YOU

Disclaimer :

Vocaloid © Yamaha, Crypton

Warning :

Diksi tidak baku, typo everywhere.

Pair :

Possesive!LenxRinxTempramental!Rei

Ting Tong! Waktu berpikir telah habis…. Saatnya untuk memilih antara KAMU 'Si Egois' atau KAMU si 'Labil Emosi'

.

.

.

Kata orang benang merah yang menghubungkan manusia dengan jodohnya telah diatur oleh Sang Pencipta, dan manusia hanya perlu berusaha untuk menemukan pemilik ujung benang merah tersebut.

Iya berusaha bukan diputus dengan seenak jidat oleh orang-orang tak bertanggung jawab diluar sana.

Rin masih ingat jelas saat ia menggebrak meja makan saat mendengar kata 'Perjodohan' terlontar dari bibir ayahnya tercinta—Leon Kagamine. Ah, jangan lupakan seringaian (menjijikkan) yang terlukis diwajah satu-satunya pewaris perusahaan Hibiki.

'Aku tidak setuju ayah!' atau 'Aku tidak sudi menikah dengan pemuda gila sepertinya!' berkali-kali mewarnai adu mulut antara ia dan ayahnya—lupakan pemuda Hibiki yang tampak menikmati perdebatan konyol tersebut.

Dan tentu saja… kemenangan berpihak pada kaum Adam—yang harus membuatnya berakhir diantara keramaian dan senyum palsu para manusia yang menghadiri acara pertunangannya dengan pemuda gila (katanya)—Len Hibiki.

"Aku tidak mau berakhir dengannya!"

Dia menggumamkan kata itu berkali-kali, mencoba melawan takdir—atau ikatan bodoh—yang terus saja menghempaskan hidupnya dengan seenak jidat.

Sangat bertolak belakang dengan sosok pemuda disamping tubuh berbalut gaun putih bersihnya yang tidak henti menyeringai puas.

"Percuma saja Rin… kamu itu milikku!" bisikan tersebut menyapa dendang telinganya.

Iya, Len benar… semua penolakannya itu tetap akan berujung pada satu kata PERCUMA.

.

.


.

.

"Aku heran denganmu Rin." Sahabat-sahabatnya menatap dengan pandangan tidak mengerti. "Kenapa terus menolak tunanganmu itu? Dia cukup keren kok, keren banget malahan!"

Rin menghela nafas, bahkan waktu bebas beberapa menit harus ternoda dengan topik yang dilontarkan sahabat-sahabat tersayangnya itu.

"Kalau kalian mau ambil saja sana! Aku tidak butuh pemuda gila sepertinya."

Iya, gila—hal yang membuat Rin tak berminat mendeklemasikan Len sebagai pemilik benang merah yang ditakdirkan untuknya.

"Hah? Kurasa yang gila itu kamu deh, Rin... jenius dikatain gila!" ujar Hatsune Miku—salah satu gadis yang merangkap sebagai sahabatnya.

Ah, Rin lupa satu hal… yang mengetahui kegilaan (atau obsesi?) Len hanya dirinya seorang.

.

.


.

.

Acara pertunangannya berakhir dengan damai, Setidaknya tidak ada bom bunuh diri atau pembunuhan didalam acaranya itu (seperti yang otak nya harapkan). Dan sekarang Rin tengah mengunci pintu kamarnya sedemikian rupa—memastikan tidak akan ada makhluk lain yang mengusik ketenangannya.

'Bagaimana cara agar aku bisa berhasil keluar dari semua kegilaan ini?' batinnya berkecamuk mengajak perang sang otak.

Aku sudah menyisakan suatu bantuan dibawah tumpukan bajumu, Rin.

Entah kenapa, kata-kata sang kakak kembali tergiang di daun telinganya. Bergegas Rin melangkahkan kakinya menuju lemari besar tersebut dan melempar semua isi dalam lemari tersebut dengan asal-asalan.

"Ini…" Rin berkata pelan, tangannya tengah menggenggam untaian tali tambang yang cukup panjang.

Sret!

Selembar kertas terjatuh dari sela-sela tali tersebut, dengan cepat Rin membuka lipatan kertas tersebut;

Hei, kelinci bawel! Jika kau menemukan tali tambang ini berarti kau sedang terjebak suatu masalah, benar?

Ckck… beruntungnya kau memiliki kakak laki-laki tampan nan baik hati seperti ku~ (mengibaskan rambut)… baiklah, aku tak akan basa-basi lagi. Tali ini bisa kau gunakan disaat genting—kau tentu tahu apa yang kumaksud bukan?

"Ck, jangan bilang tali ini berguna untuk mengakhiri hidupku," gumam Rin melanjutkan membaca coretan tangan kakaknya dikertas tersebut.

Cih, kau pasti berpikir aku menyuruhmu bunuh diri dengan tali itu. Memangnya aku sekejam itu apa? Tali ini aku berikan agar kau bisa kabur dan keluar dari semua masalah yang pasti disebabkan oleh Ayah dan Hibiki Len bukan?

Ah…, menulis nama Hibiki Len membuatku ingin mencibir sekarang juga….

Sungguh, adikku yang malang X3 tenang saja kelinci kecilku sayang, kakak tampanmu ini tidak akan pernah membiarkanmu didalam masalah~

Kakakmu yang telah duluan kabur ke Perth,

Love, Kagamine Rinto.

Rin menghela nafas, 'Dengan kata lain aku harus kabur dari rumah ini begitu kan?' pikirannya berputar-putar sementara kedua iris sapphire miliknya menatap ragu tali tambang tersebut.

"Tapi… apa bisa ya?" gumamnya, "Pemuda gila itu pasti akan mencari ku hingga ke ujung dunia sana kalau perlu…." Ia menghela nafas.

Batinnya berkecamuk, memilih 'keluar' atau 'tetap' terpaku pada takdir yang seenak jidat digariskan oleh sang ayah. Seandainya... saja sang Ibu tidak ikut ke Perth bersama kakak tercintanya itu.

"Cih, pemuda itu pernah mengatakan aku itu miliknya bukan begitu?" Rin mendecih kesal, kembali mengingat perkataan Len saat acara berlangsung. "Tapi… tidak ada kata percuma jika belum berusaha lebih jauh kan?"

Dan Rin menyeringai.

Sepertinya benang merah yang sempat terpuus akan kembali membelit dengan rumit, huh?


Teruntuk semuanya…,

Sebenarnya aku malas untuk menulis surat ini, tapi mana ada sinetron yang tidak meninggalkan surat pamit sebelum kabur? (walaupun aku tahu ini sama sekali bukan sinetron).

Ah, sudahlah aku tidak terlalu pintar berbasa-basi. Yang ingin aku katakan adalah; aku pergi, jangan cari aku (TERUTAMA KAU HIBIKI LEN!).

Hate (dikhususkan untukmu Hibiki gila!) and love (jangan harap aku menulis kata ini untukmu, Hibiki~).

~Rin~

TBC

Akhirnya~ :'3 chapter 1 (atau prolog ya XD?) kelar juga~! Sebenarnya ide cerita ini udah lama muter-muter di otak /? cuma baru sekarang bisa ditumpahkan (apaan /?) XDD.

Ngomong-ngomong soal multichapter, ada beberapa fanfic MC yang kuhapus... karena document lanjutan yang gak sengaja kehapus permanent di komputer ; 3 ;

Tapi untuk beberapa aku usahain tetap lanjut kok ^^ (walaupun ngaret /ditendang)

Yah sekian curhat bawel daku (?) semoga suka dengan fanfic ini XD

(Updatenya teratur kok, selama internet positif gak muncul /?)