"Aku malaikat yang akan membuat kau membenci Tuhan.." - Kim Taehyung
"Jika malaikat memang ada, aku yakin dia tidak akan membawa jerigen bensin dan satu pemantik di tangan lain, berdiri lemah dan memaki Tuhan diatas alatar gereja"
- Jung Hoseok
Jung Hoseok
Kim Taehyung
Park Jimin
Min Yoongi
Kim Seok Jin
Kim Namjoon
Jeon Jungkook
If God do Exist
Intro
siapa yang baik?
TUHAN
Siapa yang sabar?
TUHAN
Siapa yang memberimu kehidupan?
TUHAN
benarkah?
lalu kenapa dia menghancurkan ku seperti ini?
- mungkin dia hanya sedang memberimu cobaan -
persetan.
dia hanya egois dan masokis terbesar dalam sejarah kehidupan.
Bahwa dalam hidup, taehyung tahu, sedikitnya ada seribu kemungkinan untuk gagal dan terpuruk
tapi dalam seribu itu, bukankah ada satu persen keberhasilan dan kebahagiaan?
angin malam membawa impiannya terbang, taehyung yang malang terlalu lelah bahkan untuk sekadar kembali merajut impian. dia sudah memutuskan untuk kembali ke belakang, tanpa melirik impiannya yang sudah menghilang.
mungkin ini yang dikatakan bagian-bagian kecerobohan yang tak pernah diperkirakan manusia, bahwa dalam hidup, bagaimanapun taatnya dirimu,
terkadang Tuhan terlalu bahagia membentuk siksaan.
BTS
menjadi seorang pria miskin dengan wajah mendingan bukan modal utama menggapai kesuksesan. jaman sekarang bukan hanya kemampuan berpikirmu atau sikap santunmu yang menjadi modal sukses gemilang. bahwa siapa orangtuamu, dan dari keluarga seperti apa kau berasal. nyatanya menjadi hal yang dinomor satukan.
pria itu tersenyum miris menatap pantulan wajahnya didepan cermin. bukan, bukan wajah ini yang dia harapkan diwariskan orangtuanya, setidaknya dia tidak akan merengek atau berguling ditanah jika saja orangtuanya meninggalkan nama baik dan sebidang tanah luas dipinggiran kota, tak apa, wajah buruk tak masalah baginya yang penting bagaimana dia nanti melanjutkan hidup.
karena sungguh, setampan apapun dirimu
kau tetap butuh nasi dan uang untuk melanjutkan hidup.
memang siapa yang akan kenyang tiap hari hanya dengan memandangi cermin yang mana terdapat pantulan wajah tampan mu disana.
sungguh, jika boleh memilih dia ingin terlahir buruk rupa asal dari keluarga kaya.
BTS
terlalu munafik jika taehyung bilang dia adalah bulan paling bersinar, nyatanya sekarang dia bahkan tak mampu menerangi diantara gelap yang paling gelap kehidupan.
dia terlalu lelah menimang, melanjutkan hidup atau memilih mati diatas kasur keras dan kasar disudut kamarnya.
suara keran air diluar menyadarkannya kembali ke kehidupan. oh benar. ada satu orang lain yang masih tersisa disini selain dirinya.
harus bagaimana? apakah aku harus pergi sekarang? pasti dia akan menganggapku beban.
pikiran-pikiran asing mulai menggapai kepalanya. rasanya terlalu berat, dari semua hal buruk yang terjadi padanya, kenyataanya prasangkanyalah yang paling buruk.
dia tidak bahagia, dia terlalu senewen bahkan dengan bisikan hatinya sendiri.
ruangan kecil itu sudah tidak terlihat manusiawi, sejak satu minggu lalu.
saat semua mimpi taehyung hancur bersamaan dengan suara sirine mobil kepolisian dan tatapan menghakimi para tetangga.
setelah itu, taehyung sadar, kedepannya hidupnya tak akan pernah sama lagi.
mungkin ini waktu yang tepat untuknya berlari ke gereja.
BTS
Jimin masih menatap jendela kamar lantai dua disebrang jalan. itu adalah kegiatan yang dilakukannya sejak seminggu lalu.
'the nomor you are calling is not active, please..' lagi-lagi Jimin mencoba menekan tombol satu dilayar sentuh segi empat yang selalu digenggamnya. mode paggilan cepat yang sudah jadi prioritasnya, ada di angka nomor satu.
jawabanya sama. lagi-lagi sama, suara perempuan yang membosankan.
bukan suara berat yang menyambutnya manja nan menggemaskan yang selalu dia rindukan.
Jimin mendesah, menjatuhkan benda kotak segi empat digenggamanya. mendudukan dirinya diatas kasur empuk yang seprainya diganti dua hari sekali oleh para abdi setianya.
"setidaknya, kau aktifkan handphone mu tae, agar aku berhenti merasa cemas seperti iniā¦" bisiknya mengusap wajahnya kasar.
BTS
kata orang, wajah tampan bisa menjadi modal hidup yang memuaskan. sejak dulu seok jin sebenarnya tidak suka, tidak pernah suka. terlahir tampan dengan rupa yang selalu orang lain inginkan, bukanlah menjadi prioritas utamanya.
dia selalu iri pada mereka yang tak setampan dirinya tapi sangat beruntung dalam hidunya.
bahkan persedian di kulkas sudah benar-benar habis.
hari ini mungkin dia dan adiknya tak akan makan apapun.
apakah air putih saja cukup? aaah benar, masih ada air yang bisa memuaskan dahaga.
"kenapa dia tak mau keluar kamar? apakah dia tahu bahwa aku sangat khawatir" Seok Jin kembali mengintip kedalam kamar bercat kayu didepannya. pintunya yang sedikit terbuka memperlihatkan keadaan kamar yang jauh dari kata normal.
bantal, guling, buku-buku bahkan pecahan gelas berserakan dimana-mana. Seok Jin ingin masuk, tapi lagi-lagi niatannya terhalang oleh tatapan rapuh disudut ruangan.
yang seolah selalu berkata dalam diam, dengan mata tajamnya yang menikam
'Hyung, jika kau masuk selangkah saja, aku akan mati'
seok Jin kembali mendesah
"harus dengan apa aku mendekatimu dan membawa mu kembali hidup tae, bukan hanya kau yang tersiksa dan menanggung malu disini, aku pun, aku pun sama tersiksa" rintihnya, kristal bening itu kembali turun tanpa menimbulkan isakan sedikitpun.
seok jin lelah, kehilangan sorot ceria adiknya, tawa manja dan lembutnya, tatapan penuh cinta adiknya hilang bersama sirine mobil kepolisian seminggu lalu.
diusia 18 tahun, taehyung mengalami kekecewaan terberat dalam hidup. yang mampu menyiksanya hingga seumur hidup.
yang mungkin juga akan menjadi racun termanis sekaligus terpahit dalam hidup Kim seok Jin.
BTS
dia tidak pernah tahu, hidup seperti apa yang benar-benar rusak, yang dia tahu, hidup akan berjalan normal ketika kau berperilaku normal layaknya apa yang diperintahkan Tuhan dalam ayat-ayat di kitab injil yang sangat rutin dia baca. mendengarkan khotbah pendeta setiap minggu ibadah, mengikuti pemberkataan selayakanya jemaat yang taat.
Hoesok yakin, semua orang akan bahagia dan hidup sejahtera jika mereka melakukan itu.
yang dia tidak tahu, jika Tuhan sejatinya adalah penulis skenario jahat paling veteran yang pernah ada.
tersenyum bukan solusi, menangis pun bukan pilihan.
saat dirinya melihat, pantulan sosok paling menyedihkan di bumi.
yang sejak saat itu, dia sadar, mungkin Tuhan yang sangat dia agungkan pun, bisa menjadi penjahat paling profesional dalam kehidupan seorang pria kecil dengan sekaleng jerigen dan pemantik api di halaman gereja.
TBC
HMM, apa yah, yah semoga kalian suka saja. aku hanya merasa, pelarian terbaik adalah dengan menulis apa yang aku rasakan, sedih, kecewa, mengutuk? atau bahkan membenci objek tak kast mata atas semua kesulitan hidup yang terjadi? numpahkan semuanya dalam bentuk kata-kata. tidak, aku tidak sedang membeni sesutu yang mungkin kalian pikirkan sekarang.
Sebenarnya, aku terlalu menikmati semua kata-kata yang ditulis mokuji . boleh aku memanggilnya sunbaenim? even dia bahkan mungkin tidak akan tahu tulisan ini. tapi i really become a fan of Mokuji sunbaenim. hehehe
hay, aku harap kalian mau meninggalkan review, aku mencintai kalian semua. dalam bentuk kata maupun secara membisu.
hmm ini akan berchapter. terimakasih
jika ingin dilanjut, kalian bisa bilang di kotak review, jika tidak ada yang mereview, ucapkan selamat tinggal pada kisah ini. dan boom akan hilang dari statistik ffn.
