Hello, minna-san !
Zeroplus, forever newbie kembali lagi. :D sekali lagi saya masih baru dan masih payah. Seperti fic yang dulu, alur saya tetap 'crack' but i wish you guys enjoy this! love you :)
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Pairing : Shikamaru Nara/Ino Yamanaka
Warning : Too much failure inside, watch out dear!
Misty-Eyed
A songfic inspiration "Breathe by Taylor Swift"
.
.
.
Bagaimana pendapatmu tentang Nara Shikamaru?
Mungkin kau akan bilang kalau dia itu Jenius? Keren? Tampan? Bisa diandalkan?
Hahaha…
Aku hanya akan tertawa. Aku tahu kalian sangat memuja pria itu?, maksudnya—Nara Shikamaru. Perlu kalian ketahui, dia tidaklah sehebat itu. Dia pemalas, bodoh, mukanya selalu saja kusut dan satu lagi dia itu sangat menyebalkan. Shikamaru adalah pria yang sangat apatis. Rasa cuek dan malasnya mendominasi alur hidupnya. Wajar saja kan kalau aku bilang kalau dia menyebalkan. Terlebih hobinya yang selalu memberi embel-embel 'mendokusai' setiap aku berusaha bicara padanya.
Walaupun begitu. Aku sangat menyayanginya. Kami berdua tumbuh bersama—dengan Chouji. The Great Team Ten. Tapi Chouji sudah tiada…yah, Chouji—kami bahkan turut kehilangan dia tatkala perang besar itu memuncak. Ah lupakan, kalau dibahas lagi air mataku bisa tumpah. Kalau dipikir-pikir takdir memang selalu menyatukan kami. Berasal dari klan yang bersahabat karib, berasal dari satu tim yang sama, dan melalui masa kecil bersama, dan kami tumbuh dewasa pun bersama. Bisa dibilang aku mengenalnya dengan baik. Kemalasannya, kejeniusannya, kepeduliannya (walaupun cara dia peduli—sangatlah menyebalkan). Ah, tapi jika dibandingkan dengan sekarang…..?
Sekarang, Nara Shikamaru yang kukenal itu sudah berbeda.
Sangat berbeda. Dia berubah, semenjak kepergian kedua ayah kami, setelah begitu banyak kejadian 'kehilangan' yang kami lalui. Semenjak perang besar berakhir. Dia berubah—menjadi seperti zombie dingin yang sangat tertutup. Mustahil rasanya…jika aku berharap, dia akan kembali menjadi seperti dulu.
Akan kutahan air mata ini, agar kau kembali.
Akan kutahan sakit hati ini, agar kau kembali..
.o0O0o.
I see your face in my mind as I drive away,
Cause none of us thought it was gonna end that way.
People are people,
And sometimes we change our minds.
But it's killing me to see you go after all this time.
.o0O0o.
Flashback
Pagi itu. Yamanaka Ino hendak mengajak Shikamaru untuk mengunjungi pemakaman massal. Menjenguk ayah mereka dan juga sahabat-sahabat mereka yang telah mendahului mereka. Dan Ino berharap, dia sangat berharap Shikamaru akan ikut bersamanya. Menemaninya dan memeluknya ketika ia menangis—seperti saat dulu ketika Asuma-sensei meninggalkan mereka. Tapi rupanya, semua itu nihil akan hasil—dan Ino pasti akan terluka lagi. Walaupun Ino yakin, dengan usahanya yang pantang menyerah itu Shikamaru akan membuahkan hasil. Lagipula ini adalah kesempatan terakhir.
"Shikamaru, ayolah ikut denganku !" Perlahan Ino mendekati Shikamaru. Berusaha meraih lengan pria itu. Namun, dengan cepat Shikamaru mengabaikan tangan Ino.
"Shika…ayolah !"
"Shika, ayo kita tengok Tou-san!"
"Shika….Shika….Jangan abaikan aku,"
"Shika…"
Lagi! Tanpa menyerah Ino memanggil nama kecilnya. Berharap pria itu meresponnya. Tapi nihil—pria itu tak beranjak sedikitpun. Tatapan matanya begitu sulit digambarkan. Luka, kecewa, kesepian, sakit hati dan kehilangan kah? .
"Jangan pura-pura tuli, Tuan Jenius ?!" Goda Ino. Berusaha keras membuat pria itu menoleh padanya. Berharap bisa melihat isi hatinya. Nihil. Dia sadar, itu akan semakin menyakitinya. Menyakiti wanita cantik itu semakin dalam. Lagipula, semakin ia menyelami pikiran sahabatnya itu. Semakin banyak pula duri yang menusuk hatinya dalam, setelah semua kehilangan yang ia alami. Guru, ayah dan teman-teman—terlalu menyakitkan jika harus memutar rekaman ulang masa lalu.
"Shika, Shika, Shika,"
"Shika, ayolah! Lihat aku bahkan sudah membawa bunga !"
"Bunga kosmos memang tidak cocok untuk funeral. Tapi tak apa kan?"
"Kau tahu, sulit sekali menemukan bunga yang masih mekar. Hehe…tapi aku malah menemukannya! Beruntung sekali kan?, apalagi bunga kosmos ini berwarna ungu"
"Hei, lihatlah Shika, warnanya ungu—
"Yamanaka Ino sekali kan?—Shika" Ino tertawa kecil. Berusaha mencairkan suasana. Tapi yang ia dapat malah keheningan. Pria didepannya benar-benar terbuat dari batu.
"Shika, ayo jangan diam terus,"
"Shikamaru…jawab aku" Suara gadis itu semakin parau. Memelas. Hatinya telah lelah. Bukankah ? semua itu ada batasnya. Dan Ino, dia sudah mendekati batasnya.
Perlahan Shikamaru menoleh. Lingkar hitam matanya menunjukan betapa lelahnya dia, ah—tapi yang paling penting dia merespon Ino. Bibir keringnya mulai bergerak, pertanda dia akan bicara. Ino menunggu—menanti ucapan yang hendak keluar dari pria itu.
"Pergilah dariku, mendokusai onna—"
"Apa..?"
"Pergilah dariku.." Diulang! Shikamaru mengulangnya tapi Ino hanya bisa terdiam. Tercekat dalam kebisuan mendadak.
Ino menatap Shikamaru nanar, harapannya rapuh.
Jujur, Ino kecewa. Kecewa dengan jawaban itu. Sikap dingin dan cueknya itu—sahabatnya telah kehilangan jati dirinya. Baiklah! Semua memang ada batasnya. Inilah batasmu, Yamanaka Ino. Ratusan kali mencoba sudah cukup untuk melukaimu. Kau bukanlah Albert Einstein yang mampu mencoba ribuan kali. Kau hanya gadis biasa—shinobi biasa, bermental biasa. Namun gadis itu memiliki satu cita-cita—Menjadi Kunoichi yang kuat.
Tapi untuk menjadi seorang shinobi yang kuat, kau pun harus cukup kuat untuk mengendalikan hatimu. Bukankah? Air mata adalah tanda kelemahan manusia dan masa lalu adalah amunisi manusia untuk bangkit. Bukan untuk diratapi. Asuma-sensei telah menitipkan Shikamaru dan Choji ketangannya. Itu berarti Asuma cukup percaya pada Ino dan kekuatan gadis itu. Gadis cantik itu tampak tangguh—dan tidak lemah. Tapi hati manusia siapa yang tahu?
Menghela nafasnya, Ino pun siap beranjak meninggalkan Shikamaru. Lelah!,Ino menoleh kearah Shikamaru untuk terakhir kalinya. Tatapan mata itu—tatapan mata yang tidak bisa dilukiskan. Ingin rasanya Ino bertahan dan membentak pria itu, tapi apa daya dia sudah memilih untuk pergi. Batasnya telah habis. Tidak ada untungnya membiarkan dirinya tenggelam dalam kelemahan. Apalagi terus menerus meratapi masa lalu. Sayangnya, kelemahan terbesar Shikamaru adalah masa lalunya. Dan kesulitan terbesarnya adalah untuk bangkit dari kubangan itu.
.o0O0o.
Music starts playin' like the end of a sad movie,
It's the kinda ending you don't really wanna see.
Cause it's tragedy and it'll only bring you down,
Now I don't know what to be without you around.
.o0O0o.
Shikamaru terdiam. Salut, wanita pirang itu benar-benar hebat. Hebat benar dalam kamuflase yang sempurna. Sikap biasanya—senyumnya—cerianya itu sangat palsu. Bisa-bisanya dia tetap bersikap tidak peduli dan buta terhadap apa yang telah terjadi. Perang besar itu bukanlah hal sepele—mereka berdua telah kehilangan orang-orang berharga mereka dalam skala yang terhingga. Bagaimana pun Shikamaru harus berpikir keras, membantu membangun Konoha dari awal—membantu ini dan itu. Bukannya bersikap apatis pada realita. Ini saatnya bersikap realistis. Tapi Ino, dia selalu bersikap munafik didepannya. Shikamaru benci itu. Bagaimana? Jelaskan bagaimana—mungkin mereka berdua berakhir dengan penuh kedustaan.
"Mind-thief, you are fake…" Gumam Shikamaru pelan. Mind-thief?, itu julukan Ino. Jutsunya yang bisa membaca jalan pikiran orang lain seenaknya, jutsunya yang membuat Ino merasa dia mengerti segalanya tentang perasaan orang lain. Tapi, bagaimana dengannya sendiri?, terlalu sibuk memikirkan orang lain tanpa sekalipun mengintip hatinya sendiri. Bukankah?—itu munafik.
Shikamaru tahu dengan baik. Dia telah melukai gadis itu berkali-kali. Dengan tatapan dinginnya, ucapan kasarnya dan ketidakpeduliannya pada Ino. Memiliki IQ 200 membuatnya ingin tetap seperti ini, setidaknya hingga gadis itu datang padanya dengan realita. Sok kuat bukanlah idealism seorang Yamanaka Ino. Ino yang asli akan menangis lembut dan jatuh kedalam pelukannya. Tapi nyatanya, Ino-lah yang bertingkah seolah-olah Shikamaru membutuhkan bantuannya. Dan, Shikamaru yakin Ino akan kembali lagi kesini dan merengek minta-ini-itu. Yakin sekali? Yakin? Kalau Ino akan kembali lagi. Setelah kau menyakitinya berkali-kali..
Tunggu, kenapa sekarang Shikamaru ketakutan. Takut?... bagaimana kalau gadis itu benar-benar menyerah dan hancur karena dia?
Itu akan melukainya. Membunuhnya.
Memang melihat Ino pura-pura tegar itu mengesalkan. Melihat gadis itu mati-matian membuatnya berubah. Tapi melihat gadis itu pergi meninggalkannya seperti tadi—menyerah. Itu bukanlah hal yang biasa, semenjak Shikamaru tahu Ino bukanlah tipikal penyerah. Shikamaru kebingungan. Dan jujur, Shikamaru tidak bisa. Dan tidak akan tahu, bagaimana jika gadis itu tidak ada disisinya—bagaimana kalau gadis itu benar-benar menyerah padanya. Satu sisi dirinya merutuki kepalsuan Ino—dan satunya lagi malah berterima kasih untuk itu. Tanpa Ino, dia akan mati. Ya! Mati—
.o0O0o.
And we know it's never simple,
Never easy.
Never a clean break, noone here to save me.
You're the only thing I know like the back of my hand,
And I can't,
Breathe,
Without you,
But I have to,
Breathe,
Without you,
But I have to
.o0O0o.
Benar saja! Ino tidak kembali lagi. Seminggu sudah berlalu, dan Shikamaru tak menangkap keberadaan Ino dalam pandangannya. Setidaknya datang padanya. Gadis itu menghilang. Hilang ! kali ini mau tak mau pria itu harus bangkit dari ruangannya. Satu tujuannya: memastikan dimana gadis merepotkan itu. Sekarang apa?—bukankah mereka berdua terlihat sama-sama munafik.
Berjam-jam Shikamaru berjalan. Mengitari Konoha. Mengabaikan sapaan dari banyak orang. Fokus pada tujuannya—Gadis bodoh nan merepotkan berambut pirang dan berbalut baju ungu. Tapi, bodohnya! Shikamaru bahkan tidak dapat menemukannya. Dimanapun. Jujur, Shikamaru terlihat panik. Dia memutuskan untuk bertanya. Hingga—
"Shikamaru, akhirnya kau muncul juga ?" Suara milik Kiba menyadarkan lamunannya. Shikamaru hanya menoleh sesaat kemudian berpikir. Kali ini dia harus bertanya. Dimana gadis itu berada. Siapa tahu Kiba mengetahui dimana Ino.
"Kau ini, jangan jadi orang payah! Aku tahu almarhum Naruto memberimu pesan untuk membangun Konoha. Tapi jangan jadi seperti itu—"
"Dimana Yamanaka Ino?" Shikamaru tega memotong ucapan Kiba. Respon Kiba?, dia hanya terdiam. Dua menit berlalu, Shikamaru muak melihat keeling-lungan Kiba. Dengan galak dia remas bahu Kiba. Mengguncangnya kasar.
"Dimana gadis itu? Kenapa kau diam, huh," Kiba dengan kasar pula menghempaskan tangan Shikamaru. Melotot. Kemudian tertawa terbahak-bahak. Shikamaru hanya bisa diam dan bersabar. Siapa tahu Dog Boy ini akan memberikannya jawaban.
"Jadi, sekarang kau peduli padanya ?" Tentu! Tentu saja, Shikamaru sangat peduli pada Ino. Gadis itu bagaikan punggung tangannya—tidak bisa lepas. Gadis itu adalah nafasnya—membuatnya hidup. Semua yang Shikamaru lakukan dimasa lalu, adalah bentuk rasa sayangnya pada Ino. Yang lelah akan kepalsuan gadis itu. Dan lihatlah sekarang Pria berbau anjing itu malah terlihat seperti mengejeknya.
"DIMANA DIA !" Shikamaru pun meluap. Mencengram kerah Kiba. Kiba hanya kembali melanjutkan tawanya. Cukup! Sudah cukup!. Kenapa Shikamaru harus bertanya pada Pria bau anjing itu?—lihat apa yang dia dapat?—sekarang bisa-bisa dia tertular rabies. Tertawa seperti orang kesetanan.
"Kau cukup katakan padaku, dimana Yamanaka Ino ?" Tanya Shikamaru lagi. Tersinggung dengan tawa ejekan Kiba. Menatap mata Kiba sangar. Kiba yang ditatap seperti itu—kemudian menghentikan tawanya. Terdiam beberapa detik, kemudian bicara—
"Dia sudah pergi—"
Pergi?—Yamanaka Ino pergi?—kemana?
To be continue..
Celotehan Zero:
Terima kasih banyak untuk Shikaino Family yang selalu ada meramaikan mention zero dengan keanehan dan keunyuan mereka :* i love you guys so freakin' much. Maaf kalo zero tidak mention username kalian satu-satu disini. Pokoknya zero mencintai kalian semua, kalian luar biasa dan awesomeh!
terima kasih juga banyak untuk reader, untuk silent reader dan sudah mau baca fic crack ini. nyahahaha (jangan malu2 untuk hajar zero di review box) XD zero juga ga begitu bakat untuk menulis. jadi tolong dihajar supaya zero bisa berbenah diri ya! :) terutama masalah alur :((
overall, i love you minnas XD and absolutely my Shikaino's Family :D
keep loving shikaino :)
