TRAPPED
…
Discalimer!!!
Kuroko no Basuke By Fujimaki Tadatoshi
Original Story by Me
…
Warning!!!
BL, TYPO, AU, OOC, Mature Content (Maybe), Antar Paragrap tidak Sinkron, Alur Cepat, dan Kemungkinan masih banyaknya kecacatan dalam penulisan.
…
DLDR!! NO FLAME!! Saya Sudah Mengingatkan!!
….
~Enjoy Read~
…
Liuk tubuh bergerak seirama dengan alunan musik yang menggema, menghentak-hentak keras membakar gairah ditambah efek lampu yang mengerjap-ngerjap seakan ikut pula andil dalam keriuhan yang tercipta.
Musik berirama pelan berganti, bergeser secepat jemari tangan sang DJ yang tengah asik dengan mainannya yang mampu memadu padankan berbagai musik hingga terasa begitu nikmat dalam tangkapan telinga.
Menarik paksa sisi erotisme untuk keluar dalam alunan slow yang jauh berbeda dari sebelumnya.
Seakan membawa para pecinta dunia malam yang tengah asik bergoyang dalam lantai khusus berpendar remang,
Salah satu fasilitas khusus untuk mereka yang ingin meregangkan otot, merileksasikan fikiran atau berbagai alasan tak masuk akal yang mereka kumandangkan, ah yang jelas tempat itu bebas dipakai untuk siapa saja.
Lihat saja bagaimana lantai itu tak pernah sepi dari tubuh-tubuh yang asyik meliuk sana-sini, sejalan dengan alunan music yang selalu berubah-ubah, seakan tubuh-tubuh itu memiliki sensor yang langsung terhubung dengan music.
Meski pun begitu, tak sedikit pula yang lebih memilih untuk tetap setia di tempat duduknya, mengamati setiap pergerakan tontonan erotis di bawah sana sembari membasahi kerongkongan dengan seteguk dua teguk minuman beralkohol dalam tampilan yang menggoda, penuh warna dan kadang membiarkan satu atau dua biji buah tenggelam dalam gelas ceper berdiameter lebar.
"Kurokocchi ayu pulang! Ini sudah terlalu larut-ssu" bak angin lalu yang berhembus pelan, tak sedikit pun menyentuh daun telinga.
"Kurokocchi,!!" kali ini ucapan atau mungkin bisa dibilang pekikannya cukup keras, jika tak sedang beradu dengan alunan music mungkin saja suara yang kelebihan nyaring cempreng bisa saja merebut perhatian seluruh anak adam disana, malah mungkin berpotensi kuat merusak gendang telinga.
Tak peduli, tubuh yang kecil masih terlihat asik meliuk-liuk, bulir-bulir keringat mulai terlihat pada permukaan putih kulit mulus kenyal yang menggoda, menambah kesan erotis lantaran bagian atas tubuhnya sudah mulai basah, samar menampakkan dua tonjolan yang tersembunyi dibalik kaus putih yang membungkus tubuh indah.
Surai biru muda terlihat agak lepek dibagian pelipis, ikut terkena imbas dari keringat yang malah membuat dirinya terlihat manis.
Kedua tangannya masih teangakat ke atas dengan tubuh yang terus bergoyang membuat tatapan lapar dari sekelilingnya kian intens memandang,
berdelusi tentang berbagai hal-hal kotor yang akan mereka lakukan jika diberi kesempatan untuk mencicip tubuh itu.
Tak risih, ia anggap itu sebagai sebuah pujian.
Sudah terlalu biasa dipandang seperti itu meski tak satupun akan dibiarkan tangan-tangan liar para bajingan itu menjamah tubuhnya, ah bahkan menyentuhnya pun tak akan ia biarkan.
Harusnya mereka berterimakasih masih dibiarkan untuk sekedar melihat, jika nekat maka siapkan saja prosesi pemakaman untuk keesokan harinya.
"Kurokocchi, ayo kembali ssu, aku sudah lelah" rengek teman kuningnya, Kise Ryouta
sebenarnya dari tadi ia sudah memohon hingga tenggorokannya terasa kering, namun tak dapat respon juga.
Bisa saja ia pulang sendirian, namun otaknya cukup waras untuk harus berurusan dengan si pelindung bocah biru yang bisa saja memutuskan garis keturunannnya jika nekat meninggalkan sang malaikat dalam keremangan dunia malam.
"Uh, aku capek mau minum dulu"
tangan dikibaskan biasa namun terlihat sensual menggoda, bahkan mata-mata yang intens memandang lebih dari sekedar lapar untuk langsung melahap.
Tubuh kecil menuju konter bar, duduk tanpa ragu pada kursi panjang tanpa sandaran.
Matanya melirik pada sosok disebelah yang ikut andil dalam kegiatan mengangumi keindahan dirinya, ah setidaknya itu yang ada dalam pikiran si biru muda saat ini.
"Reo nee, satu cocktail dengan ekstra buah, dan jangan pakai alkohol yah" pintanya disertai kedip nakal, tak peduli dengan tatapan intens dari kursi sebelah yang tak kunjung melepaskan.
"Huhhh" tangan putih kembali dikibaskan,
sedikit mendongak memperlihatkan leher putih jenjang mulus yang menggoda untuk diberikan tanda.
Lalu bibir mungil kenyal yang mengerucut bersamaan dengan keluarnya nafas akibat aktifitas panas yang cukup membasahi tubuhnya dengan keringat di lantai dansa. Bibir yang terlihat manis, mengundang untuk diberi kecupan, lumatan dan hisapan.
"Spesial untuk tet-chan, dengan ekstra blue berry"
Segelas minuman bergradasi biru putih tesaji, tumpukkan beberapa buah jelas terlihat dari beningngya gelas tabung lebar sedikit tinggi, buih-buih kecil pada bagian warna putih terlihat jelas menempel pada dinding gelas, balok-balok kecil batu es terlihat tenggelam pada bagian dasar berwarna biru.
Bibir sewarna persik bercumbu dengan pinggiran gelas, meneneguk pelan cairan manis dingin yang sekejap telah berpindah melewati tenggorokkan yang naik turun disertai bunyi glup pelan pada setiap tegukannya membuat yang melihat ikut ingin mencicip minuman segar itu.
Ah segarnya, sorak tubuh mulus yang telah kepayahan akibat gerakan erotis yang cukup lama ia tunjukkan dalam lantai dansa.
Tak melepas barang sedetik pun, manik dwiwarna masih menatap, mengabsen tanpa ada yang terlewat setiap friksi manis dari gerak tubuh yang di pertontonkan si biru muda, bahkan ketika dirinya tengah menikmati minuman sendiri pun.
Tetsuya tersenyum tipis, ia akui cukup tersanjung dengan perhatian berlebih itu.
Ditegaknya cairan bening dalam gelas pendek hingga menyisakan balok-balok es yang mulai mengecil.
"Jangan sok main di tempat seperti ini, anak manja!" bibir tipis dari sang pria tampan berucap pedas, Manik biru muda membulat sempurna.
Apakah ia sudah cukup pusing meski tak menegak setetes alkohol hingga mendengar kalimat tak terduga dan cukup menganggu dirinya dari lelaki yang sempat membuatnya tersanjung.
Arghhh Tetsuya tidak terima direndahkan seperti ini.
"Apa-" suara merendah dengan penekanan yang kentara, mengendalikan emosi demi menjaga image calm down yang terlanju melekat pada dirinya.
Baru kali ini ada yang terang-terangan menyebutnya Anak Manja!,
sebuah julukan haram yang hanya diperbolehkan terucap dari bibir orang-orang tertentu, dan jelas pria merah yang sempat ia akui ehm-Tampan-ehm dalam hatinya jelas tidak termasuk dalam golongan itu.
Bibir mungil membuka, baru saja berniat melayangkan protes namun sayang, sang penyulut kekesalannya malah pergi begitu saja. Arghhhh Tetsuya makin tak terima, baru kali ini ia merasa diabaikan.
Berani sekali pria itu! Gumamnya, raut wajah kesal tak lagi tersembunyi dibalik manisnya paras dari kulit wajah putih mulus.
Suasana hati yang mulai membaik akibat dari pergolakan hati sebelumnya kembali terkoyak,
Tetsuya rasa-rasanya ingin berteriak meluapkan kekesalan yang kembali memuncak. Padahal belum lama ia terbebas dari rasa kesal akibat diabaikan sang kakak, sekarang ia diabaikan lagi. Meski orang asing entah kenapa ia merasa kesal setengah mati.
Kalap, tangan kecil tak lagi menggapai minuman manis yang tadi ia pesan. Segelas mojito yang baru saja di racik pesanan teman kuningnya direbut, ditegak dalam tegukan kasar membuat pupil dari sepasang iris emas mengecil.
"Gawat, ssu" gumam Kise sambil mengigiti jari telunjuknya. Rasa khawatir mulai menjalar.
"Reo nee, aku pesan yang seperti ini satu lagi" Pinta si biru muda yang kian membuat kise menampakkan kekhawatirannya.
Dan benar saja, belum sampai gelas ketiga habis, tubuh kecil si biru muda mulai sempoyongan, efek dari alkohol yang memang tak pernah bisa diterima oleh tubuhnya.
Gumaman-gumaman kecil tak jelas mulai terdengar, kadang disertai suara tawa cekikin yang membuat si kuning tampan makin ngeri saja, bukan karena suara Tetsuya yang terdengar seram tapi dia lebih takut setiap membayangkan si kakak abu yang pasti akan mengamuk begitu tahu jika adiknya mabuk-mabukkan.
Kise hanya bisa berdoa dalam hati sambil membopong tubuh kecil itu menuju tempat dimana mobilnya teparkir.
"Aduh, kalau begini aku tidak bisa bawa kurokocchi pulang-ssu" ucap kise sambil memasukkan tubuh Tetsuya ke kursi bagian belakang, membaringkan tubuh kecil di atas jok penumpang.
Ia harus kembali ke dalam club karena tasnya yang tertinggal akibat terburu-buru membawa Tetsuya yang sudah mulai kehilangan kesadaran akibat alkohol yang ia tegak penuh emosi, padahal sejak menginjakkan kaki di tempat itu kise sudah berjaga-jaga agar si biru muda tak sampai menyentuh minuman yang bahkan berkadar alkohol rendah sekalipun.
Tetsuya merasa kepalanya sangat pusing, perutnya bergejolak, seakan-akan memukul tak karuan dari dalam, memksa isi di dalamnya untuk dikeluarkan.
Tak kuat, tubuh yang masih sempoyongan berusaha keluar dari dalam mobil, jemari lentik membuka pintu mobil tak terkunci membawa tubuhnya keluar lalu memuntahkan isi perutnya pada tiang penyangga atap.
"Hoekkk"
"Hoekkk"
berkali-kali ia muntahkan meski yang keluar hanya cairan yang bebarapa menit lalu ia teguk, puas dan merasa tubuhnya sedikit lebih ringan.
Kaki-kaki jenjang yang masih terlihat sempoyongan bergerak berat kembali ke dalam mobil, masih dalam keadaan pusing membuat dirinya tak sadar jika sudah memasuki mobil yang salah.
~0o0~
"Hah panas" kaos putih yang membungkus tubuh mulusnya ditanggalkan, menampilkan tubuh indah tanpa cacat yang memanjakan penglihatan. Menelungkup, tak berdaya tergeletak di atas kasur empuk yang terlewat nyaman.
Wajah cantiknya terlihat tersenyum ditengah dominasi rona merah pada kedua pipi yang terlihat merah menyala. Tak sadar jika ada sepasang mata yang menonton aksi berbahaya yang membuat dirinya kemungkinan kehilangan virginitas yang selama ini dijaga.
Akashi menghembus nafas berat, tak menyangka jika bocah biru manja yang beberapa menit lalu ia ceramahi dengan kalimat pendek penuh arti darinya kini berakhir di apertemennya, tergolek tak berdaya di atas ranjangnya.
Jika ia tahu bocah itu sudah ada dalam mobilnya, menjadi penumpang gelap yang ia tahu pasti karena pengaruh alkohol karena tertangkap penciumannya pasti sudah ia keluarkan dengan sukarela sebelum mobilnya meninggalkan club malam itu.
Sayang ia baru sadar ketika sudah sampai di depan pintu masuk gedung apertemen begitu ia mendengar gumaman-gumaman tak jelas dari kursi bagian belakang mobilnya.
"Sudah kubilang anak manja sepertimu harusnya diam saja di rumah" ucapnya lalu beranjak menuju kamar mandi, namun belum lima langkah kakinya menapaki lantai, ia merasakan tarikan kuat pada lengan bawah hingga memaksa tubuhnya berbalik.
Tanpa diduga kini tubuh setengah telanjang itu menempel padanya, memeluknya cukup erat, hingga kedua dada menempel nyaris tanpa penghalang, kecuali kemeja merah yang masih melekat pada tubuh Akashi.
Tetsuya sedikit memundurkan tubuhnya, Lengan putih mulus mengalung manja pada leher Akashi.
tatapan sayu disertai dengan senyum menggoda terarah sempurna pada wajah tampan lelaki itu, begitu dekat hingga keduanya bisa merasakan hembusan hangat nafas masing-masing terutama Akashi yang masih dalam kondisi sadar sempurna.
Tak bergeming, ia membiarkan malaikat biru muda yang telah bermetamorfosis menjadi iblis nakal penggoda untuk melakukan apa yang ia inginkan, Akashi penasaran bagaimana kelanjutannya meski ia masih memasang tampang datar seakan tak terganggu ataupun tergoda.
"Apa kau menginginkanku?" ucapnya seduktif dengan gerakan bibir yang sungguh menggoda. Lengan mulusnya masih tergantung manja, tubuhnya bergerak resah menampilkan sikap erotic yang jauh lebih menggoda daripada ketika ia menari di lantai dansa beberapa saat yang lalu.
Akashi tahu jika orang yang tengah menggodanya ini dalam keadaan tak sadar sedikitpun, dan ia tak ingin menanggapinya sama sekali meski tak menolak setiap gerakan tubuh menantang yang ditujukkan jelas padanya.
"Hahahaha, katakan dengan jujur, kau tak perlu membohongi dirimu lagi-"
"Tidak akan ada yang menghalangi kita kali ini" Tetsuya mulai meracau tak karuan, namun Akashi masih tak juga bergeming.
"Tidak ada tou-chan ataupun ka-chan yang akan cerewet menceramahi" telapak tangan putih bergerak ke pipi, menangkup wajah tampan itu, kerlingan nakal menggoda masih ditampilkan hingga beberapa detik kemudian,
tatapannya berubah lembut membuat Akashi cukup terkejut namun tak lama kembali lagi dengan ekspresi datarnya.
"Cuppp" sebuah sapuan lembut tiba-tiba dirasakan pada bibirnya, begitu cepat hinggga ia kembali terkejut untuk kedua kalinya, sebuah ciuman singkat yang terasa sangat manis, sebuah ciuman sepihak yang membuat Akashi ingin membalas namun terlalu terlambat untuknya menahan tengkuk si biru muda agar rasa manis dari benda kenyal itu menempel lebih lama dengan bibirnya.
Akashi masih tertegun dengan sensasi barusan, rasanya masih begitu tertingggal meski terlalu cepat untuk sebuah ciuman,
desiran hati mulai menganggu membuat salah satu bagian dari dirinya dibawah sana sukses terbagun hanya dengan ciuman singkat namun meninggalkan candu.
Sepertinya ia akan mengalami pergolakan batin sepanjang malam, sementara si penyulut gairah kembali tergolek, tak berdaya dalam pelukannya akibat kesadaran yang telah terenggut sempurna dari dirinya.
TBC
Fic yang udah terlanjur dibuat, sayang kalau gak dipublish
Masih dalam suasana AkaKuro Week, meski gak tahu sih udah lewat apa masih. . hihi
Mohon maaf jika terganggu dengan deskripsi suasana, tempat atau benda-benda pelengkap dalam fic ini yang mungkin gak masuk akal, sekali lagi saya buruk dalam deskripsi kalau tidak melihat secara langsung. . hehe
