Gintama : © Sorachi Hideaki

The Journey of Love : © Hiria-ka

.

.

.

Betapa bahagianya Gintoki ketika ia berhasil mendapatkan cinta dari seseorang yang sangat diharapkannya. Padahal, sebelum-sebelumnya Gintoki hanya menderita dan terus tersakiti oleh perasaannya yang terpendam. Namun semuanya meledak ketika entah bagaimana dan tanpa disadarinya ia memaksa Hijikata untuk 'melakukan' hal tersebut. Baku hantam sempat terjadi sebelum akhirnya Gintoki dapat menguasai tubuh indah milik wakil komandan shinsengumi tersebut.

Sungguh disayangkan, setelah kejadian itu Hijikata semakin membencinya, dan selalu menghindar setiap bertemu dengannya.

Namun, suatu ketika, takdir mempertemukan mereka kembali disebuah kedai makan, Hijikata langsung pergi begitu saja meninggalkan kondo yang kebingungan. Sedangkan Gintoki yang memang merasa sangat bersalah akan kejadian tempo hari yang ia lakukan, langsung mengejarnya.

Sedikit sulit, namun ia berhasil menggapai pergelangan tangan Hijikata dan dengan segenap keterpaksaan ia menghempaskan pemuda itu ke tembok yang memagari jalan.

"Kumohon! Jangan melarikan diri lagi..." Hijikata hanya diam.

.

.

.

Flashback

Gintoki terbaring dengan darah yang menyelimuti sekujur tubuhnya. Sayup-sayup ia mendengar suara seseorang yang sangat familiar memanggilnya dengan cemas.

"Yorozuya!"

Mata ikan mati milik Shiroyasha itu mencoba membuka untuk memastikan kalau sosok yang memanggilnya adalah orang yang menjadi alasannya terbaring bersimbah darah seperti ini.

"Yorozuya, apa yang kau la— darah..." Hijikata tercekat melihat gumpalan darah kental merembes keluar dari luka didada Gintoki.

"Ada apa dengan ekspresi terkejut mu itu Hijikata...? Bukankah ini semua terjadi atas keinginan mu?" ucapnya parau sembari memandang Hijikata dengan tatapan yang sangat terluka.

Hening. . .

Wakil Komandan itu terdiam menatap lurus Gintoki. Sesaat dia ingat perkataannya pada pemuda itu di hari sebelumnya.

'MATI'

Itulah yang ia ucapkan pada Gintoki sebelum semua peristiwa ini terjadi.

Sungguh. Hijikata menyesal. Bisa-bisanya ia melontarkan satu kata mengerikan seperti itu. Yah... meskipun dia begitu sering melontarkan kata 'MATI' tapi rasanya cukup mengerikan kalau apa yang ia katakan menjadi kenyataan.

Tanpa berkata apapun lagi, Hijikata langsung memeluk kepala pemuda perak di pangkuannya seerat mungkin. Ia pun menangis dalam diam dengan buliran bening yang mengalir deras— sedikit terisak. Ia baru menyadari betapa pentingnya Gintoki bagi dirinya.

Sementara itu Gintoki hanya bergeming tidak mengerti.

Keesokan hari,

Seharusnya Boss Yorozuya itu dirawat inap di rumah sakit, tapi ia malah kabur saat para suster selesai memperban luka-lukanya.

"Hijikata-san, kau tidak menjenguk Danna dirumah sakit?"

Si bocah sadis bertanya padanya, namun Hijikata hanya diam tidak menjawab sepatah katapun. Ia malah pergi ke kamarnya dan meninggalkan Sougo yang terdiam sendiri di ruang istirahat.

.

.

.

Wakil Komandan Shinsengumi itu berjalan menyusuri jalan kota Edo di malam hari, ia bertujuan untuk melihat keadaan pemuda bodoh itu setelah mengetahui kalau Gintoki telah melarikan diri dari rumah sakit.

Sesampainya ia di depan Kedai Snack Otoshe, kedua iris matanya tidak sengaja melihat Gintoki yang baru pulang entah dari mana.

DEGH

Jantung Hijikata berdebar cepat ketika tatapan mereka bertemu. Memandang lurus satu sama lain. 'Mata itu.. tatapan itu.. aku benar-benar telah melukai perasaannya..' pikirnya semakin menyesal. Mengingat kalau dia menolak Gintoki mentah-mentah tanpa mau memberi pemuda itu kesempatan.

Dengan sengaja Gintoki langsung melompat ke tangga, melarikan diri. Ia takut bertemu dengan Hijikata, ia takut Hijikata akan tambah membencinya lebih dari ini.

"OI! Teme! Tunggu!"

Tidak mau tinggal diam, Hijikata ikut berlari mengejar Yorozuya bodoh itu. Ia hanya bermaksud untuk meminta maaf padanya.

GRABH

Dengan cekatan tangan Hijikata menahan pintu kertas yang hampir ditutup oleh Gintoki.

"Tunggu ku bilang!"

Gintoki menatapnya agak takut, antara merasa bersalah dan tidak ingin melihat kebencian dimata Hijikata.

"Apa lagi yang kamu inginkan, Hijikata? Apa kamu tidak puas dengan perkataan mu kemarin? Apa... Kamu juga masih membenci ku?" Gintoki tak berani menatapnya.

"Bodoh! —Aku kesini hanya ingin minta maaf. Aku... maafkan aku, karena sudah menolakmu" Hijikata menundukan kepalanya. "Sebenarnya aku marah karena kau meninggalkanku begitu saja, kau tidak bertanggung jawab atas keadaanku setelah itu... "

Hijikata sedikit mencibir, dan tatapannya sedikit tajam.

Gintoki diam. Ia merasa sangat bodoh ketika mengingat hal itu. "Seharusnya... aku yang minta maaf.. maafkan aku" katanya dengan senyum kecut. "Karena perbuatanku, kamu jadi kacau seperti ini... maaf atas semua hal yang telah ku lakukan. Tidak seharusnya aku memaksamu untuk menjadi milikku"

"Jangan minta maaf..."

"Tapi aku bersalah—"

"KU BILANG JANGAN MINTA MAAF!"

Bentakan dari Hijikata sukses membuat Gintoki bungkam.

"Baiklah.. lalu aku harus apa untuk menebus dosaku?"

Hijikata mendengus sinis mendengar perkataan Gintoki. Tanpa peringatan, dia langsung menyambar kerah Gintoki dan menciumnya.

Sementara itu, sang Shiroyasha hanya bisa melebarkan matanya. Namun detik berikutnya Gintoki langsung melingkarkan tangannya pada pinggang ramping Hijikata. Merengkuhnya erat. Tak butuh waktu lama mereka berdua pun terhanyut dalam lumatan masing-masing.

Merasa tidak ada penolakan, Gintoki pun menarik Hijikata masuk dan menghempaskannya dilantai lalu menindihnya. Dengan agresif ia melumat bibir ranum milik Hijikata.

"Ngghh.." lenguhan terdengar dari pria di bawahnya.

Gintoki tersentak ketika tiba-tiba Wakil Komandan itu melepaskan ciuman mereka dan mendorongnya kasar.

"Teme! Apa yang kau lakukan!" bentak Hijikata.

"huh..?" sedang yang di bentak hanya bisa tercengang kebingungan dengan perubahan sikap pria yang ada dibawahnya, takut kalau-kalau pemuda itu akan marah lagi padanya.

"Biar aku yang memberikan ciuman untuk mu"

Tanpa di sangka-sangka, pemuda dengan julukan Oni Fukuchou itu langsung memeluk leher Gintoki dan menciumnya lembut. Dan yang bersangkutan hanya bisa terkesiap menerima ciuman hangat dari pemuda surai hitam yang selama ini disukainya.

Tak lama Hijikata pun melepaskan ciuman mereka. Ia sedikit terengah-engah. Kesempatan itu pun digunakan Gintoki untuk menikmati leher jenjang milik Oni Fukuchou yang terbuka.

"Nnnhh.. He-hei! Apa yang kau lakukan! Kenapa tiba-tiba begini— Ngg..."

Senyuman tulus terpampang di wajah Gintoki, ia menatap intens pada iris biru depannya.

"Kurasa, aku sudah mendapatkanmu sekarang... Jadi, biarkan aku memperlakukanmu dengan selembut-lembutnya..."

Dan tentu saja hal itu membuat wajah Hijikata sedikit merona. Namun masih tersamarkan. Hijikata sempat berpikir kalau otaknya pasti sudah rusak karena entah mengapa ia melihat kalau Gintoki jadi terlihat lebih tampan dengan senyuman tulusnya dibanding seringai nakal yang biasa diperlihatkannya.

Dan dengan begitu... malam itu menjadi saksi pertama terjalinnya ikatan penuh kasih diantara mereka yang tetap utuh sampai sekarang.

End Of Flashback

.

.

.

Pukul 04 : 20 pagi

Hijikata membuka matanya yang masih mengantuk. Ia harus tiba di shinsengumi sebelum jam 6 pagi. Kalau tidak, sang Komandan akan bertanya-tanya dari mana saja dia.

Ia pun mendudukan dirinya untuk melihat jam berapa sekarang.

Saat ingin berdiri dari futon, ia sadar ada sepasang tangan kekar yang hangat melingkari pinggangnya dengan erat. Itu adalah tangan Gintoki, yah.. mereka tidur bersama, bahkan keduanya benar-benar polos tanpa busana, terkecuali selimut yang mereka pakai.

"Hah.." Hijikata menghela nafas, ia tahu percuma saja mencoba untuk melepaskan pelukan Gintoki dari pinggangnya walau seberapa kuat pun ia mencoba melepaskannya. Karena Gintoki tidak akan pernah mau melepaskan pelukannya sebelum ia merasa puas.

BLETAKH!

Tanpa pikir panjang, Hijikata mengambil langkah darurat dengan mendaratkan jotosan kuat di kepala Gintoki agar pemuda itu segera terbangun.

"OUCH! ITTEE! ITTEE! ITTEE!" rintihan derita terdengar dari pemuda keriting yang tengah mengusap-usap kepalanya yang sudah benjol berasap.

"Cepat lepaskan tanganmu, teme" titah Hijikata dengan nada coolnya seperti biasa.

"Kenapa kamu memukul ku? Itu cara yang kasar untuk membangunkan seseorang"

Hijikata tidak terlalu mempedulikan protesan dari Gintoki. Dia malah berdiri lalu mengambil handuk dilemari usang milik Gintoki. Untung saja Kagura tidak ada di situ karena tadi malam anak itu menginap di rumah Shinpachi.

"Karena kalau nggak begitu kau nggak akan bangun, bodoh" Hijikata menjawab malas.

Gintoki mendudukan dirinya, mencoba mengulur waktu dengan beberapa pertanyaan agar Hijikata tidak pergi.

"Kau ingin pergi sekarang?"

"Ya."

"Aku akan mengantar mu"

"Hn. Terserah"

"Boleh aku ikut mandi bersamamu?"

Hijikata melempar Handuk yang baru saja diambilnya ke wajah Gintoki.

"Ti—dak. Kalau kau ikut pasti akan ada Ronde selanjutnya dan aku akan terlambat." tolaknya mentah-mentah seraya mengambil kembali Handuk dari wajah kekasih bodohnya lalu pergi ke kamar mandi.

"Hah... kapan kau akan bersikap manis seperti saat kita pertama jadian..?" keluh Gintoki, satu tanggannya menggaruk-garuk risau rambut keritingnya.

"Aku tidak akan pernah bersikap manis karena aku seorang laki-laki" Hijikata menyahut dari dalam kamar mandi.

"Tapi bagiku, kau itu sangat manis... dan Juga—"

*Pletakh*

Sebelum Gintoki sempat melanjutkan kata-kata nya tiba-tiba sikat gigi melayang ke kepalanya.

"Bicara omong kosong lagi aku akan mencekikmu" dan geraman kesal itu langsung membuat Gintoki bungkam.

.

.

.

"Pakai helm mu. Aku tidak mau kamu kenapa-napa" titah Gintoki seraya menaiki motor Vespa butut kesayangannya.

"Aku tidak akan kenapa-napa. Sudah, cepat jalan!"

Hijikata hanya menanggapinya malas lalu ikut menaiki Vespa butut milik kekasihnya itu.

"Kau ini. keras kepala" Gintoki langsung merebut helm dari tangan Hijikata dan memakaikannya pada kepala Wakil Komandan tersebut. Hijikata sendiri hanya bisa diam dengan urat siku-siku yang menonjol di pelipisnya.

"Ah.. aku lupa! Pakai ini juga!"

Gintoki melepaskan syal merahnya lalu memakaikannya ke leher Hijikata.

Oni Fukuchou yang diperlakukan seperti itu hanya diam memalingkan wajahnya, samar-samar ada rona merah yang menjalar di pipinya. Membuat Gintoki yang melihatnya langsung tersenyum.

"Nah.. ayo pegangan!"

Gintoki kembali memberi perintah dengan seenak dengkulnya membuat urat siku-siku bermunculan di dahi dan pelipis Hijikata.

"Jangan minta yang aneh-aneh. Cepat jalankan motormu! Aku bisa terlambat"

"Ck! Hah.. baiklah-baiklah.."

Dengan terpaksa Gintoki pun menurut dan langsung menstater Vespa butut tersebut. Niatan jahil sempat terlintas dikepala keritingnya. Ia menstater motornya dengan hentakan kencang, membuat Hijikata reflek memeluknya karena terkejut.

"OI! APA YANG KAU LAKUKAN BODOH! AKU HAMPIR JATUH!" teriaknya sembari menggeplak kepala Gintoki.

"Sudah ku bilang pada mu tadi kan Hijikata-kun... Pegangan" sahutnya malas. Kalau saja Hijikata melirik kaca spion, ia akan mendapati pemuda perak itu tengah menyeringai.

Setelah insiden konyol ciptaan Gintoki tadi, merekapun akhirnya berbocengan seperti sepasang kekasih yang amat mesra. Hijikata merasakan kehangatan yang sangat nyaman bersama Gintoki. Ia merasa sangat dilindungi dan juga sangat di cintai oleh pemuda bodoh itu, meskipun ia sering berlaku kasar pada pemuda itu, tapi Gintoki selalu lembut padanya. Yah... hal itu membuat Hijikata merasa sangat di istimewakan.

Sial, dengan kurang ajar jantungnya malah berdegup kencang dan sukses membuat wajahnya memanas.

Tanpa disadari, Hijikata sudah mengencangkan pelukannya pada Gintoki sambil memejamkan matanya, menikmati kehangatan dari punggung pemuda itu.

Gintoki sendiri hanya diam saja sembari tersenyum, diam-diam ia juga dapat merasakan dabaran jantung Hijikata yang menempel di punggungnya.

.

.

.

Shinsengumi,

"Sudah sampai..." Gintoki menaikan googlenya keatas kepala.

Tanpa banyak bicara Hijikata segera turun dari Vespa butut itu lalu melepaskan helmnya.

"Ini" dan memberikannya pada Gintoki.

Baru saja ia ingin melepaskan syal merah milik pemuda perak yang masih melekat di lehernya. Gintoki langsung menahannya.

"Jangan di lepas!"

Hijikata mengerutkan dahinya bingung.

"Itu untuk mu Hijikata-kun, syal itu akan memberikanmu kehangatan. Agar kamu juga selalu mengingatku" lanjut Gintoki dengan kadar pede yang keterlaluan seolah yakin kalau Hijikata akan terus memikirkannya.

Cengiran bodoh pun terkembang di wajah tampan si Shiroyasha, beriringan dengan kedua alis Hijikata yang bertaut menatapnya jijik. Namun, Hijikata tahu itu adalah senyuman tulus yang di berikannya padanya, dan mau tak mau membuat Wakil Komandan itu merasa amat sangat berharga.

"Heh, dasar bodoh" ia mendengus geli. "Tapi, terimakasih..." ucapnya pelan seraya menunduk, menyembunyikan senyum tipisnya. "Ah baiklah.. kalau begitu aku masuk duluan—"

Kata-katanya terhenti ketika Gintoki menarik tangannya.

"Hijikata.." panggilnya gugup.

"He..?" Hijikata menatapnya heran.

"A-aku.. bolehkah aku..." Pemuda perak itu menggaruk-garuk kepalanya salah tingkah, bingung harus bagaimana mengatakannya pada Hijikata kalau ia ingin ciuman sebelum pergi. Antara gengsi dan takut kena bogem.

Mengerti akan gelagat Gintoki yang sudah sangat dikenalinya, Hijikata tersenyum tipis. "Aku mengerti" tukasnya dan langsung mendaratkan ciuman singkat di bibir Gintoki. Dan yang bersangkutan langsung tercengang. Bahkan sampai lupa berkedip, hanya karena mendapat sebuah ciuman yang menurutnya sangat susah didapatkannya dari Wakil Komandan Shinsengumi itu. Dia sampai sebegitu gembiranya.

Yah... maklum sih, biasanya kan selalu dia duluan yang menciumnya (tentu dengan izin yang bersangkutan, karena kalau tidak, habislah dia), tapi kali ini Hijikata langsung memberikannya begitu saja tanpa mengoceh atau melontarkan cacian apapun.

"Hei.. apa-apaan wajah bingungmu itu? apa kau tidak mau ini?" Hijikata mengernyitkan alisnya.

"A-arigatou Kami-sama..." dan bukannya menjawab pertanyaan itu, Gintoki malah memeluk pinggang ramping milik sang Fukuchou seerat mungkin sambil mengusap-usap kan kepalanya di dada Hijikata seperti kucing yang manja pada majikannya.

"O-oi! Lepas! Kita bisa terlihat nanti!" Hijikata berteriak panik dan buru-buru melepaskan pelukan Gintoki.

"Ma—maaf... kalau begitu aku pulang du—"

Entah kesambet setan apa, kali ini Hijikata memberikan bonus ciuman di pipi Gintoki. Sontak membuat Gintoki tertegun dengan perasaan hati yang berbunga-bunga serta background lope lope plus teddy bear yang bertebaran.

"Hati-hati di jalan!" Hijikata langsung mendorongnya kasar untuk menutupi rona merah yang menjalar di pipinya, lalu melangkah pergi ke dalam markas Shinsengumi, meninggalkan Gintoki di luar gerbang yang masih melongo tak percaya.

"Oh tuhan... terimakasih karena kau telah membukakan hatinya untuk ku..."

.

.

.

Di Yorozuya,

"Ohayou gozaimasss! Gin-san?" Shinpachi teriak riang saat memasuki Yorozuya bersama Kagura.

"Eh? Gin-chan tidak ada dikamarnya aru?" sambung Kagura yang tidak mendapati keberadaan Gintoki ketika membuka kamarnya. Shinpachi yang penasaran pun menghampirinya.

Dan benar, pria bersurai perak itu memang tidak ada di sana. Ini aneh, biasanya Gintoki masih tidur di jam yang masih terbilang pagi, tapi sekarang kemana perginya pemuda berambut perak itu?

"Ah.. Shinpachi, Kagura. Kalian sudah datang rupanya." suara berat yang terdengar malas itu menghentak mereka, beriringan dengan langkah kaki yang masuk ke Yorozuya.

Shinpachi dan Kagura hanya bisa pasang tampang heran melihat Gintoki yang sudah rapi sepagi ini, bahkan pemuda silver itu tengah membawa belanjaan yang hampir semua isinya adalah susu Strawberry dan satu majalah JUMP.

"Hei.. ada apa dengan pandangan kalian berdua itu? Seperti melihat hantu saja, apa aku terlihat aneh?" tanya Gintoki sembari melengos tanpa mempedulikan dua orang yang kini tengah terbengongria.

"Gin-san, tumben sekali kamu bangun sepagi ini. Biasanya kamu akan bangun saat siang hari" tanggap Sinpachi seraya duduk di sova diikuti kagura. Gintoki tidak menjawab dan hanya mengangkat bahu lalu meminum susu strawberry nya.

.

.

.

.

Siang Hari yang sangat panas di wilayah Distrik Satu Kabukichou, dimana para anjing pemerintah Shinsengumi sedang berpatroli. Sebagian regu sedang menyelidiki kasus tentang Professor gila yang telah menciptakan sebuah eksperimen yang luar biasa bahaya, bahkan belum ada yang tau itu eksperimen jenis apa dan apa bahaya yang akan ditimbulkannya.

Disinilah kita berada, ditempat Iblis Wakil Komandan Shinsengumi, Hijikata Toushirou. Beliau sedang menjalankan misinya bersama partner setianya(?) Sougo. Mereka sudah memasuki markas professor gila tersebut. Hijikata akui, sistim keamanan disana benar-benar ketat, ia sempat kesulitan saat melewati infra merah yang ada di lorong masuk tadi, untung saja si pangeran sadis bisa mengatasi itu semua dengan mengacaukan seluruh sistem tanpa ada keributan.

Sekarang Mayo freak dan si pangeran sadis sudah sampai di inti Laboratorium si professor gila itu. Dan bersiap-siap untuk menerobos masuk, Hijikata mengintip lewat pintu Lab yang sedikit terbuka, ia sedikit terkejut saat melihat Takasugi Shinsuke yang juga berada disana. Sepertinya Takasugi memiliki kerja sama dengan Professor gila itu entah untuk apa.

Sougo menepelkan badannya di tembok sebelah Hijikata, bersiap menggunakan Bazooka nya.

CKREK

"Oi, Sougo! Jangan gegabah!"

Namun Hijikata langsung menahannya.

"Kau terlalu lamban Hijikata-san..." gumaman malas dengan tampang bosan setengah mati terdengar dari Sougo. Lagi pula siapa juga yang tidak bosan dari tadi hanya mengawasi percakapan Pemimpin kiheitai dan si professor gila itu?

"Tahan sebentar lagi saat Yamazaki sudah mengirim sinyal" jelas Hijikata tegas sambil menunjuk walkietalkienya. Sougo mendecih bosan.

Tidak lama kemudian Yamazaki mengirim sinyal dan Hijikata segera memberitahu Sougo untuk menggunakan Bazookanya.

Ruangan itu pun meledak dengan bunyi ledakan yang cukup keras. Asap yang ditimbulkannya sangat tebal membuat Hijikata sulit melihat ke sekelilingnya.

"uhuk uhuk.. uhk..." Hijikata mencoba mengedarkan pandangannya dari ruangan itu untuk mencari dua sosok manusia yang tadi tengah berbicara di dalam Lab. Dirinya agak kesulitan melihat karena gumpalan asap masih mengepul. Sekilas ia seperti melihat seklebat bayangan dengan pergerakan yang sangat cepat dan setelahnya ia merasa tangannya tiba-tiba di pegang oleh seseorang dari belakang.

"Akh.. Siapa—"

Hijikata terpaku. Sekujur tubuhnya menegang ketika mengetahui siapa orang yang tengah berada di belakangnya. Orang itu adalah peminpin Kiheitai. Dengan sigap Takasugi menodongkan pisau pada lehernya.

"Ta..Taka—sugi..." Hijikata membulatkan matanya. Ceroboh. Ia sudah tertangkap oleh Takasugi. Biru bertemu hijau, mereka saling menatap. Takasugi hanya menyeringai kemenangan saat berhasil menangkap sang Wakil Komandan. Secepat kilat dia memukul tengkuk belakang Hijikata sampai pemuda itu hilang kesadaran, lalu menggendong tubuhnya di pundak tegapnya dan pergi entah kemana membawa Hijikata yang tak sadarkan diri.

"Aku sudah mendapatkan kunci mu, Gintoki. Hancurlah kau..."

TBC...