NaruXFemSasu

Gender Benner a.k.a STRAIGHT

Rated M For Full Lemon Scene

OOC berat, Abal, Nista, dan Gajeness.

Under 17 out (Bahasa Fulgar dari AWAL hingga AKHIR)

Naruto Desclaimer By Masashi Kishimoto


LUCKY DAY

(Skuel Antara Aku, Tetangga. Dan Nafsu Bejat ku)

AnnieSakkie


Enjoy Reading

.

.

.

_Uzumaki's Mansion pukul 8 pagi_

Ini adalah hari minggu yang tenang bagi seorang Uzumaki Naruto. Duda keren dengan karir dokter ini ingin bermalas-malas selama seharian penuh di kamar. Entah keberuntungan apa yang sedang ada dalam benaknya, hari minggu seperti ini ia mendapat libur. Ini adalah kesempatan yang sangat jarang ia peroleh, pria Uzumaki ini harus memanfaatkannya dengan baik. Sebenarnya banyak rencana yang akan pria kuning ini lakukan, misalnya membereskan kamar, mencuci pakaian dan berbelanja bahan makanan. Namun tenaganya menguap entah karena malas atau lelah.

"Aku akan tidur selama seharian dan tidak akan ada yang menganggu ku. Hoamm." Gumamnya kecil di balik bad cover tebal.

Pria kuning ini merentangkan kedua tangan ke udara dan menggeliat seperti cacing pita. Bibir agak tebal itu mendengkur keras layaknya singa jantan. Ia tidak peduli dengan apapun karena tubuhnya butuh isrirahat. Ia merileks kan kedua bahunya yang masih saja terasa kaku padahal ia sudah tertidur cukup lama. Manik biru yang mempesona itu kini terpejam di balik kelopak yang berwarna cokelat. Ia akan meniti tangga khayalan indah lewat mimpi yang akan mengantarkannya dalam tidur yang lelap.

"Selamat tidur, nyem~nyem~nyem." Ia bergumam kecil sembari menyamankan kepala di atas bantal hangat.

Akh, kasur yang empuk dengan aroma lembut dari pengharum ruangan membuat tubuh kaku nya rileks. Terlebih angin yang berhembus dari air conditioner seakan membuai kulitnya yang berwarna khas musim panas. Naruto akan segera mengarungi dunia mimpi tetapi bunyi bel membuatnya kembali terjaga.

"TING-TONG!"

"Arrgghhh!" Pekik nya. Sungguh ia sedang ingin istirahat. Tubuhnya sangat lelah seperti kuli bangunan.

"Bisa tidak aku tidur dengan tenang." Protes Naruto kesal lalu melesakkan kepalanya pada bantal. "Pura-pura tidak orang saja." Tandasnya lagi.

"TING-TONG-TING-TONG!"

Naruto tetap bergelung di bawah selimut dan terpejam seolah tidak terganggu oleh tamu tersebut. Beberapa kali bel dengan bunyi klasik itu terdengar keras, namun tidak menggeruskan niat Naruto untuk kembali terlelap. Sungguh, ia tidak bermaksud untuk mengacuhkan seseorang itu, tapi tubuhnya sedang ingin diperhatikan. Ia sangat lelah, bahkan untuk bangun saja rasanya malas.

"…."

Bunyi bel tersebut berhenti. Dan membuat pria pirang ini bernafas lega. Akhirnya tamu tersebut menyerah, Naruto dapat melanjutkan lagi niatnya yang sempat tertunda. Ia menyamankan lagi posisinya di atas bantal. Manik biru jernih nya terpejam erat dan bibir itu mendengkur halus hampir tak terdengar. Akh, cepat sekali pria pirang ini jatuh tertidur. Rupanya ia benar-benar sudah sampai pada batasnya.

Samar-samar terdengar suara perempuan yang memanggil nama Naruto "Naruto Ojii-San."

Pria kuning ini menggeliat kecil dalam tidurnya. Akh, lagi-lagi ada yang menganggu istirahatnya. Biarlah, mungkin itu hanya imajinasi.

"Naruto Ojii-San. Bangun lah." Naruto mengubah posisi tidurnya dengan memeluk guling panjang. Alisnya mengerut, merasa sedikit tergangggu oleh suara tersebut. Apa kah itu hantu?

"Woi Ojii-San. Bangun lah. Kenapa kau malas sekali." Kini bukan hanya suara wanita saja yang ia dengar namun tangan halus dan kecil menyentuhi pipinya. Tapi kenapa lama-lama terasa sakit ya? Apa hantu perempuan ini menggunakan kuku panjang nya untuk menggores kulit pria pirang ini.

"Oh God. Dia benar-benar pemalas seperti beruang madu. Fuck." Kini telinga Naruto sedikit panas mendengar umpatan tersebut. Apa-apaan hantu ini kenapa dirinya di samakan dengan beruang. Benar-benar hantu sialan!

Binner biru seindah shappire itu terbuka sempurna saat ia merasakan tendangan keras di atas perutnya. Rasa sakit menjalar hebat, membuat perutnya melilit dan ingin muntah.

"Hei, apa-apaan ini. Siapa yang menendang perut ku. Sial." Naruto berteriak keras. Ia sedang enak-enak tidur, Entah siapa itu mendendang perutnya. Memangnya ini perut karet yang lentur.

"Cih—kau pemalas sekali Ojii-San." Protes gadis kecil berkaca mata berdiri angkuh di samping ranjang. Manik biru jernih tersebut, mengecil seolah yang ia lihat adalah hantu.

Sarada memutar matanya malas dan kesal. "Jangan melihat ku seperti hantu, Ojii-San." Ketusnya.

"Sarada-Chan." Naruto sedikit meragukan pengelihatannya. Apakah benar gadis cantik ini adalah anak tetangganya. Tapi wajah angkuh itu memang sangat identik dengan Sarada.

"Ya." Sahut Sarada singkat seolah tidak merasa bersalah dengan apa yang sudah ia lakukan.

"Kenapa kau ada di kamarku!" Pekik Naruto tinggi. Kesal karena tidurnya terganggu oleh setan kecil ini. Apalagi tendangan pada perutnya. Uhft..ia harap tidak terjadi masalah disana. Misalnya pendarahan pada lambung.

Sarada mendecih kecil dengan tangan yang bersedekap di atas dada. "Aku sudah memencet bel mu berulang kali hingga bosan. Kau pasti berpura-pura tidak ada di rumah kan."

Naruto tersenyum kering, merasa bodoh karena tebakan anak ini benar-benar tepat. "Ti..tidak seperti itu. Uhmm—aku sedang tidur pulas. Kau tahu, aku lelah karena pasien dan—" Pria ini menggaruk surai pirangnya seperti monyet kurang kerjaan. Ia berpikir keras, sebaiknya dia membuat alasan seperti apa.

Gadis cantik keturunan dari Sasuke dan Neji tersebut memutar biji onix nya sekali lagi karena kesal. Ia tahu bahwa paman mesum ini - menurutnya- sedang berbohong. Memangnya mata hitam ini tidak tahu dusta apa yang Naruto ucapkan. Tapi ya sudahlah, ia hanya di tugaskan oleh mamanya untuk memanggil paman malas ini untuk datang ke mansionnya " Paman disuruh mama ke rumah."

Gerakan menggaruk rambut yang di lakukan Naruto berhenti. "Apa kau bilang?"

Sarada mendengus. Paman ini benar-benar membuatnya kesal. Sudah malas, sekarang tuli. Kenapa juga mama cantik nya mengundang pria ini kerumah. "Kau di suruh kerumah sekarang." Ulangnya lagi tidak ikhlas.

Ekspresi Naruto yang seolah mengatakan 'Aku tidak dengar' membuat gadis kecil ini ingin sekali menonjok wajah bodohnya. Dia dokter malah terlihat seperti pasien sakit jiwa. "Aku tidak akan mengulanginya lagi paman."

"Sarada-Chan. Kau tidak sedang bercanda khan?"

"…"

"…"

"Anak manis, kenapa kau diam. Ayo jawab pertanyaan paman." Naruto membungkuk sambil menggesek telapak nya seperti penjilat.

"Aku tidak suka panggilan itu." Jawab Sarada ketus. Wajah Naruto benar-benar membuatnya mual. Apa-apaan dengan wajah itu. Ia malah seperti paman mesum.

"Baiklah. Aku serius. Mama mu mengundang ku ke rumah?"

"Hn."

"Sekarang."

"Hn."

"Kau tidak membohongi ku kan?"

"Hn."

Wajah Naruto yang tertekuk kini bersinar. Ada apa gerangan, Sasuke-Chan mengundangnya datang ke rumah. Apa mama muda itu akan mengajaknya bersenang-senang seperti minggu lalu. Membayangkan wajah datar yang minim ekpresi itu memohon penis dan bersemu merah, membuat jantung Naruto dag-dig-dung tidak karuan. Mengingat hal-hal itu tanpa menunggu lama memorinya berputar cepat dimana dirinya dulu mencumbui tubuh indah itu di atas ranjang empuk. 'Adik kecil' manis yang ada dalam celana mulai bangun dari tidur nya. Mesumnya...

Sarada memukul keras kepala kuning milik Naruto karena gadis cantik nan pintar ini tahu bahwa Naruto sedang membayangkan hal-hal yang jorok. Lihat saja wajah itu. Mirip sekali dengan pelaku pemerkosaan. Sekali lagi ia bertanya-tanya kenapa mama nya mau berteman dengan tetangga yang mesum ini.

"Aww—sakit. Dasar setan ke—" Naruto segera membungkam mulutnya setelah tahu, ia mengucapkan kata yang salah.

Sarada berjengit. "Apa kata paman?!"

"Aku tidak bilang apa-apa. Baiklah aku akan bersiap kerumah mu."

Sarada melirik sinis ke arah Naruto. "Paman mengataiku setan kecil?"

Naruto merinding melihat mata bulat yang besar berubah menjadi sipit dan mengerikan. " tidak bilang apa-apa. Sungguh." Pria pirang ini menggelengkan kepalanya hingga hampir putus dari lehernya.

"Baiklah." Sarada menghela nafas panjang. Lalu menoleh kearah Naruto dengan bibir melengkungan seringaian setan. "Cepat ke mansion ku atau akau akan bilang pada mama kalau paman tidak ada di rumah" perintahnya mutlak lalu pergi keluar kamar.

"O..oke." Naruto gelagapan. Benar-benar anak kecil yang mengerikan. Masih bocah saja sudah membuat takut, bagaimana kalau gadis itu sudah dewasa. Sialan.

Setelah memastikan setan cilik itu lenyap dari kamarnya. Naruto menjerit kecil dan bergoyang samba.

"Yeeiyyyyy~!"

Sarada yang mendengar jeritan ababil Naruto dari lantai bawah hanya mendengus kecil dan tetap berjalan tenang.

"Cih—dasar paman bodoh." Umpatnya. Ini sih benar-benar keturunan murni dari Uchiha. Kecil-kecil sudah pandai mengumpat.


_Uchiha's Mansion pukul 10 pagi_

Seorang wanita berkulit putih pucat terlihat asyik dengan adonan kue di balik konter dapur. Dengan sangat terampil jemari lentiknya menimbang tepung dan mentega lalu meletakkan pada baskom. Sepertinya bahan yang tadi masih kurang dan bermaksud membuat baru. Pinggul ramping yang memiliki lengkungan sempurna terlihat bergoyang kecil. Bunyi dentingan dari oven membuat mama muda ini berjengit. Meletakkan baskon yang penuh akan tepung dan mentega, ia melangkahkan kaki menuju aroma sedap yang berasal dari pemanggang.

"Sepertinya sudah matang. Akan ku lihat dulu." Ucapnya lalu membuka pintu kecil pada pemaganggang. Warna kue sejenis muffin itu sudah menjadi coklat keemasan. Menandakan kue mungil ini sudah matang dengan sempurna.

Wajah datar itu sumringah, akhirnya kue buatannya matang dan hasilnya tidak mengecewakan.

"Perfect." Pujinya senang lalu mengambil sisa kue dari dalam oven dengan penjepit (Saya tidak tahu apa namanya).

Sasuke meninggalkan kue yang baru matang itu pada meja makan lalu sibuk kembali dengan adonan. Akh, mama muda ini sedang asyik membuat kue rupanya.

.

.

Naruto, clingak-clinguk seperti orang idiot di depan pintu mansion yang terdapat tanda kipas di depannya (lagi-lagi saya tidak tahu trandmark klan Hyuga itu seperti apa, jadi saya pakai tanda Uchiha saja, ya). Ia sudah mengetuk pintu berkali-kali namun belum juga ada yang membuka kan. Naruto melihat penampilannya sekali lagi. Kaos polo warna hitam, celana jeans belel berwarna biru muda serta jam tangan mahal yang melingkari tangannya. Oke, tidak ada yang patut di cemaskan dari penampilannya. Ia terlihat sangat awesome walaupun hanya berbalut pakaian santai. Ia memiliki wajah yang tampan dan senyuman menggoda tentu itu adalah hal positif yang akan menarik perhatian kan. Oh, jangan lupakan sepasang manik yang berwarna biru sebening lautan dan kulit kecoklatan dengan warna hangat, membuat Naruto seperti pangeran kesiangan yang tersesat di dunia nyata.

"Akh, Aku lupa membawakan bunga," Pekiknya kecil karena hal penting yang harusnya ia bawa, justru ia malah melupakannya. Ia ingin membuat kejutan kecil dengan tangan yang penuh akan buket bunga malah ia datang dengan tangan kosong.

Ia melirik taman bunga kecil yang ada di halaman depan. Bunga mawar beragam jenis dan warna terlihat tumbuh di sana. Naruto tersenyum ganjil. Mungkin dia akan memetik beberapa tangkai dan Sasuke tidak akan menyadarinya. Benar juga, lagi pula bunga di sana berjumlah banyak. Mengambil satu atau 3 tangkai tidak akan ketahuan.

"Hehehehe." Naruto cengengesan. Dengan langkah kecil ia berjalan kearah himpunan bunga berwarna-warni itu. Ia bingung akan memetik warna yang mana. Ada putih, merah, kuning dan masih banyak lagi. Akh, mungkin mawar merah terlihat romantis. Pasti Sasuke-Chan yang cantik itu akan terkejut dan senang. Bagaimanapun wanita pasti akan terharu bila di bawakan bunga.

"Siapa Disana!"

Tubuh Naruto kaku. Ternyata ia sudah ketahuan padahal belum satu tangkai pun mawar ada di tangannya.

Naruto membalikan punggungnya. Akh, gadis cilik itu yang mempergokinya. Sialan.

"Hehehe—Sarada-Chan" Naruto nyering lebar dengan wajah berkeringat.

"Naruto Ojii-San. Apa yang paman lakukan di taman?"

Pria dari Uzumaki ini cengengesan. "Aku hanya sedang mengamati bunga saja kok. Ternyata koleksi mawar mama mu banyak juga."

"Benarkah?"

"Tentu saja. Kau kira aku akan mengambil bunga mama mu. yang benar saja, Hahaha."

"Hn. Aku sempat curiga habis wajah paman mirip pencuri sih."

Naruto kicep. Ternyata berdebat dengan setan kecil ini sungguh merepotkan.

"Apa kau bilang. Ya sudah lah. Mana mama mu?" Ucap Naruto mengalihkan pembicaraan. Sungguh berlama-lama dengan gadis ini membuatnya kesal.

"Mama ku ada di dalam."

"..."

"Paman mau masuk apa menunggu disini?"

"Tentu saja aku harus masuk. Lagi pula di sini panas."

"Menyuruh orang yang akan mencuri mawar mama ku masuk kedalam, aku tidak yakin."

"Arrggghh!" Naruto menggeram rendah. Setan kecil ini. Selalu saja mempermainkan orang dewasa. Bagaimana Sasuke bisa betah mempunyai anak kurang ajar seperti ini.

"Lalu aku harus apa?"

"Karena paman sudah di tunggu mama, aku memperbolehkan paman masuk." Naruto bernafas lega. Akhirnya urusan nya dengan setan kecil itu selesai juga. Ia tidak pernah menyangka di umurnya yang sudah matang ini, rupanya ia bisa juga di permainkan seorang bocah.

"Terima kasih Sarada-Chan."

Sarada menutup pintu setelah Naruto masuk kedalam. "Hn. Paman di suruh mama langsung ke dapur saja."

"Ke dapur?" Alis Naruto mengeryit bingung. "Kenapa harus di dapur?"

Sarada menoleh dengan wajah malas. "Aku tidak tahu paman. Mama menyuruh ku begitu." Lalu melangkah pergi menuju kamarnya.

"Hei—mau kemana kau. Kenapa kau meninggalkan ku."

Sarada mendecih lalu menolehkan kepalanya pada sang tetangga menyebalkan "Cck—ada apa lagi sih paman?"

"Antarkan aku masuk kesana, aku tidak tahu tempatnya."

"Bukan kah paman sudah pernah kemari." Jawab Sarada ketus lalu melanjutkan lagi jalannya yang sempat terhenti.

Naruto merengut kesal. Sungguh gadis yang sangat pemalas. Tidak menghormati orang yang lebih tua malah bersikap kurang ajar. Tidak tahu apa, disini dia adalah seorang tamu. Dan tamu adalah raja. Sekali lagi Naruto menghela nafas panjang. Merasa percuma ngomel-ngomel tidak jelas. Lebih baik dia segera menuju ke dapur sesuai dengan perintah. Mungkin wanita cantik itu membutuhkan bantuannya. Akh, semoga ia mendapat imbalan yang setimpal. Berakhir dengan mengocok kejantanan, misalnya.

"Sasuke aku datang~" pekiknya kecil dengan wajah merona merah. Dalam otak nya itu sudah penuh akan khayalan mesum tentang tubuh pasrah Sasuke dalam tindihannya.

.

.

Naruto merasa ini adalah hari keberuntungannya. Dimana ia bisa diundang ke mansion milik tetangganya lalu kini ia di suguhi oleh pemandangan pinggul wanita cantik yang sedang bergoyang kecil. Manik biru Naruto mengerling genit pada sepasang kaki jenjang yang mulus tanpa cacat. Sungguh bahkan lalat pun akan tergelincir jatuh, bila berada di atasnya. Perlahan dan pelan arah pandang pria tampan ini naik ke atas. Naruto meneguk ludah, melihat dua gudukan besar yang masih tersembunyi di balik rok pendek. Uh, pantat seksi itu tercetak jelas sekali. Pria berambut kuning ini menutupi selangkangannya yang terasa ketat karena si adik kecil mulai menunjukan kegagahan nya.

"Sialan. Dia benar-benar menggoda ku rupanya." Gumam Naruto kecil pada diri sendiri lalu mengusap keringat yang menetes dari dahi. Baru melihatnya tertutup saja sudah membuatnya berkeringat, apalagi bila wanita itu telanjang bulat.

"Kuso. Penis ku ereksi. Sialan. Turunlah bodoh." Bisiknya sembari menenangkan diri agar tidak berdikir mesum. Apalagi benda kecil yang mulai mengeras ini harus segera di alihkan perhatiannya.

"Hei, Sasuke." Sapa Naruto setelah dekat. Bahu mungil Sasuke terangkat naik sedikit lalu menolehkan kepalanya.

"Kau sudah datang Naruto. Sejak kapan?" Sasuke menaruh adonan kue pada tempatnya lalu meletakkan pada oven.

"Yah. Baru saja. Apa yang sedang kau lakukan?" Naruto berbasa-basi sedikit untuk mencairkan suasana.

Wanita cantik dengan marga Uchiha ini mengusap peluh yang menetes dari dahinya. "Aku sedang membuat kue."

Naruto mengangguk kecil seolah mengerti. "Wah—kau bisa membuat kue. Pasti rasanya enak."

"Hn. Tidak begitu enak kok. Kau bisa mencicipinya bila mau." Sasuke menunjuk kue muffin yang telah matang pada Naruto.

"Kue yang bagus. Warna nya cantik." Puji Naruto jujur lalu mengambil kue itu dan memasukkan nya pada mulut.

Sasuke memandang Naruto yang terlihat antusias memakan kue buatannya. Harap-harap cemas mendengar komentar apa yang akan ia dengar.

Naruto menguyah kue dengan banyak telur itu perlahan. Rasa kue ini enak dan manisnya pas, sehingga tidak membuat kenyang dan mual. Terlebih kue ini lembut dan seakan meleleh di lidah.

"Kue mu enak."

Wajah Sasuke suemringah. "Benarkah? Kau tidak membohongi ku."

Naruto menggeleng. "Aku tidak bohong. Kuenya benar-benar enak. Kau sudah mencicipinya?"

"Belum. Aku tidak sempat mencicipinya."

Pria dengan kaos polo hitam ini mendekat "Kalau begitu cobalah."

"Aku tidak bisa."

"Kenapa. Kau tidak suka dengan kue buatan mu?"

Sasuke menggeleng kecil lalu mengangkat tangannya ke udara. "Tangan ku kotor dan aku belum mencucinya. Paham."

"Aku bisa melakukan ini padamu." Naruto mengarahkan kue muffin kecil itu pada mulut Sasuke. Iris hitam milik wanita itu mengecil. Merasa sangat terkejut melihat kelakuan Naruto yang tiba-tiba.

"Apa-apaan ini?"

Naruto nyengir lebar. "Aku menyuapi mu. Tangan mu kotor kan. Kalau begitu gigitlah."

Sasuke merona merah. Memilih pasrah ia membuka mulutnya lalu menggigit kue itu dalam potongan kecil. Entah karena lidahnya yang bermasalah atau sibuk meredam detak jantungnya. Rasa kue itu terasa hambar di mulutnya.

"Sudah?" Tanya Naruto setelah mendapati Sasuke terdiam cukup lama.

Sasuke mengangguk enggan membuka suara. "Bagaimana. Rasanya enak kan?"

"Iya. Rasanya enak." Jawab Sasuke lalu menundukan kepala. Ia merasa sangat malu bila si tatap sedekat itu dengan seseorang.

Alis Naruto terangkat menyaksikan perubahan warna kulit dari wanita ini. Kulit yang semula putih cenderung pucat itu kini merona merah. Naruto bertanya-tanya. Apakah wanita cantik ini sedang demam. Dengan inisiatif ingin memeriksa suhu tubuh Sasuke. Ia menuntun wanita Uchiha ini menatap wajahnya.

"Sasuke. Kau demam. Wajahmu merah sekali. Kau tidak sedang sakit kan?"

Sasuke diam tidak memberi respon. Naruto mulai memberanikan diri menyentuh dahi itu dengan telapak tangannya.

"Na..Naruto?" Sasuke terkejut.

"Uhmm—dahi mu dingin tidak panas. Bagaimana dengan lehermu?"

Tangan dingin Naruto terasa aneh saat berada di leher jenjangnya. Terlebih rabaan kecil di bagian belakang telingan membuat Sasuke geli.

"Enggh—" Lenguh Sasuke kecil tanpa sadar.

Naruto tidak menulikan pendengarannya dari rintihan kecil yang Sasuke layangkan. Ia sedang asyik dengan kegiatannya yaitu meraba leher putih mulus itu dengan sensual.

"Di sini sedikit hangat. Bagaimana kalau yang sini?" Naruto bermonolog sendiri dengan telapak yang semakin aktif meraba.

Kepala Sasuke menggeleng kecil dengan bibir tergigit meredam desahan. Sungguh ia merasa sangat geli bila di sentuh bagian itu. "Ssshh—akh." Akhirnya suara yang ia tahan mati-matian lolos dari mulutnya. "Na..Naruto. Akh."

Mata biru Naruto terbuka lebar. Bibirnya menganga melihat wajah Sasuke menjadi bertambah merah dan tubuhnya merosot hampir terjatuh ke lantai bawah.

"Glup." Tegukan air liur terasa sangat berat membasahi kerongkongan. Wajah itu akhirnya menunjukan wujudnya. Naruto menuntun Sasuke bangkit dari posisinya. Kemeja putih Sasuke sedikit tersikap hingga memperlihatkan belahan dada yang menggoda. Rupanya aksi memeriksa suhu tubuh ala Naruto sudah merambah hingga ke bagian dada.

"Maafkan aku Sasu. Aku hanya memeriksa mu. Karena terlalu berkonsentrasi, jadi aku tidak melihat keadaan mu." Kilahnya dengan menggaruk kepala. Pose tidak bersalah yang di buat-buat. "Sekali lagi maafkan aku."

Sasuke terlihat tenang membenahi pakaian nya yang berantakan. Ia sadar Naruto sudah menyentuh bagian-bagian yang tidak semestinya, tapi kenapa ia malah menikmatinya. Rabaan dan sensasi geli yang menggetarkan itu, membuatnya terlena.

"Aku juga minta maaf karena tidak menghentikan mu." Ucap Sasuke pelan.

Naruto menjadi semakin bersalah melihat Sasuke yang hanya diam tidak berani menatap wajahnya. Naruto memang pria lemah terhadap ransangan seksual. Tanpa ia sadari ia akan berbuat sesuatu yang diluar logika bila sedang ingin menjamah. Nalurinya sebagai laki-laki kesepian begitu liar di dalam dada. Apalagi melihat tubuh molek Sasuke yang seolah menggodanya. Dibenak Naruto, Sasuke yang hanya diam tidak melakukan apa-apa akan terlihat seperti penari striptise yang mengajaknya bergoyang. Khayalan nakal akan Sasuke sudah begitu besar sehingga mendorongnya berbuat senonoh pada tetangganya.

"Sekali lagi maafkan aku Sasuke. Semua terjadi begitu saja—" Sesal Naruto jujur dengan wajah bersalah. Sasuke tetap diam tidak menjawab. Dalam benak Sasuke pun sebenarnya ia sangat merindukan sentuhan lembut suaminya. Ciuman hangat dan belaian mesra sudah lama dia tidak merasakannya. Naruto pernah menganggahinya dan ia akui itu adalah atas permintaannya. Entah kenapa mengingat wajah panas dan sentuhan sensual yang Naruto lakukan membuat nafsu Sasuke sedikit terpompa.

Dengan perlahan dan lembut jemari lentik Sasuke menyusuri lekuk wajah sempurna milik Naruto. Rambut pirang yang lembut, mata biru indah yang membiusnya, pipi dengan garis yang mempesona, bibir seksi yang mengeluarkan desahan serta dagu yang lancip. Akh, sungguh sempurna sosok itu. Ahirnya Sasuke tahu kenapa ia dapat jatuh dalam pesona Naruto, karena pria ini memiliki wajah yang sangat mempesona.

Naruto terdiam seperti patung. Sentuhan jemari milik Sasuke membuat jantung terpompa cepat. Nafanya tersengal akibat nafsu besar yang menggerogoti kewarasan nya. "Ssshh—Sasu..keh." Lenguhan rendah lolos dari bibir Naruto.

Sasuke mengusap dada bidang milik Naruto yang tersembunyi di balik kaos polo. Mengusapnya perlahan dengan gerakan ringan dan itu sukses membuat Naruto merinding. "Sasu—Hen..hentikan. Engh." Naruto mencoba menghentikan rabaan sensual yang Sasuke lakukan dengan mencengkal tangannya. Manik birunya terlihat sayu dan menggelap akibat hasrat tinggi yang ingin di selesaikan.

Sasuke mendekat lalu berbisik di telinga Naruto dengan desah mesra "Kau mau aku benar-benar berhenti. Hn?" Mata Naruto terpejam sempurna saat ia rasa jilatan basah terasa di telinganya apalagi nafas hangat Sasuke membuat nya panas dingin.

"Enggh—" Naruto mengangguk kecil tanpa bisa menjawab.

"Baiklah. Aku akan berhenti." Sasuke menarik wajahnya dari telinga Naruto. Satu kecupan mesra berlabuh disana.

Nafas pemuda pirang ini tersengal dengan wajah panas yang pastinya kini memerah. Tindakan yang Sasuke lakukan walaupun kecil sanggup membuatnya bernafsu seperti ini. Sasuke memang sangat tahu akan kelemahannya.

"Hah..hah..hah Sa..Sasuke." Panggil Naruto tersengal dan tersendat.

"Ada apa, hm?"

Dengan segera Naruto memeluk Sasuke dalam dekapan hangat dan berbisik kecil di telinganya.

"Fuck. Kau membuatku panas Suke." Lidah basah Naruto menjilat lembut telinga memerah Sasuke. "Dan penis ku berdiri akibat perbuatanmu. Kau harus menyelesaikan ini."

Bukannya marah dan keberatan dengan kelakukan tidak senonoh yang Naruto lakukan, Sasuke malah tersenyum seolah tertantang.

"Kau mau aku seperti apa. Mengocok, menjilat, meremas, atau memasukan kedalam vagina ku heh?"

Meraba bibir tipis milik Sasuke perlahan lalu memasukkan jemarinya dengan tidak sabaran. Ia mengaduk-aduk isi dalam rongga hangat itu.

"Nnhh..enghh." Sasuke melenguh rendah. Alisnya mengkerut dengan ekspresi kesakitan. Dengan sedikit kasar jemari Naruto menarik lidah basah Sasuke keluar dari mulutnya.

"Akh." pekik wanita ini kecil dan terkesan memikmati.

"Aku ingin benda kecil ini yang memijat penis ku. Kau tahu, kau sangat pintar dalam men-service penis ku, Sasuke?"

Wanita cantik ini hanya mengangguk sebagai jawaban. Apakah itu termasuk pujian. Sasuke sedikit tersanjung dengan ucapan Naruto.

"Bagus. Kalau begitu—" Naruto menurunkan celananya hingga batang ereksi yang semula kecil berubah panjang dan besar itu terlihat. "Lakukan sekarang!" perintahnya mutlak lalu duduk di atas meja makan.

Sasuke meneguk ludah berulang kali melihat penis panjang itu terancung di wajahnya. Aroma ini benar-benar menyengat seolah menghipnotisnya. Ia ingin melumat habis benda panjang itu ke dalam mulutnya.

"Sasuke-Chan kenapa diam. Kau mau ini kan?" tunjuk Naruto pada penisnya lalu menggoyangkan batang itu dengan pelan.

Wanita cantik ini hanya mengangguk seolah jiwanya sudah terbang tinggi entah kemana.

"Bagus. Ayo manjakan dia sekarang. Dia membutuhkan bantuan mu." Ucap Naruto percaya diri lalu menuntun penisnya memasuki mulut hangat Sasuke yang kini basah oleh tetes saliva.

Secara halus dan lembut Sasuke mengecup mesra puncak penis Naruto yang tergenang oleh tetes pelumas. Rasa yang getir dan nikmat. Sasuke sangat merindukan rasa serta aroma ini.

"Enghh—" lenguh Naruto pelan.

Dengan irama konstan dan tepat, Sasuke menaikan kepalanya naik-turun di atas batang ereksi dengan banyak urat itu. Mengerucutkan mulutnya, ia menghisap semua yang ada di sana. Bunyi becek antara saliva dan precum melebur membuat nya semakin kalap.

"Ssshh—yah. Hangat." Desis Naruto dengan mata terpejam sempurna. Kehangatan ini sungguh membuatnya terlena. Dengan telaten Naruto menuntun tangan Sasuke yang menganggur untuk menyentuh dua bola miliknya yang terlihat membengkak. Sasuke mengerling pada Naruto yang berada di atas, ulasan senyum menawan yang Naruto berikan membuat Sasuke mengikuti arahan dari pria pirang itu.

"Akhn..Sasu..keh." Desah lolos kembali dari bibir basah Naruto yang terbuka. Tubuhnya bergetar hebat menerima rangsangan yang Sasuke berikan. Ini tidak akan lama. Sebentar lagi ia akan menembakan sperma panas ke dalam rongga lembab ini.

"Slurph..slurph..Mmpph." Sasuke melenguh kecil di tengah kulumnya. Dengan nakal Naruto mulai meraba payudaranya yang masih terbungkus kemeja.

"Sial. Akh..aku akan keluar." Umpat pria kuning ini kesal karena ia tidak bisa bertahan lebih lama. Terpaan kenikmatan ini membuatnya pasrah. Apalagi betapa mulut kecil ini sungguh pintar dalam menghisap penisnya. Pantat Naruto yang semula terduduk manis di atas meja kini mulai aktif bergerak.

"Engh..mmphh." Sasuke mengeryit tidak nyaman. Sungguh gerakan yang Naruto lakukan tidak lah pelan. Penis itu bergerak cepat seolah memperkosanya. Sasuke keualahan, bertetes-tetes liur meluncur jatuh membasahi leher serta dadanya. Namun itu malah membuat pria kuning itu bersemangat. Wajah sekarat Sasuke membakar habis kewarasannya.

"Engh..Sasu sayang aku akan keluar. Akh." Naruto mempercepat gerakan pinggulnya yang luar biasa itu. Bahkan kini Sasuke tidak lagi bergerak karena Naruto sudah mendominasinya. Perutnya mual dan rongga dalam mulutnya seolah rusak akibat aksi brutal Naruto dalam mencari kepuasan.

"Mmmpphh." Sasuke mengeryit saat Naruto menjambak rambut panjangnya.

"Engghh—Akh. Keluar. Akh." Gerakan Naruto berhenti saat tembakan besar sperma meluncur bebas kedalam mulut hangat yang menyelingkupi penisnya.

"Ha..hah..hah..kau hebat." Nafas Naruto tersengal namun dirinya puas akibat hasratnya sudah ia selesaikan.

Tubuh Sasuke merosot begitu saja pada lantai. Mulut itu kini terasa asin akibat sperma yang menggenang disana.

"Sasuke kau tidak apa-apa?" Tanya Naruto lalu menuntun wajah Sasuke menatapnya.

"Glup." Pria pirang ini meneguk ludahnya lagi. Akh, berapa seksi nya wajah wanita ini. Mata yang sayu, rambut awut-awutan, serta bibir basah dan jejak sperma yang menetes hingga ke dagu.

"Hah..hah..tidak." jawab Sasuke dengan nafas memburu. Ia lelah dan mulurnya kram akibat tindakan Naruto yang memeperkosanya.

Naruto tersenyum tipis lalu membisikan sesuatu di telinga Sasuke.

"Ini belum berakhir. Kau tahu masksudku kan?" tanya pria pirang ini dengan seringai mengerikan.

"Kau benar-benar pelacur Sasuke. Fuck." Lenguh rendah Naruto menggaung di sudut dapur.

.

.

.

TBC

.

Helooo Minna saia buat skuelnya nih. Dan dengan sangat terpaksa aku potong adegan lemonnya.

Yah, aku sempat update fic baru dengan judul Neighbor's wife dengan sangat terpaksa-lagi- aku harus hapus karena akan merasa fic itu akan menjadi drama yang panjang.

Sedangkan aku masih punya banyak utang yang belum aku bayar pada para readers. Misalnya Hamil, eh dll

Oke. Sebelumnya terima kasih ya udah pada review di fic ku yang antara, aku, tetangga dan nafsu bejatku

Berkat dukungan kalian aku bikin skuelnya deh, Semoga syuka.

Oke, akhir kata REVIEW ne…