Happy Reading~

. . .~*oOO*~. . .

Mesin elektrokardiograf menunjukkan garis naik dan turun.

Pemuda itu-Ice-duduk diam di samping saudaranya.

Saudara nya yang hangat dan ceria, yang selalu antusias pada hal apapun, yang mempunyai sifat bertolak belakang dengan nya, yang kini terbaring lemah didekat nya.

Tidak terasa sudah dua bulan ia menemani saudara nya disini, dengan diselimuti perasaan bersalah setiap saat.

Monitor mesin masih menunjukkan garis naik dan turun, diiringi potongan memori sang pemuda yang tak pernah ingin ia ingat kembali.

Potongan memori yang membuat saudara nya seperti ini, dan ia adalah pelaku nya.

Ya, ia pelaku nya. Dan ia masih mencoba membantah fakta itu, mengubur dalam dalam memori kelam yang kerap kali muncul.

Ucapan bijak sang kakek terlintas sejenak di sela sela memori nya.

"Tenang saja, kau tak bersalah. Ini hanya musibah, sebagian dari banyak ujian yang diberikan oleh sang pencipta"

Haruskah ia percaya dengan ucapan itu?

Entahlah, mungkin sekarang ia hanya bisa berharap...

Berharap bahwa saudara nya yang terlihat kuat itu nyata nya lemah dan rapuh.

Berharap bahwa ia tau penyakit saudara nya.

Berharap bahwa hubungan mereka masih baik baik saja saat itu.

Berharap bahwa ia tak egois dan sebodoh ini.

Berharap ini akan cepat berakhir.

Berharap semua ini hanya lah mimpi.

Berharap semua ini tak terjadi.

Tapi semua itu hanya angan belaka yang akan terbang entah kemana.

Harus nya ia sadar semua harapan nya tak akan pernah terwujud.

Apadaya, sebagian akal sehat nya sudah hilang beserta mimpi mimpi dan harapan yang tak pernah terwujud itu.

Mesin elektrokardiograf masih menunjukkan garis naik turun.

Kini ia hanya bisa menunggu keajaiban. Menggenggam tangan sang saudara yang terasa dingin sambil terus berdoa. Hingga tak lama tangis nya pecah melihat mesin itu menunjukkan garis lurus.

End...

. . .~*oOO*~. . .