Sentuhan lembut yang mereka berikan untuk satu sama lain./ SHO-AI
.
.
.
Touken Ranbu (c) DMM & NITRO+
Mikazuki Munechika x Yamanbagiri Kunihiro
Warning: menuju!MIKANBA, Sho-ai, TYPO, lil-bit-OOC, FLUFFY bertebaran, shy!Manba /^q^/
.
.
.
.
.
Sepasang mata yang memiliki warna hijau cerah itu menatap ke atas langit. Mengarahkan pandangannya pada satu-satunya objek paling terang yang terdapat di langit malam. Bulan purnama itu terlihat besar dan bersinar. Walaupun sinar yang dipancarkannya bukanlah miliknya sendiri, tapi bulan tersebut masih bisa menerangi gelapnya malam.
Indah. Namun di sisi lain juga rapuh.
Berjarak paling dekat dengan Bumi. Seakan berdiri sendiri di tengah kerlip jutaan benda langit lainnya. Sinar putih kebiruannya akan menerangi malam yang gelap. Memberikan sedikit cahaya dari sinar yang diterimanya.
Bulan begitu baik hati.
Apa yang dia terima adalah yang apa dia berikan pula.
Sama seperti sosok itu.
Yamanbagiri Kunihiro tidak mengerti. Dirinya hanyalah sebuah duplikat. Sesuatu yang dibuat untuk mengingat keindahan dari benda yang ditirunya. Dia adalah benda kedua dari sebuah benda yang asli.
Dia bisa digantikan.
Ketika sosok yang asli itu datang—dia yakin pasti tak ada seorang pun yang akan mengingatnya.
Dia adalah tiruan.
'Tapi kau memiliki keindahanmu tersendiri,...'
Genggaman kedua tangan pada cangkir teh tersebut mengerat. Uap terlihat mengepul dari cairan hangat yang ada di dalam cangkir. Menghilang di udara ketika angin musim gugur kembali bertiup. Menyebabkan kedua tangan tersebut tanpa sadar kembali mengerat, mencoba mencari kehangatan yang sejenak hilang bersamaan dengan datangnya hembusan angin.
Kedua pipi dari wajah putih itu memerah. Helaan nafas terdengar. Sebuah kepulan uap terbang dari kedua belah bibir yang terbuka. Sejenak dua kelopak mata itu tertutup ketika hembusan angin yang berikutnya datang. Menyapu wajahnya dengan lembut. Membuat kedua pipi itu semakin memerah.
Tap...
Yamanbagiri membuka matanya ketika mendengar suara tapak kaki yang bertemu dengan lantai tepat dibelakangnya. Kepalanya lalu menoleh pada sosok yang tidak dia sadari kehadirannya. Namun belum sempat melihat wajah orang yang mampu mendekatinya tanpa terdeteksi, sesuatu yang lembut dilingkarkan di leher Yamanbagiri.
Sebelah tangan si uchigatana lalu menurunkan kain lembut yang menutupi pandangannya. Membuat kain itu melingkari lehernya dengan sempurna. Mengembalikan kehangatan walau perlahan.
Tatappan mata Yamanbagiri lalu mengarah pada sosok yang sebelumnya tidak berada dalam jangkauan matanya. Sosok tachi yang sering diidentikan dengan rembulan.
Mikazuki Munechika.
Sosok tachi yang masih mengenakan pakaian regalnya itu telah duduk di sebelah kanannya. Kedatangannya sama sekali tak disangka oleh Yamanbagiri. Bahkan langkah kakinya pun nihil. Hanya terdengar ketika Mikazuki berjarak beberapa jengkal saja darinya.
Mulut Yamanbagiri terbuka, hendak mengatakan sesuatu. Apapun—untuk menghilangkan keheningan di antara mereka.
"A—"
Kata-kata Yamanbagiri tercekat di tenggorokannya. Pandangan matanya bersirobok dengan sepasang mata heterokrom yang indah tersebut. Bagian iris yang berwarna kuning terang itu seakan bersinar ketika ditimpa cahaya rembulan di atas langit.
Dan sepasang mata itu hanya tertuju pada Yamanbagiri.
Seakan menembus ke dalam jiwanya.
"Ya?"
Kerjapan dari sepasang mata berbulu lentik itu diterima oleh Yamanbagiri. Membuatnya sadar bahwa sebenarnya sosok tachi di depannya itu menunggu kata yang ingin disampaikan oleh Yamanbagiri.
Pipinya Yamanbagiri memanas.
"A-aku...itu..."
"Doushite?"
Tarikan nafas Yamanbagiri mungkin saja bisa didengar oleh Mikazuki di tengah keheningan malam. Disaat seluruh penghuni benteng sudah terlelap, mungkin hanya mereka berdua yang masih duduk-duduk di engawa.
Berusaha untuk berbicara.
"Bukankah bulan malam ini begitu indah," Mikazuki lalu membuka suara. Pandangan matanya lalu mengarah pada bulan yang menggantung di atas langit. Memberikan waktu untuk uchigatana di sampingnya itu menenangkan diri.
Detak jantungnya yang bertalu-talu bahkan bisa di dengar oleh Mikazuki dari tempatnya duduk. Namun dia akan menyimpan fakta itu untuk dirinya sendiri.
Hanya sebuah senyum tipis yang menggambarkan betapa senangnya hati Tenka Gouken itu.
"Tidakkah kau kedinginan berada di luar selarut ini, Yamanbagiri?" kembali Mikazuki berkata. Kepalanya lalu menoleh ke arah uchigatana yang kini juga menatapnya.
Pandangan mereka bertemu. Lalu pipi dari manifestasi pedang yang usianya jauh lebih muda darinya itu memanas. Wajah muda yang terlihat halus itu diwarnai dengan merah muda yang cantik. Layaknya warna bunga sakura di awal musim semi.
"Sebegitu dinginnya kah?"
Kepala yang tertunduk dan menggeleng cepat itu merupakan jawaban bagi pertanyaan Mikazuki. Tudung putih yang menutupi kepala menghalangi Mikazuki untuk bisa melihat ekspresi yang sekarang ada di wajah Yamanbagiri.
Benaknya kembali menyusuri masa dimana dia ditempa. Menimbang-nimbang keadaan pada saat itu dan sekarang.
Dia adalah sosok yang menyukai—apa kata aruji mereka—'Old Ways', semacam itu.
Tapi untuk kali ini, dia tidak keberatan untuk mencoba.
"Yamanbagiri,"
Sepasang tangan putih itu meraih kedua tangan Yamanbagiri yang masih menggenggam cangkir teh. Telapak tangannya menangkup telapak tangan Yamanbagiri yang lebih kecil.
Yamanbagiri tercekat. Seakan ada batu kerikil yang tersangkut di tenggorokannya. Bahkan untuk menelan ludah saja dia kesusahan. Pandangan matanya lalu terangkat dan mengarah pada sosok yang kini duduk menghadap dirinya.
Sebuah senyum yang hangat di tengah malam yang dingin itu berasal dari Mikazuki. Sepasang mata heterokrom menatap dari balik kelopak mata berbulu lentik. Garis wajahnya yang tegas menunjukkan kelembutan disaat yang bersamaan. Yamanbagiri merasakan sebuah kedamaian ketika dia melihat wajah dari sang Tenka Gouken.
"Sekedar meminum teh tidak akan menghangatkanmu, Yamanbagiri," kata sosok tachi itu dengan nada suara jenaka. Yamanbagiri mengalihkan perhatiannya pada wajah Mikazuki, lalu pada kedua tangan yang melingkupi tangannya.
Yamanbagiri menggelengkan kepalanya, sebuah senyum tipis lalu terbit di bibirnya ketika merasakan jemari lentik di atas tangannya itu menggigil.
"Sekedar menggenggam tanganku tidak akan menghangatkanmu, Mikazuki,"
Kata itu meluncur dengan bebas sebelum Yamanbagiri bisa menghentikannya. Ketika sedetik kemudian uchigatana itu menyadari apa yang sudah dia katakan pada sosok Tenka Gouken di depannya—wajahnya memerah padam. Bahkan mungkin wajahnya bisa beruap melihat betapa warna semerah tomat itu muncul di wajahnya.
Mikazuki hanya bisa mengerejap pelan. Kedua matanya melebar sejenak, sebelum kembali ke ekpresi teduhnya melihat betapa Yamanbagiri seakan ingin mengubur dirinya sendiri dalam balutan tudung putihnya.
Tawa kecil Mikazuki lalu terdengar. Suaranya terdengar lebih rendah dan halus dari ketika tachi itu berbicara secara normal.
"Oya, oya. Anak muda yang cukup nakal," bisik Mikazuki. Suaranya hanya bisa terdengar di antara mereka saja. Kepulan uap hangat yang berasal dari nafas Mikazuki itu sempat menerpa wajah Yamanbagiri.
Yamanbagiri menggigit bibir bawahnya. Berusaha meredam rasa panas yang dia rasakan terus membakar wajahnya sejak Mikazuki duduk di sebelahnya. Bahkan jantungnya tak pernah berhenti berpacu ketika melihat sosok Mikazuki.
Perasaan apa ini?
Apakah wajar kau merasakan hal ini jika berdekatan dengan seseorang?
Genggaman tangan yang menyelimuti tangan Yamanbagiri itu mengerat. Sebelum terlepas sepenuhnya. Membuat kedua mata Yamanbagiri memicing tidak suka ketika kehangatan yang dia rasakan itu perlahan menghilang. Namun kemudian Mikazuki meraih cangkir teh di kedua tangannya, menempatkannya jauh dari tempat mereka duduk.
Tangannya lalu kembali ditangkup. Lalu dibawa naik ke udara. Yamanbagiri hanya bisa menatap dengan mata melebar ketika kedua telapak tangannya menangkup pipi halus dari wajah rupawan tersebut. Sepasang mata yang sama indahnya dengan bulan di atas langit itu menatapnya dengan begitu lembut.
Di tengah remang malam yang hanya diterangi oleh rembulan itu, Yamanbagiri bisa melihat semburat merah muda menghiasi kulit wajah dengan tulang pipi yang tinggi. Sosok tachi yang mengenakan pakaian regal dan duduk di depannya itu menyunggingkan sebuah senyum yang dapat menggetarkan hatinya.
"Sekali-kali yang seperti ini boleh juga," gumaman Mikazuki itu dapat didengar jelas oleh Yamanbagiri. Mengerejapkan matanya tak mengerti, Yamanbagiri mengarahkan tatapan penuh tanya pada sosok tachi rembulan itu.
Chu...
Sebuah kecupan ringan Mikazuki daratkan pada pergelangan tangan kanan Yamanbagiri, tepat di bawah telapak tangannya. Mengirimkan getar aneh yang merambat di seluruh bagian tubuh Yamanbagiri ketika bibir Mikazuki yang dingin menyentuh kulitnya.
"Mikazuki..." nafas Yamanbagiri terasa memendek. Matanya tak bisa lepas dari sepasang mata yang kini bergerak untuk menatap ke arahnya. Dengan lamat pandangan mereka kembali bertemu.
"Ayo kita masuk ke dalam, Yamanbagiri,"
Tarikan lembut dari Mikazuki membuat Yamanbagiri bangkit. Tachi berkimono biru tua itu lalu membimbing langkah mereka menyusuri lorong-lorong remang benteng mereka. Berjalan berdampingan diterangi cahaya rembulan yang mengintip malu-malu.
Yamanbagiri Kunihiro hanya bisa menurut kemana Mikazuki Munechika membawanya.
.
.
.
.
.
.
.
END
.
.
.
.
.
.
Hmm...entah kesambet apa saya napsu banget ngebikin FF Manbaharem akhir-akhir ini /elus jenggot/ well, tapi berita bagus kan, hohoho...saya tidak bisa membendung keinginan hati untuk menyirami /?/ para fans Manbaharem dengan fluffehnya Manba-chan /tebar biji jagung/
Terimakasih banyak untuk reader-san yang sudah berkenan mereview ff ichinba saya yang Hugs, aih...saya mah seneng banget ternyata banyak antusiasme nistain Ichi-nii muahahaha /plak/ saya juga sadar kalau Tsuru banyak dinodai-ehem-maksud saya dinistakan, tapi well, wajahnya pantes sih, heheh /bakiak melayang/
Entah kenapa juga saya lebih demen buat fluff komedi, hapalah saya orangnya suka nge-garing di RL, tapi emang saya lebih mengena ke komedinya sih...yaa...biar gak garing aja /dor/
Btw, entah koneksi saya yang bermasalah atau apa...but, kenapa saya gak bisa buka ffn ya? Why? WHY?! D*** YOU ERROR!/flip table/ ehem, yah...jadi begitulah, hh...saya kan jadinya gak bisa fangirlingan di ffn, hiks
Well, terimakasih untuk antusiasme penggemar ym-/plak/coret- Manbaharem yang tercinta. Selamat malam pemirsa, jumpa lagi dengan ym lagi kapan-kapan, hohoo
Salam,
ym
