"Kau sudah dipilih… suatu hari pasti akan terpanggil…"
Lagi-lagi, Rin Kagamine, gadis berambut honey blond, mengalami mimpi yang sama. Sudah 5 kali mimpi itu terulang. Mimpi dalam perjalanan dengan 2 orang –namun, bagaimanapun juga wajah mereka samar. Hanya warna rambut mereka yang terlihat jelas, satu berwarna honey blond dan satunya ungu muda. Juga tinggi mereka yang perbandingannya cukup besar. Lalu, si honey blond selalu berkata yang sama di akhir mimpi itu…., anehnya… seringainya dapat terlihat sangat jelas kali ini.
GAME
Disclaimer: Sayangnya, saya tak punya Vocaloid. Yang punya banyak, tapi yang buat: Crypton dan Yamaha, ya kan?
Rating: Saya rasa K+ suah cukup. Saya sendiri saja masih K+. *plak
Genre: Adventure. Mungkin bisa ditambah Friendship? :9
A/N:
Saya buat ini karena terinspirasilagu SPIRAL GAME yang dinyanyikan Miku, Rin, Luka, Len, dan Len Append. Tapi, fanfic ini tetap tidak ada hubungannya dengan SPIRAL GAME. Saya sedang berusaha buat GakuRin, walaupun tetep aja ini alurnya lebih ke LenRin (mungkin). Oya, disini Rin berumur 16 tahun.
Rumah Rin, Minggu, pk. 10:00 AM.
"Nggh…"Rin terbangun dari tidurnya yang 'melelahkan' itu. Ia menopang dahi pada tangannya. Kepalanya terasa sakit setiap kali ia mengalami mimpi tersebut.
"Ayolah Rin, kenapa dengan dirimu? Tak ada waktu untuk bermalas-malasan. Aku harus berangkat tempat kerja sambilan sekarang,"
Rin mulai beranjak dari tempat tidurnya, melakukankebiasaannya –seperti déjà vu. Ia mengambil baju –seragam kerja sambilannya, memasuki kamar mandi. Pertama-tama, ia hanya berdiri didepan shower, menyiram rambutnya. Rambut honey blondnyayang basah itu ia biarkan terurai.
Game, huh? gumamnya.
-xXx-
Ruang staff, Minggu, pk. 11:27 AM.
Seperti biasa, ia menunggu pesanan, hanya duduk –tertidur di bangku ruang staff. Ia bekerja sebagai pengantar pizza.
CKLEK!
Seseorang membuka pintu ruang staff. Rin otomatis terbangun.
"Rin, ini pesanan untuk hari ini." ujar Teto, 'senior'nya, sambil memberikan secarik kertas bercantumkan alamat pengiriman pizza. Kenapa Teto disebut 'senior' Rin? Karena secara tidak langsung dengan sesama pengantar pizza, ia selalu memberikan tugas pada Rin dahulu, sisanya dia. Tetap saja, Rin mau mau saja dan tidak menyimpan rasa kesal sama sekali walaupun dia menyadari hal tersebut.
"Yosh! Teto-chan!" Rin merentangkan tangannya, menghilangkan rasa pegal setelah tidur.
Rin bersiap untuk berangkat. Ia menyalakan motornya, memakai helmnya.
"Launching! Mission start!" Nah, itulah kebiasaan para otaku, berkhayal tidak jelas.
-xXx-
Ditengah perjalanan, Rin membaca ulang alamat pengiriman pizza tersebut.
"Ng? Hutan Devida? Bukannya hutan itu terkenal angker? Ah, sudahlah yang penting pesanannya sampai.." gumam Rin.
Hutan Devida yang terkenal angker, mimpi Rin. Berhubungankah?
-xXx-
Hutan Devida, Minggu, pk. 11:59 AM.
Rin menginjakkan kakinya untuk yang pertama kali di hutan tersebut. Ia menelusuri jalan setapak yang tertuju pada satu arah, dan sampailah ia ke (mungkin) satu-satunya bangunan yang berada ditengah-tengah hutan angker, bangunan yang sepertinya sebuah tempat tinggal yang kita sebut 'rumah'.
Ia mengetuk pintu rumah itu. Rumahnya terlihat tua karena arsitektur kunonya, namun rumah itu masih terlihat terawat dengan baik.
TOK! TOK!
"Permisi! Pesanan pizza anda telah sampai!" kata Rin, tetapi, tidak ada respon.
"Permisi! Pesanan pizza anda telah datang!" Rin memperkeras suaranya, sekaligus caranya mengetuk pintu. Tetap tidak ada tanda-tanda kehidupan yang muncul.
"Huh…" desah kecil Rin. Ia sudah menyerah, segera akan pulang. 3 langkah pertama(?) yang ia ambil menjauhi rumah tersebut…
TAP!
Rin merasa langkah kakinya terkunci, tidak bisa –atau lebih bisa disebut tidak mau meninggalkan rumah tersebut.
"Mmm… Mungkin bila diketuk sekali lagi, pemiliknya akan keluar?" ucap Rin, sedikit ragu, namun penasaran. Ia kembali berdiri di depan rumah tersebut kembali mengetuk.
"Permisi! Pizza pesanan anda sudah sampai!" tetap saja tidak ada respon. Rin sudah sedikit gregetan menunggu respon yang tak kunjung datang juga. Ia memperhatikan gagang pintu, dan sedikit sinar yang keluar karena…
"Sepertinya pintu ini tidak dikunci… Ng… Mungkin aku masuk menemui pemiliknya? Dan pizza-nya bisa sampai ke tangan pembelinya!" gumam Rin semangat. Tapi, apakah dia tidak menyadari bahwa masuk ke rumah orang tanpa izin itu tidak sopan? Sudahlah.
NGEEEK!
Rin membuka pintunya… dan kenampakan yang tidak dapat dipercaya pun terlihat di mata Rin.
"S-Sugoi…"Mata Rin seketika terbelalak memandangi 'rumah' itu.
Apa yang dibalik pintu itu tidak dapat dipercaya. Jalan setapak seperti taman-taman ala dunia peri. Di tepinya, dihiasi semak-semak berbunga warna-warni, indah sekali.
Tubuh Rin bergetar, terlalu kagum dengan apa yang dipandangnya. Lama kelamaan, tubuhnya terasa ditarik, perlahan kakinya melangkah ke dalam 'rumah tersebut'.
Kau yakin sudah siap, Rin?
Suara licik itu menggema di telinga Rin. Suara itu sudah tidak terasa asing.
"Seperti suara orang yang di mimpi itu… Huh, sudahlah aku masuk saja…"
Ia sudah masuk cukup dalam ke rumah tersebut, pintu yang terbuka mesih terlihat, tetapi tiba-tiba…
Rin menengok ke belakang, pintu itu… menghilang!
"P-Pintunya! Bagaimana aku bisa kembali?" Rin yang masih membawa pizza kali ini panik setengah mati.
"Hey, Rin, jangan panik seperti itu, nanti pizza-mu jatuh, hihihih!" suara iseng itu kembali terdengar di telinga Rin.
"Ha?" Rin menoleh ke arah sumber suara.
Terlihat sesosok pemuda (atau mungkin pemudi?) yang melayang dalam posisi duduk sila. Rambutnya honey blond, seringai liciknya khas.
"Kau... Si shota honey blond yang mampir ke mimpiku terus kan?" gertak Rin sambil menunjuk pemuda itu.
"Hee? Shota? Mampir ke mimpi? Adanya kamu aja kali yang kebayang-bayang aku terus, Rin~" goda si pemuda lagi. Wajah Rin kali ini merah. Bukan karena blushing tetapi marah.
"BAGAIMANA BISA? Kita saja baru pernah bertemu sekarang?"
"Yareyare, kau adalah member baru di game ini, tapi kau langsung membangkang kepadaku…" ucap lelaki berambut kuning madu itu lagi.
"Hah? Membangkang? Memang kau siapa?"
"Aku tuan rumah di sini, pemilik game ini!" lelaki itu mengibaskan rambut lebutnya dengan tangannya.
"Tuan.. rumah…? Kalau begitu.. kau yang memesan pizza ini?"
"Tentu saja, nona manis pengantar pizza…" lelaki menaruh tangannya di depan dada sedikit membungkuk… hormat…?
"Kalau begitu silakan ambil!" Rin menyerahkan sekotak pizza itu.
"Sabarlah, Rin-chan! Pizza itu adalah misimu di game ini! Kau harus mengantarnya ke kerajaanku baru aku akan menerimanya~!"jelas pemuda itu santai.
"Enak saja! Aku akan taruh pizza-nya di sini! Sekarang pulangkan aku!"
"Emmm? Kalau aku tidak mau ambil lalu kau tidak bisa pulang bagaimana? Tak ada pilihan lain Rin-chan!" ucap lelaki berambut blond itu sambil memutar-mutar jarinya, menyeringai licik.
"Huh… Kalau begitu baiklah… Kau akan memanduku kan, err– siapa namamu?" Rin akhirnya menyerah.
"Tidak, aku tidak akan memandumu," jawab pemuda itu.
"Hah? Terus aku?" Rin sedikit shock.
"Ini ada sedikit petunjuk dari ku," pemuda itu memberikan sesuatu, seperti sihir –berbentuk cahaya, namun terlukiskan peta di situ. " Temui orang yang kau temui di mimpi itu, melalui jalanmu sendiri." katanya lagi, ia menyeringai –tidak, kali ini ia tersenyum.
"Kalau aku tersesat dalam waktu lama bagaimana? Pizza ini keburu busuk!"
"Tenang saja, disini waktu dunia tidak berjalan, pizza itu tidak akan busuk. Oh iya, ini juga," jemari Len berputar dan, PING! Motor Rin seketika berada di depan Rin. "Dengan ini sekian ya, Rin-chan?" Senyum itu masih melekat di wajah pemuda itu. Ia melayang menjauh dari Rin.
"Hey, tunggu, namamu!"Rin berusaha meraih pemuda itu.
"Oh iya, namaku ya? Len…"suara pemuda yang ternyata bernama Len itu memelan, dan akhirnya tidak dapat didengar lagi. Hanya gerak bibirnya yang masih sedikit terlihat, seperti mengatakan a-a-mi-e.
"Tunggu, Len 'a-a-mi-e'…? Huh… Aku.. seperti masih perlu bicara agak banyak dengannya…"keluh Rin. Namun ia berhenti menyesali hal yang kurang penting, dan sekarang berusaha memilih jalan (mungkin).
"Nggg… sekarang, aku harus kemana ya?" ia memandang peta yang diberikan Len.
"Kota terdekat yaitu… Clo- Cloverzos- Cloverzous? Mmm.. oke, mungkin aku harus coba ke sana…" Rin mulai melangkahkan kakiknya.
-xXx-
Game dan misi. Di suatu game pasti ada yang namanya misi bukan? Kali ini misi Rin (yang bukan gamer) adalah mengantar pizza. Dengan petunjuk satu-satunya yaitu mimpi, siapakah lelaki yang akan ditemui Rin selanjutnya? Bila Len bukan orangnya, berarti… Dan, bagaimanakah dengan orang-orang di dunia, yang menyayangi Rin?
-TBC-
A/N:
Kyaaa~ Authorjelek buat fic multichap baru ditengah-tengah multichap yang belum selesai. Hebat kan? *ditimpuk bom* Disamping itu, dengan di-publishnya fic ini, status hiatus author gagal! XD *dijitak* Dan lagi, apakah ada yang tau sehari setelah fic ini dipublikasikan, AUTHOR UKK! XD -
Bagaimanapun juga, saya selalu beribadah, dan minta doanya buat kelulusan ya… Buat author FFn di Jakarta yang masih menginjak bangku SMP RSBI, mari berdoa bersama agar soal dari direktorat tidak se-susah itu, amin...
Sekian deh kalo gitu dari saya~ Fic ini akan saya lanjutkan, tanpa kepastian bisa selese/nggaknya, ya! XD Tapi, review kurang dari 5, apdet males kilat. 5, ada niat apdet kilat. Lebih dari 8, SAYA HARUS APDET KILAT! :p (Saya hitung dalam waktu sehari, karena kalau apdet kilat paling cepet publish hari Senin)
Then, mind to review? :9
