PUERILE
Cast:
Wanna One's Lee Daehwi
Nu'est W's Kang Dongho/Baekho
Warning[!]: OOC, typo[s], boys love
I don't own the casts.
"Tidak ada manusia di Korea yang berani macam-macam pada kekasih Kang Dongho kecuali dia ingin masuk rumah sakit selama enam bulan tanpa bisa bergerak."
.
"Tidak boleh."
Mulut Daehwi terbuka semakin lebar, tidak percaya pada apa yang baru saja didengarnya. Oh, apa maksud dari larangan yang tertuju padanya? Seingat Daehwi, dia belum pernah dilarang pergi ke pusat perbelanjaan, bahkan oleh ibu kandungnya sendiri.
Baiklah. Waktunya protes.
"Tidak, Lee Daehwi. Protesmu tidak akan sampai ke telingaku."
Baiklah. Ini gila. Mulutnya saja belum sempat terbuka. Satu tarikan nafas juga masih dalam niatan.
"Hyung? Kau sedang jadi pengasuhku sekarang?"
Tangan Daehwi menyilang di dada. Lalu lima detik berikutnya, satu tangan mengusap wajahnya. Kesal? Tentu saja. Pria besar di depannya ini benar-benar sulit dimengerti.
"Aku hanya pergi berbelanja, Dongho-hyung. Tidak akan makan waktu lama. Bahkan sebelum matahari berada di atas kepala aku sudah kembali."
"Bukan masalah waktunya, Daehwi."
Yang dipanggil 'Dongho-hyung' itu memegang kedua bahunya, sedikit mengerat. Daehwi tahu ini bukan sentuhan Dongo yang biasa. Daehwi ingat hanya tiga kali Dongho bersikap seperti ini. Pertama, saat Daehwi akan pergi ke Amerika bertemu ibunya selama 2 minggu. Sebelum berangkat, Dongho memeluk Daehwi sangat erat sampai-sampai pertugas bandara memanggilnya tiga kali karena pesawat sudah akan terbang dan dia masih berada di anjungan. Kedua, giliran Dongho pergi ke Jepang untuk urusan bisnis selama sepuluh hari. Daehwi bahkan mengancam ia akan mengakhiri hubungannya dengan Dongho karena kekasihnya itu sempat memilih untuk membatalkan keberangkatannya ke Jepang. Yang benar saja. Urusan bisnis bukan hal sepele. Dan terakhir, sekarang. Dan Daehwi tidak mengerti alasannya.
"Lalu apa? Aku tidak ke Amerika, dan hyung juga tidak pergi keluar rumah."
"Bukan jaraknya, Daehwi."
Daehwi menggeram. Ingin memukul Dongho, rasanya. Tapi percuma. Lengan Daehwi kecil, tenaganya tidak berarti apa-apa jika sudah menghantam tubuh Dongho. Baiklah, lain kali dia akan mempertimbangkan ajakan Dongho untuk melatih ototnya. Bisa saja berguna dalam situasi seperti ini, situasi dimana Dongho mulai bertingkah menyebalkan.
"Jadi?"
"Bae Jinyoung masalahnya, Daehwi."
"Ha?"
Astaga.
"Kita berteman, hyung."
Daehwi menepuk dahinya sendiri. Dia lupa jika memiliki kekasih yang sedang kambuh posesifnya sama saja seperti mengasuh keponakannya yang berumur enam tahun yang sedang merengek ingin dibelikan mainan saat Daehwi lupa membawa uang. Serba salah.
"Bagimu. Tapi tidak baginya."
"Lalu aku harus bagaimana? Terlanjur janji, hyung."
Dongho diam sambil menggaruk kepala berulang-ulang. Melihatnya, Daehwi lupa jika sedang kesal dan malah tertawa kecil sebentar. Ya, tawanya berhenti setelah ia tersedak dan terbatuk kecil.
"Jangan tanya bagaimana. Kau sengaja mengiyakan ajakannya padahal jelas-jelas kau tahu dia menyukaimu."
Daehwi tidak bisa tidak melempar senyum paham. Tangannya terulur ke depan lalu melingkarkan keduanya di tubuh Dongho. Daehwi sedang memeluk Dongho.
"Sekali-sekali percayalah padaku."
Daehwi memberi tepukan pelan berulang-ulang di punggung Dongho.
"Kekasihku mantan bandit paling tampan dan paling seksi."
"Daehwi? Kita berjanji tidak mengungkitnya."
Daehwi merasakan kedua tangan Dongho mengunci tubuhnya. Lengan kekar itu memeluknya erat, tapi hangat. Oh, tentu saja. Pelukan ini adalah salah satu alasan mengapa Daehwi mengiyakan saat diminta menjadi manusia paling spesial di hidup Dongho.
"Situasi sekarang mengharuskanku untuk mengungkitnya, hyung."
Daehwi mengeratkan pelukannya pada Dongho. Balasan yang sama hangatnya.
"Jadi, mana mungkin si Bae Jinyoung berani macam-macam padaku? Aku yakin dia berpikir dua kali jika ingin berbuat yang tidak-tidak. Percaya padaku hyung, tidak ada manusia di Korea yang berani macam-macam pada kekasih Kang Dongho kecuali dia ingin masuk rumah sakit selama enam bulan tanpa bisa bergerak."
Setelahnya, Daehwi terkikik mendengar kalimat panjang yang meluncur dari mulutnya sendiri. Dan ia tahu, Dongho juga sedang tersenyum sekalipun ia tidak melihatnya.
"Kau memujiku atau menghinaku, Lee Daehwi?"
"Aku sedang bangga dan sedikit sombong karena aku punya hyung."
Daehwi merasa pelukan Dongho melonggar setelahnya. Dongho kembali meletakkan kedua tangannya di pundak Daehwi, dan sekarang ia sedang menyamakan pandangan mereka, mata bertemu mata.
"Baiklah, aku kalah. Kau bisa pergi. Tapi seperti yang kau bilang, sebelum matahari ada di atas kepalamu kau sudah harus pulang. Mengerti?"
"Tentu saja. Jadi, aku harus pergi sekarang. Hyung mau oleh-oleh?"
Daehwi melihat Dongho menarik satu tangannya dan meletakkannya di dagu seolah-olah sedang berpikir. Tapi tidak lama, Dongho mendekatkan wajahnya pada Daehwi dan memberikan kecupan di bibir pemuda kecil itu.
"Kau pulang dengan keadaan utuh itu sudah cukup bagiku. Aku tidak mau masuk penjara karena meremukkan tulang seseorang."
Senyum lebar muncul dari bibir Daehwi. Detik berikutnya ia membalas kecupan Dongho dengan hal yang sama.
"Baiklah. Aku akan merindukan hyung selama berbelanja."
Daehwi mengambil tas ranselnya yang sudah disiapkannya sedari tadi dan melenggang menuju pintu dengan langkah ringan sambil berpikir es krim rasa apa yang akan ia beli dan habiskan bersama Dongho sambil menonton drama favoritnya sepulang ia berbelanja nanti.
.
FIN.
W/N: I was planning to write fanfictions with other pairs (especially for Wanna One member) but in the end (after read someone's fanfiction with BaekHwi as its main pair) I couldn't resist to write this first.
