang langit, kita bisa membayangkan orang yang kita sayang disana. Jika kita merindukan orang yang kita sayang, sekali melihat Langit. Kita bisa merasa tenang. Walaupun jarak kita sangat jauh. Tapi aku yakin.. Kita selalu terhubung satu sama lain."
Sejak kapan Sakura pintar berbicara seperti itu?
Bahkan sakura tak percaya kalau dia bisa mengatakan hal semanis itu. Terlebih lagi pada Naruto.
"Jadi.. jika aku merindukamu. Aku hanya cukup memandang langit dan kau akan ada disana begitu?" Ucap Naruto.
Sakura mematung. Tak dapat mengatakan apapun, yang hanya dia bisa adalah menatap lurus mata Saphire Naruto yang juga menatapnya. Jantungnya berdebar-debar begitu cepat hingga rasanya mau copot. Wajahnya berubah menjadi bersemu merah layaknya rambut merah mudanya.
Perlahan-lahan, Naruto mendekatkan wajahnya ke wajah Sakura Hingga tak ada jarak diantara mereka. Bahkan Sakura dapat dengan jelas merasakan hembusan nafas Naruto yang memburu.
Lembut, sesuatu yang lembek dan basah dia rasakannya saat kedua bibir itu saling menyentuh. Membiarkan seperti itu hingga tangan Naruto memegang pinggang Sakura. Menariknya, dan semakin menekan ciumannya. Memaksa Sakura untuk membuka mulutnya agar lidah Naruto dapat bertukar saliva dengan Lidah Sakura.
"U-ungh.."
Desahan Sakura membuat Naruto semakin senang. Sebuah seringai muncul disela-sela ciuman mereka. Naruto memperdalam ciumannya dengan semakin memasukkan lidahnya kedalam mulut Sakura hingga membuat Sakura meringis kesakitan.
Lidah mereka saling berdansa didalam. Menikmati sensai yang belum pernah mereka rasakan. Begitu menggairahkan hingga membuat mereka tak mau menghentikannya.
"Ung.. ah."
Sakura tersentak saat tangan Naruto mencoba masuk kedalam seragamnya. Semakin dekat dengan sesuatu yang dia miliki, yang menggoda Naruto untuk memegangnya, meremasnya, dan menghisapnya layaknya mainan yang enak untuk dia mainkan.
"Na-ungh.."
Sakura mencoba menghentikan tangan Naruto namun gagal. Sekarang, Naruto malah mendorong Sakura ke lantai dengan posisi Naruto menindih tubuhnya.
Semakin memasukkan tanganya hingga Naruto menemukannya. Sesuatu yang kenyal dan besar dia rasakan. Digengamnnya dan diremasnya payudara Sakura hingga membuat Sakura semakin mendesah tak karuan.
"Uh..ah..Na-ungh.. umnn.."
Naruto benar-benar telah kehilangan kendali saat berada didekat Sakura. Hingga tak menghiraukan tempat dan waktu mereka berada.
Merasa ada yang salah, Naruto memandang Sakura yang terlihat lemas. Bukankah manusia itu membutuhkan udara untuk bernafas?
Yah, Hampir saja Naruto melupakan itu semua. Jika dia masih ingin melihat sang tekasihnya hidup, dengan terpaksa Naruto melepas Ciumannya. Melepaskan tangan yang sejak tadi bermain dengan payudara Sakura.
"Haah.. haah.. haah.."
Mendapat kesempatan untuk bernafas, Sakura tak mau melepaskan kesempatan yang dia punya. Dihirupnya oksigen sebanyak-banyaknya yang dia bisa. Mengisi kembali oksigen yang telah habis karna kegiatan panas yang mereka lakukan.
Emelard bertemu dengan Saphire..
Keduanya saling pandang memandang dengan posisi mereka yang masih sama –Naruto menindih Sakura dengan kedua tangan yang sekarang berada disisi kanan dan kiri kepala Sakura.
Ada Rasa aneh yang menjalar ditubuhnya saat mata mereka bertemu pandang. Seakan terjerat oleh mata Saphire Naruto yang membuatnya tak bisa lepas oleh sosok pemuda tersebut.
"Ke-kenapa kau melakukannya Naruto?" Mata Emelard itu menatap lekat Saphire Naruto. Mencoba mencari jawaban atas tatapan yang dia berikan. Tatapan sendu, tapi penuh pengharapan.
"Karna aku menginginkanmu." Sebuah seringai terlukis jelas diwajah Naruto.
Mata Sakura membulat sempurna saat mendengar jawaban Naruto yang sangat dia nantikan selama ini. Kata-kata yang dia tunggu-tunggu untuk diucapkan oleh pemuda yang sangat disukai itu. Walaupun agak aneh sih. Menginginkan? Hei. Dia pikir dia itu barang. Tapi tak apa. yang penting, rasa yang dia punya dibalas oleh Naruto. Itu sudah cukup untuk membuatnya seperti seorang putri raja.
"Jadi.. bersiap-siaplah untuk malam ini. Karna aku tak akan segan-segan melakukannya dengan kasar." Naruto mendekatkan wajahnya ke telinga Sakura. Mengucapkan kata-kata yang membuat wajah Sakura langsung bersemu merah layaknya kepiting rebus.
.
.
.
.
.
.
TBC or END..?
Keterangan :
Para Vampire dapat berkeliaran bebas saat siang karna memakai sebuah benda untuk memudahkan mereka saat siang hari. Seperti kalung yang dipakai Naruto (Seperti diAslinya), Ino memakai Anting. Dan sebagainya. Sesuai selera para Vampire. Tapi.. Lebih banyak berbentuk Cincin.
Disini Naru buat Vampirenya bisa tidur, memiliki tubuh seperti manusia dapat bernafas walaupun tak seperti manusia biasanya. Memiliki jantung dan perasaan tentunya. Hanya saja, mereka seperti tak memiliki jiwa, ya seperti Manusia tapi bukan manusia. Aaah, gimana ya? Naru juga bingun sendiri. Haha..
Naruto memiliki kekuatan dapat mengendalikan angin. Sengaja Naru buat kya di Anime aslinya.
Nah, untuk sekarang mungkin hanya itu saja keterangan yang Naru berikan. Semuanya akan berlanjut untuk chapter-chapter yang berikutnya.
Mohon maaf jika ada salah-salah pembuatan di Fanfic Naru ini. Maklum, manusia tempat salah dan penyesalan. Hihi~
Naru juga baru di FFN. banyak hal yang belum Naru tahu. Haaah~ rasanya Naru ingin sekali jatuh dari tebing dan hilang ingatan/ hehe
Arigatou ne, udah mau baca Fanfic Naru.
Sampai jumpa dichapter selanjutnya Minna-san. ^^, Jaa ..
