"Apa kau masih suka memperhatikan tetanggamu itu sampai sekarang?"

"Ne, dia semakin tampan setiap harinya."

"Apa kalian pernah mengobrol sebelumnya?"

"Pernah, tapi sebentar saja."

"Kapan?"

"Saat aku memberikan potongan terakhir kue ulang tahunku padanya tahun lalu."

Entah Luhan harus membenturkan kepalanya ke dinding atau tertawa seperti keledai, dia benar-benar tidak mengerti dengan selera sahabatnya yang satu itu. Suho sangat menyukai pria dewasa, mulai dari psikologisnya sampai fisiknya—gairah seks-nya.

"Bagaimana kalau umur pria itu sudah menginjak 30 tahunan?" tanya Baekhyun.

"Tidak masalah, wajahnya terlihat awet muda," jawab Suho enteng.

"Lagipula banyak aktor berusia 30 tahunan masih terlihat muda, contohnya seperti Kwon Yul. Benar, kan?" lanjut Suho.

"Ne, kau benar sekali," sahut Luhan mengangguk mengiyakan, sedangkan Baekhyun speechless seketika.

"Bagaimana dengan kalian? Apa berpacaran dengan pria lebih muda itu menyenangkan?" Perlawanan balik, kali ini Suho yang menanyai mereka tentang tipe pria yang mereka sukai.

"Pertanyaanmu itu hanya cocok untuk Luhan. Aku memang 7 bulan lebih tua dari Chanyeol, tapi kami lahir di tahun yang sama. Jadi, kami berdua masih seumuran," jawab Baekhyun berhasil membela diri.

"Ya, ya! Sehun memang 2 tahun lebih muda dariku, tapi—"

"Wajahnya terlihat lebih dewasa dari usia sebenarnya, datar dan aneh," sambung Baekhyun ditambah dengan ekspresi mengejek.

"Good praise, Byun."

"You're welcome, Lu."

"Bukan hanya kau saja yang bisa seperti itu. Kyungsoo Noona menyukaiku dan kami resmi berpacaran sekarang." Jongin berhasil menyela sebelum rusa China itu menendang kaki meja kantin sampai patah lagi.

"Ohuk!" Luhan tiba-tiba tersedak lidahnya sendiri.

"Mwo? Kyungsoo berpacaran denganmu? Kenapa kau tidak memberitahuku dulu?" tanya Suho dengan nada sedikit kecewa.

"Kyungsoo menyukaimu? Dengan bocah tan yang gemar menonton video yadong dan berotak pas-pasan sepertimu?" sambung Baekhyun tidak kalah terkejutnya.

"Haha, yang benar saja. Itu tidak mungkin," tambah Luhan tidak mau percaya.

Suho berdehem sebentar, dia tidak terima dengan ejekan yang dilontarkan Baekhyun untuk Jongin tadi. Sebagai seorang kakak yang baik, Suho tidak akan membiarkan adiknya itu dihina.

"Mian, Suho. Aku hanya khilaf saja tadi," ucap Baekhyun sambil menyunggingkan senyuman tidak berdosa andalannya, dan Luhan rasanya ingin meninju wajah sahabatnya itu sekarang juga.

"Kyungie baby~"

"Nini!"

"Hah?!" Luhan, Suho dan Baekhyun kompak jawdrop bersama—mungkin saking kagetnya.

"Kenapa kau ada di sini? Kau bilang akan berlatih dengan lainnya?"

"Berlatih apa?" celetuk Baekhyun.

"Berlatih basket, Chanyeol baru merekrut Jongin minggu lalu sebagai anggota baru di timnya bersama Sehun setelah aku merekomendasikan mereka," jawab Kyungsoo bangga.

"Kajja kita pergi, chagi." Jongin buru-buru kabur sambil menyeret Kyungsoo yang tidak tahu apa-apa.

"Chanyeol merekrut Jongin?"

"Sejak kapan Jongin dekat dengan Sehun?"

"Apa yang terjadi dengan kalian?"

"Jongin masuk dalam tim Chanyeol? Apa dia tidak takut jika reputasinya nanti akan tercermar?"

"Kenapa kepalaku tiba-tiba terasa pening?"

"Kalian terlalu berlebihan, Jongin bukan pembawa sial."

"But he's troublemaker!" kata Luhan dan Baekhyun kompak.


••TIAMO••


"Bagaimana hubunganmu dengan gadis muda itu?"

"Tidak ada perubahan, masih tetap sama."

"Kapan terakhir kau mengobrol dengannya?"

"Saat dia memberikan potongan terakhir kue ulang tahunnya untukku tahun lalu."

"Apa? Tahun lalu?" tanya Yongguk sambil terkekeh geli.

"Kalian sudah bertetangga selama satu tahun lebih, kan? Kenapa kau tidak berinisiatif untuk mengenalnya lebih dalam?" tambah Himchan terheran-heran.

"Aku belum siap dan belum ada waktu yang tepat," jawab Kris mencoba mencari alasan.

"Kau terlalu naif, Kris," ejek Himchan.

"Tapi setidaknya aku sering melihatnya belajar bersama dengan adiknya yang berkulit tan di loteng kamarnya setiap malam," balas Kris masih bisa berlagak sombong.

"Tunggu! Kau bilang adiknya punya kulit yang tan? Sepertinya saat dia masih di dalam kandungan, ibunya mengidam memakan dark chocolate yang banyak." Yongguk mulai membuat lelucon lagi, topiknya kali ini seputar adik tetangga Kris yang memiliki kulit tan.

"Atau mungkin kulitnya terbakar karena terkena lampu operasi saat dia lahir," tambah Himchan sambil tertawa lepas.

"Berhentilah menghinanya, dia itu calon adik iparku," ujar Kris dengan percaya diri, dia sekarang sudah setengah mabuk.

"Arraseo, Kris," sahut Yongguk langsung menghentikan tawanya.

"Bagaimana dengan orangtuanya? Apa mereka akan merestui hubungan kalian nanti?" tanya Himchan mengalihkan topik pembicaraan.

"Mereka tidak akan menolak menantu setampan diriku, apalagi aku sudah mapan," jawab Kris mulai menghayal.

"Hey, dude! Sebaiknya kau pulang sekarang," suruh Himchan.

"Ya, aku akan pulang sekarang. Jangan mengantarku, aku masih bisa naik taksi," balas Kris sedikit cegukan akibat efek alkohol.

"Kau tadi membawa mobil, kan? Berikan kuncinya padaku, aku akan membawa mobilmu besok ke kantormu." Kris langsung memberikan kunci mobilnya ke tangan Yongguk, dan berdiri dari tempat duduknya dengan sedikit susah payah.

"Biarkan aku membantumu mencari taksi untuk mengurangi risiko, karena kau bisa tidur di mana saja saat mabuk seperti ini." Himchan perlahan membimbing Kris keluar dari klub malam yang mereka datangi, dia membutuhkan tenaga ekstra untuk mengendalikan tubuh Kris yang sempoyongan. Sungguh merepotkan, tapi ini sudah menjadi kebiasaan Kris pulang dalam keadaan mabuk setelah bertemu dengan teman-temannya di klub malam langganan mereka.


••TIAMO••


"Yifan-ssi," panggil Suho sambil menusuk-nusuk pipi pria itu dengan jari telunjuknya. Dia heran melihat tetangganya itu tiba-tiba tidur di teras rumahnya.

"Siapa?"

"Ini aku, Kim Suho. Kenapa kau tidur di sini? Apa kau mabuk?"

Setelah mengetahui siapa yang mengajaknya bicara tadi, Kris refleks membuka matanya dan berdiri tiba-tiba, membuat Suho sedikit kaget.

"Cantik." Kris mulai mengigau—hilang kendali.

"Ne?" tanya Suho lugu.

"Hey, Suho! Apa kau mau menikah denganku?" Bukannya menjawab, Kris malah bertanya balik dan menarik pinggang Suho.

"Kau punya tubuh yang indah dan seksi, bolehkah aku memilikinya malam ini?"

Wajah Suho seketika memerah sampai menjalar ke telinga. Perkataan Kris tadi terlalu vulgar untuk gadis semuda Suho.

"Apa kau mau melakukan itu denganku malam ini?"

"Melakukan apa?"

"Membuat calon bayi kita."

"Ne, aku mau. Ayo kita lakukan itu di kamarku." Suho langsung menyeret Kris masuk ke dalam rumahnya. Dia masih waras, tapi cara pemikirannya soal cinta yang salah. Ini akibat dari adiknya yang sering mengajarinya melakukan itu lewat video yadong yang sering Jongin tonton. Bukan hanya Jongin saja yang horny, tapi Suho yang polos ikut terangsang juga dan dia berniat ingin melakukan itu dengan tetangganya yang bernama Wu Yifan. Dan malam ini, impian indahnya tersebut akan terwujud!


••TIAMO••


Kris terus merutuki tindakan bodohnya tadi malam dalam hati. Dia mabuk, kemudian tertidur di teras rumah tetangganya, dan berakhir bangun di atas tempat tidur gadis muda itu dalam keadaan full naked di balik selimutnya.

"Suho."

"Ne?"

"Maafkan aku."

"Untuk apa?"

"Karena aku sudah melecehkanmu dan membuatmu kesulitan berjalan."

"Menurutku kau tidak melalukan tindakan asusila padaku. Kita melakukannya atas dasar sama-sama suka, lagipula aku menikmati apa yang kau lakukan padaku tadi malam."

Kris cukup kaget mendengar jawaban dari Suho tersebut, tidak menyangka kalau dia akan mendapatkan respon seperti ini. Suho tidak mempermasalahkan tindakannya tadi malam dan justru dia malah bersikap anteng-enteng saja.

"Ngomong-ngomong, di mana orangtuamu? Apa adikmu tidak pulang tadi malam?"

"Orangtuaku sedang pergi keluar kota, dan adikku menginap di rumah temannya tadi malam. Dia bilang kalau dia harus mengerjakan tugas kelompoknya di sana." Atau hanya akal-akalan Jongin saja.

"Apa aku boleh minta kiss morning?" pinta Kris.

"Ne, tentu saja boleh," jawab Suho bergegas menggantung celemeknya dan duduk di atas pangkuan Kris. Bibirnya sengaja dia majukan sedikit agar pria dewasa itu tergoda.

Tanpa menyiakan kesempatan ini, Kris langsung menyambar bibir Suho dengan penuh nafsu dan memeluk pinggang gadis itu dengan posesif—seperti yang dia lakukan tadi malam. Bahkan Kris memiringkan kepalanya untuk membuat ciuman mereka lebih panas sambil tangannya mengusap punggung Suho dengan lembut.

"Yifanhh.." Kris perlahan melepaskan pagutan mereka karena Suho sudah mulai kehabisan pasokan oksigen.

Sekarang pandangan Kris fokus pada wajah manis Suho yang memerah, bibirnya agak bengkak dengan napas terengah-engah. Hanya melihat pemandangan indah seperti ini saja, sudah bisa membuat Kris terangsang. Apalagi kalau melihat Suho bugil dan berpose menggoda seperti model wanita di majalah pria dewasa, mungkin Kris akan mimisan seketika.

"Maafkan aku," kata Kris tiba-tiba.

"Untuk apa kali ini?" tanya Suho heran.

"Aku baru saja membayangkanmu sedang telanjang di depanku tadi," jawab Kris jujur.

"Bukankah kau sudah melihatku telanjang tadi malam?"

"Aku mabuk dan—tidak jadi. Aku akan mengantarmu ke halte bus, kau harus berangkat sekolah sekarang."

"A, ne. Aku hampir saja lupa, untung kau mengingatkanku."

Suho buru-buru berjalan menuju kamarnya dengan langkah penguin—kaki mengangkang. Kris jadi merasa bersalah padanya. Dia pasti melakukannya dengan kasar pada tubuh gadis muda itu.


••TIAMO••


Mata sipit Baekhyun membulat dan mulut Luhan menganga, mereka belum bisa percaya pada ucapan Suho kalau dia sudah melakukan—ekhem hubungan intim dengan tetangganya yang sering mereka bicarakan belakangan ini.

"Bagaimana rasanya, Suho?" tanya Baekhyun iseng.

"Anak dibawah 17 tahun tidak boleh membayangkan itu," timpal Luhan menjitak pelan kepala Baekhyun.

"Hey, umurku sudah menginjak 17 tahun!" seru Baekhyun tidak terima.

"Tetap saja tidak boleh!"

"Aku hanya ingin membuat rencana untuk memuaskan Chanyeol nanti."

"Tapi tidak sekarang!"

"Eotteohke naega umjigil su eopge. Nal Ooh Ahh Ooh Ahh hage mandeureojwo. Gajja gajja jinsim eomneun gajja. Jal ga jal ga Huh OOH-AHHhage."

"Hentikan, jebal!" ringis Luhan sambil menutup telinganya dengan tangan.

"Eotteohke ije deo halmari eopge. Nal Ooh Ahh Ooh Ahh hage mandeureojwo. Bla La La La malmanhaji malgo. Neukkyeojige Huh OOH-AHHhage."

Daripada otaknya error mendengar kicauan Baekhyun yang pervert, lebih baik Luhan menanyai Suho saja.

"Apa kau tidak takut hamil?" tanya Luhan.

"Hamil di usia muda itu sangat berisiko. Apa dia akan bertanggungjawab atas perbuatannya padamu? Apa kau bisa menjamin dia masih single sampai sekarang? Berapa umurnya? Di mana orangtuanya tinggal? Apa pekerjaannya? Apa dia pernah melakukan itu sebelumnya dengan—huft."

"Pertanyaanmu itu terlalu panjang, sayang. Simpan saja suaramu untuk perlombaan menyanyimu minggu depan." Luhan bergegas membekap mulut Baekhyun, sahabatnya tersebut kelewat cerewet pagi ini.

"Tidak, karena aku akan mengandung anaknya nanti. Sebelum melakukanku itu, dia melamarku di teras. Dia juga bilang kalau dia sangat menyukaiku, dia menginginkanku. Dia belum punya pacar. Umurnya 27 tahun. Orangtuanya tinggal di Kanada. Pekerjaannya adalah seorang CEO. Dan dia belum pernah meniduri seorang wanita sebelumnya," jawab Suho panjang kali lebar.

"Jika kau menikah dengannya, jangan lupa berikan undangannya pada kami," ujar Baekhyun masih tetap mengoceh.

"Siapa yang mau menikah?"

"Anu, Park Sonsaengnim," cicit Baekhyun gerogi, sedangkan Luhan diam seribu bahasa dan Suho melotot sekilas pada Baekhyun untuk tidak berbicara yang sebenarnya.

"Anu apa? Kalian bertiga terlalu asyik menggosip, sampai-sampai tidak mendengar bel masuk sudah berbunyi sejak tadi. Apa pekerjaan rumah yang aku berikan kemarin sudah kalian kerjakan?"

"Sudah!" seru Baekhyun semangat.

Luhan, Suho dan Baekhyun kompak memberikan tugas mereka dengan santai ke tangan sang guru. Mereka bertiga memang sering lupa waktu saat mengobrol bersama, tapi mereka tetap disiplin dalam mengerjakan tugas.

"Good girl! Lain kali, kalian harus membatasi waktu menggosip kalian kalau kalian tidak mau mendapatkan tugas tambahan dariku."

"Ne, algeseumnida, Sonsaengnim."

Luhan dan Suho perlahan mengerucutkan bibir mereka. Mereka sama sekali tidak bergosip, tapi mulut Baekhyun saja yang cerewetnya terlalu overdosis. Someone call the doctor, supaya Baekhyun bisa menjadi lebih waras dan kalem.


••TIAMO••


Beberapa minggu berlalu setelah kejadian itu terjadi dan kebetulan hari ini adalah hari minggu, Jongin menyuruh kakaknya melakukan tes kehamilan dengan test pack yang baru dibelinya kemarin. Wajah Suho terlihat pucat dan dia mudah merasa lelah belakangan ini.

"Hasilnya menunjukkan—positif? Jinjayo?"

"Berarti aku benar-benar hamil, kan?"

Jongin buru-buru keluar ke loteng kamar kamarnya, dan berteriak untuk membangunkan tetangga di sebelah rumahnya ini. "Hyung, bangun! Ada yang harus kau lihat!"

"Apa-apaan kau ini, Jongin?" Ayahnya yang pertama menyahut.

"Jangan berteriak sepagi ini, sayang. Kau bisa mengganggu tetangga kita yang lain." Ibunya ikut menimpali.

"Mian~" balas Jongin dengan suara mendayu-dayu.

"Apa?" tanya Kris akhirnya keluar dari kamarnya, suaranya serak dan penampilannya sangat semrawut.

"Coba lihat test pack ini," jawab Jongin bergegas melempar test pack kakaknya ke arah Kris, dan sukses ditangkap oleh tetangganya tersebut.

"Hasilnya positif, test pack milik siapa ini?" tanya Kris bingung.

"Milik Suho Noona," jawab Jongin pendek.

"Suho hamil?"

"Ne, Hyung. Anak yang dikandungnya itu adalah anakmu!"


—TBC—