.

LOST : The Promise, Stars, and Hope

.

Kim Joonmyeon x Zhang Yixing

Adventure, humor, romance, friendship

Warning: BL, typos!, don't like don't read, EYD errors.

.

[Bad Idea]

.

"YIXING!" teriak Joonmyeon dari bawah jendela kamar Yixing yang berada di lantai dua. Ia membawa sebuah tas ransel besar berwarna abu-abu.

"Berhentilah berteriak, Joonmyeon," balas Yixing dari dalam kamar. Ia membuka jendela kamarnya dan menjulurkan setengah badannya ke luar jendela. Sebuah sikat gigi berada dipegangannya dengan noda pasta gigi di sudut bibirnya.

"Ini jam 5 pagi, Yixing," ucap Joonmyeon dengan sebuah cengiran lebar di wajahnya.

Yixing terlihat tidak tertarik. Ia berkacak pinggang dan menatap Joonmyeon tajam. "Ya aku tahu sekarang jam 5 pagi, Joonmyeon." Yixing menghela napas panjang. "Dan dapatkah kau jelaskan kenapa kau berada di depan rumahku, berteriak seperti orang gila, pada jam 5 pagi?"

"Kita akan berpetualang!" seru Joonmyeon antusias.

Yixing menepuk dahinya dengan dramatis.

"Sayangnya petualanganmu itu harus menunggu hingga sekolah selesai, Joonmyeon," ucap Yixing ketus.

"Ayolah Yixing. Ini pasti seru. Lagipula aku kan sudah minta maaf soal kejadian air mancur di taman itu," bujuk Joonmyeon.

Yixing menaikan kedua alisnya.

"Baiklah, baiklah. Aku yang salah, tapi tidak sepenuhnya."

"Huh?"

"Okay. Aku yang salah. Aku, Kim Joonmyeon, mengaku sepenuhnya bersalah," ujar Joonmyeon mengangkat kedua tangannya tanda menyerah.

"Bagus. Tapi aku tetap tidak akan ikut dalam petualangan gilamu itu," tekan Yixing sekali lagi.

"Well." Joonmyeon menggosok kedua tangannya gugup. "Aku secara tidak sadar menelepon Mr. Oh dan mengatakan jika kita berdua kena cacar batu dan tidak dapat mengikuti kegiatan sekolah."

"Apa?"

"Tenanglah, sekarang sedang musimnya sakit cacar," ucap Joonmyeon. Ia mengalihkan pandangan matanya ke semak bunga di bawah jendela ruang keluarga di lantai satu.

"Apa kau gila?" ucap Yixing yang mulai marah.

"Ayolah," bujuk Joonmyeon.

Yixing mengusap pangkal hidungnya. Ia masih tidak percaya dengan kelakuan tetanggannya yang selalu di luar dugaan.

"Hari ini aku ada⸻"

"Tidak, Yixing. Kau tidak bisa berbohong padaku."

"Dan sekarang kau bilang jika aku berbohong?"

"Bibir atasmu berkedut."

"Huh?"

"Bibir atasmu berkedut saat kau berbohong, Yixing."

Yixing menatap Joonmyeon untuk beberapa saat, kemudian ia mengangguk dan menggosok belakang lehernya. "Ya kau benar. Aku berbohong."

"Kalau begitu kau harus ikut denganku," ucap Joonmyeon. Ia menggoyangkan kakinya dengan tidak sabar.

Yixing kembali menghela napas panjang. Wajahnya terlihat ingin terus menolak namun sudah terlalu lelah untuk berdebat dengan Joonmyeon. Ini jam 5 pagi.

"Baiklah."

"Apa? Oh, ya. Ya. Itu bagus. Aku akan membantumu berkemas," ucap Joonmyeon yang terkejut mendengar Yixing menyerah. Ia mengira Yixing akan kembali beradu argument dengannya. Tapi tentu saja, ini adalah kesempatan yang tidak boleh ia lewatkan.

"Sepertinya aku akan menyesali ini," ujar Yixing seraya kembali masuk ke dalam kamarnya.

"Aku akan ke atas ya!" seru Joonmyeon. Ia berjinjit untuk mengambil kunci cadangan rumah Mr. Zhang yang berada di atas pot gantung di depan pintu depan.

"Ya ya ya ya ya!" sahut Yixing.

Joonmyeon baru saja akan memasukkan kunci ke dalam lubangnya saat Yixing kembali berseru padanya.

"Kau seharusnya mencari izin yang lebih baik. Cacar batu. Apa-apaan itu, Joonmyeon?!"

ϾЯRϿ

"Jadi. Bisa kau ulangi rencanamu tadi, Kim Joonmyeon?" tanya Yixing. Sebuah ransel merah yang sama besarnya dengan Joonmyeon berada di punggungnya.

"Kita pergi berkemah di hutan?"

Yixing menghentikann kunyahan roti isinya dan menatap lelah Joonmyeon. "Dan kenapa kita harus berkemah di pertengahan bulan Oktober?"

Joonmyeon mengangkat bahunya cepat. "Entahlah. Karena aku bosan mungkin?"

Yixing menghentikan langkahnya dan menarik kerah belakang baju Joonmyeon agar pemuda itu berhenti berjalan.

"Tunggu," ucap Yixing tegas. Ia memegang kedua pundak Joonmyeon untuk mencegahkan kabur. "Dimana kita akan berkemah, Joonmyeon?"

Joonmyeon mengalihkan pandangannya dan bergumam tidak jelas.

"Joonmyeon."

"Ongian."

Dahi Yixing mulai berkedut pusing. "Apa?"

"Songnisan," jawab Joonmyeon dengan suara yang kecil.

Hening. Yixing menjilat bibir atasnya dan menepuk pundak Joonmyeon pelan.

"Aku pulang," ucapnya cepat. Ia berbalik dan pergi meninggalkan Joonmyeon. Namun kali ini giliran Joonmyeon yang menarik ujung ransel Yixing dan hampiir membuat pemuda berlesung pipit itu jatuh terjengkang.

"Tidak, tidak, tidak. Kau tidak boleh mundur sekarang. Aku sudah menyiapkan rencana ini jauh-jauh hari. Tapi karena aku terlalu tidak sabar menunggu bulan Juli, maka aku memutuskan untuk memajukan rencanaku," terang Joonmyeon dengan cepat. Ia memegang erat ujung tali ransel Yixing erat tanpa berniat melepaskannya.

Wajah Yixing terlihat kesal, ia menyobek sedikit rotinya kemudian melemparkannya ke Joonmyeon. Joonmyeon berseru seraya menghindari lemparan roti Yixing. Ia telah bersumpah pada dirinya sendiri untuk melaksanakan rencana ini tidak peduli rintangan apa yang menghadangnya.

"Lepaskan ranselku, pendek," ujar Yixing. Ia terus melemparkan sobekan roti kepada Joonmyeon.

"Aku tidak akan melepaskannya apapun yang terjadi!" seru Joonmyeon.

Dengan rasa kesal yang telah memuncak, Yixing menyikut tubuh Joonmyeon untuk menjauhinya, sementara Joonmyeon telah berhasil memegang lengan Yixing dan mencengkramnya erat. Kedua pemuda itu terus bergelut.

"Hei Joonmyeon, sudah lepas," ucap Yixing. Ia menyikut dan menepuk badan Joonmyeon seraya melirik ke para pejalan kaki yang melirik mereka dengan penuh tanya.

Tidak kunjung dilepas, Yixing mengeratkan jaket cokelatnya dan mulai berjalan dengan Joonmyeon yang masih bergelayut di lengannya.

"Lepas, cebol!" perintah Yixing sambil menggoyang-goyangkan lengannya yang digelayuti Joonmyeon.

"Tidak!" rajuk Joonmyeon. "Aku akan terus seperti ini hingga kita tiba di Songnisan."

"Yah, memangnya kau ini apa, monyet?" tanya Yixing kesal. Ia mendorong wajah Joonmyeon agar menjauhi lengannya.

"Hei, itu kejam."

Dengan helaan napas panjang Yixing mengusap wajahnya lelah dan berkata, "baiklah. Aku akan ikut denganmu ke rencana nerakamu itu."

Mata Joonmyeon berbinar⸻Yixing tidak tahu jika mata manusia bisa berbinar seperti itu. Ia tersenyum lebar dan melepaskan lengan Yixing.

"Tenang saja. Ini akan menjadi rencana yang sangat keren dan menyenangkan!" seru Joonmyeon.

Joonmyeon kembali berjalan dengan riang, syal birunya melambai diterpa angina musim gugur. Sementara Yixing hanya bisa mencibir dan berdoa agar apa yang dikatakan Joonmyeon benar-benar terjadi.

ϾЯRϿ

Suasana di terminal bus Dong Seoul seperti biasanya terlihat ramai. Orang-orang lalu lalang dengan koper dan tas-tas besar. Bus-bus ekspress besar masuk dan keluar terminal sesuai dengan jadwal, menyebabkan beberapa penumpang terlihat berlari mengejar bus yang akan mengantar mereka ketujuan.

Begitupula dengan dua sosok pemuda dengan dua ransel besar di punggung mereka. Keduanya berlari cepat dengan sesekali saling memukul kepala atau pundak.

"Kau yakin kita tidak salah masuk terminal bukan, Joonmyeon?" tanya Yixing bertanya untuk kesekian kalinya kepada pemuda yang lebih pendek darinya itu.

Joonmyeon yang terengah harus berhenti berlari sebelum menjawab, "tentu saja tidak. Jelas-jelas ini tempatnya."

Yixing mengedarkan pandangannya ke sekeliling, berusaha mencari bus yang akan membawa mereka ke Songnisan National Park. Beberapa bunyi klaskson terdengar nyaring di udara dan beberapa orang mencaci Joonmyeon karena menghalangi jalan mereka.

"Hei, ini jalan umum!" teriak Joonmyeon setengah terengah pada orang yang hampir menabraknya.

Sebuah bus ekspress yang berada beberapa meter di depan mereka terlihat tengah bersiap untuk meninggalkan terminal. Yixing menyipitkan matanya untuk melihat tujuan bus tersebut.

Yixing membulatkan matanya dan menepuk-nepuk pundak Joonmyeon keras. "Yah, yah, yah. Itu busnya, Joonmyeon. Cepat cepat!"

Dengan cepat Yixing menyambar tangan Joonmyeon dan menarik Joonmyeon yang masih mengatur napasnya untuk segera berlari mengejar bus. Keduanya terpogoh-pogoh menuju bus dengan tangan yang melambai-lambai mengisyaratkan sang pengemudi bus untuk menunggu mereka.

Setelah beberapa kali hampir menambrak seorang ibu, tersandung koper, dan hampir tertabrak bus, akhirnya keduanya berhasil sampai di dalam bus dengan selamat. Mereka menuju bagian belakang bus untuk duduk di tiga bangku terakhir yang masih kosong.

Yixing menaruh ranselnya di atas tempat penyimpanan barang yang terletak di atas deretan kursi, sementara Joonmyeon langsung menjatuhkan bokongnya ke tempat duduk dengan helaan napas terpanjang yang pernah didengar Yixing.

"Hei, bawa ke sini ranselmu, biar aku yang taruh," tawar Yixing sedikit banyak kasihan melihat teman sekelas sekaligus tetangganya itu.

Namun Joonmyeon menggeleng dan bangun dari tempat duduknya. Ia berdiri di samping Yixing. Kedua pundak mereka saling bertemu. Yixing menatap Joonmyeon dan menaikkan sebelah alisnya.

"Bangunkan aku saat kita sudah sampai. Aku benar-benar mengantuk," ucap Joonmyeon seraya menaruh ransel besarnya di dalam tempat penyimpanan. Ia menggaruk rambutnya yang mulai memanjang dan kembali duduk di tempatnya semula.

Yixing menggumamkan sesuatu dan ikut duduk di samping Joonmyeon. Ponsel Yixing bergetar pelan di dalam saku jaketnya. Ia mengambil ponsel tersebut dan mengecek sebuah pesan masuk. Sesekali mata Yixing melirik sosok Joonmyeon yang sudah tertidur dengan kepala menyandar pada jendela di sampingnya. Beberapa helai rambut pemuda itu tersapu akkibat hembusan angin dari air conditioner.

Perjalanan menuju Songnisan memakan waktu kurang lebih tiga jam. Dan selama tiga jam tersebut Yixing merasakan dirinya keluar masuk dunia mimpi. Kesadaran terasa berada di ambang antara alam bawah sadar dan alam nyata. Beberapa kali ia melihat rambut hitam Joonmyeon bersandar di pundaknya. Ia tidak yakin apakah kejadian itu mimpi atau benar-benar terjadi. Hanya saja rasa berat di pundaknya dan rambut yang menggelitik kulit pipinya terasa begitu nyata.

Ini merupakan ide yang benar-benar buruk.

ϾЯRϿ

"Yixing, lihat!" teriak seorang anak lelaki kecil seraya menunjuk pada hamparan bintang di langit.

"Bintang-bintang itu terlihat seperti sebuah boneka beruang!" seru anak itu lagi. Jari telunjuk kecilnya masih terus menunjuk ke atas langit, ke sebuah kumpulan bintang di sebelah timur langit.

Yixing mendongakkan kepalanya dan melihat bintang yang ditunjuk anak itu. Namun yang dapat ia lihat hanyalah bintang-bintang yang berkelip, dan tidak ada satupun dari mereka yang membentuk pola bonek beruang.

Wajah Yixing mengerut. "Tidak. Aku tidak melihat apapun," ucapnya pada anak itu.

"Tapi itu ada di sana!" seru anak itu masih kukuh dengan pernyataannya.

"Iya. Tapi aku tetap tidak bisa melihatnya," sahut Yixing tidak mau kalah.

Kini giliran wajah anak lelaki itu yang mengerut. Bibir kecilnya turun ke bawah dengan mata yang terlihat sedih.

"Ta-tapi itu ada di situ⸻ukh. Huaaaah!"

Yixing terlonjak kaget saat melihat anak itu menangis. Ia terlihat panik. Tangan kecil Yixing mengelus rambut anak itu.

"Shh…sudahlah. Aku percaya padamu, hanya saja aku tidak bisa melihatnya," ucap Yixing berusaha menenangkan anak laki-laki itu.

"Tapi aku ingin memperlihatkannya padamu," ucap anak tersebut di sela isak tangisnya. Tangannya menggenggam erat ujung baju yang dikenakan Yixing.

"Baiklah. Bagaimana jika sekarang kau berhenti menangis dan kembali memperlihatkannya padaku. Dan jika aku tetap tidak bisa melihatnya kita bisa kembali lagi ke sini nanti."

Anak laki-laki itu menatap Yixing dengan mata yang membesar. Ia menggosok hidungnya dengan lengan bajunya yang telah kotor oleh tanah. Tangisnya berhenti dan hanya menyisakan segukan kecil di antara napasnya.

"Benarkah?" tanya anak itu.

Yixing menganggukkan kepalanya dan menyodorkan jari kelingkingnya.

"Aku berjanji," ucap Yixing.

Anak itu tersenyum lebar dan mengaitkan jari kelingkingnya dengan kelingking Yixing.

"Janji!"

ϾЯRϿ

.

.

To be continue

.

.

A/N: Holaaaaaaaah! Sudah berapa tahun sejak saya update? /digetok. Ini fanfic pertama di awal tahun dan pertama setelah hiatus panjang. Maaf karena belum bisa update fanfic WIP lainnya (bakal dilanjut tapi nggak dalam waktu dekat ini /digetoklagi). Kali ini saya lagi coba ubah karakter Suho dan Lay, mudah-mudahan suka.

Chapter 2 liris tanggal 15 Januari nanti. Ditunggu yah! (seharusnya postingnya tunggu tamat but whatever)

Review, like, and follow if you want ^^