Welcome again….

Harapan saya semoga respon ff ke-3 ini lebih meningkat lagi dari yang sebelumnya. Selamat membaca!

Warning : maaf jika terlalu banyak typo. Karena typo itu manusiawi, jadi mohon sekali untuk dimaklumi :) :)

Summary : Kyuhyun seorang adik yang polos, manja, penurut dan genius. Suatu ketika anak itu menangis dan merajuk ketika terbangun di sebuah kamar Rumah Sakit. Kyuhyun takut jika biaya Rumah Sakit mahal dan ia takut jika tertular penyakit parah di lingkungan yang tidak ia sukai. Demi game yang ia sukai, Kyuhyun lebih memilih mati daripada menyusahkan ke dua Hyungnya. Heechul dan Kibum yang tidak ingin hal itu terjadi mencoba menutupi keadaan yang sebenarnya tentang kondisi Kyuhyun. Namun sesuatu yang berasal dari masa lalu mereka kembali masuk dan menggunakan kekuasaannya untuk mempersulit kehidupan Kim bersaudara dengan maksud ingin membawa mereka kembali. Hingga kesulitan-kesulitan itulah yang membuat Kyuhyun akhirnya mengetahui 'sesuatu' yang disembunyikan.

Main Cast : Kim Heechul (24 tahun), Kim Kibum (15 tahun), Kim (cho) Kyuhyun (15 tahun)

COMPLICATED KIM'S

Seorang namja terlihat berjalan mondar-mandir di dalam rumahnya. Sesekali namja itu melirik ke arah pintu rumah sederhananya. Selanjutnya yang ia lakukan adalah mendesah frustasi. Waktu sudah menujukkan pukul 9 malam, dan Hyungdeulnya satupun belum ada yang pulang. Salahkan dirinya yang membiarkan ponsel satu-satunya berenang di dalam kamar mandi akibat kecerobohannya sendiri. Dan salahkan juga Hyungdeulnya yang tidak pernah membiarkannya bekerja paruh waktu seperti yang dilakukan saudara kembarnya hingga dapat memiliki uang sendiri untuk mengganti ponselnya yang rusak. Jangan salahkan juga seorang Kim Heechul yang selalu mengancamnya jika membantah.

"Kyuhyun yang kesepian." Keluhnya pada diri sendiri.

Tinggal bertiga hanya dengan 2 saudara kandungnya membuat Kyuhyun selalu merasa sepi. Apalagi jika kedua Hyungnya sedang bekerja dengan waktu yang tidak bisa diprediksikan seperti saat ini. Sudah pasti Kyuhyun merasa jenuh dan kebosanan.

"Kyu, Hyung pulang!" sebuah saudara menyadarkannya.

"Hyunnnnng! Kenapa lama sekali?" Kibum saudara kembarnya yang juga Hyungnya bisa melihat bibir adiknya mengerucut dan wajahnya yang tertekuk. Ada sedikit rasa bersalah ketika melihat hal itu.

"Rumah sangat sepi. Aku sudah mandi, menyelesaikan tugas sekolah, belajar, dan minum coklat panas. Tapi Hyung dan Heechul Hyung tidak muncul juga," racaunya dengan bibir yang masih mengerucut. Kibum tersenyum mengacak surai ikal adiknya.

"Mianhae, ne? Sudah makan?"

Kyuhyun menggeleng, mengikuti Kibum yang berjalan dan duduk di ruang tamu kecil mereka. "Wae?"

"Roti coklat simpanan ku habis. Hanya ada ramen di dapur. Tapi Hyungdeul kan tidak memperbolehkanku makan ramen," cicit Kyuhyun sambil memainkan jemari putihnya yang kecil dan panjang.

Kibum menepuk kepalanya. Ia lupa persediannya habis. Dan salahkan Kibum yang terlalu keras bekerja hingga melupakan kebutuhan pokok keluarganya dan membiarkan adik kecilnya kelaparan.

"Maafkan Hyung, ne? Kau harus segera makan dan minum Vitamin mu. Hyung akan…."

"Vitamin ku habis, Hyung." Kyuhyun menundukkan kepalanya. Kali ini dia pasti akan merepotkan Kibum.

"Tapi aku tidak apa-apa. Itu hanya Vitamin bukan? Tidak mengkonsumsinya satu kali pasti tidak apa-apa," seru Kyuhyun mencoba membuat Kibum tidak terlalu panik.

"Tunggu disini. Selain makan, konsumsi Vitamin untukmu itu wajib. Hyung segera kembali, arra?"

"Yak, Bum Hyung!"

Percuma Kyuhyun berteriak. Toh Kibum juga sudah menghilang.

Kyuhyun kembali mengamati sekeliling rumahnya. Rumah yang berbeda dari rumah yang ia tinggali dulu bersama kedua orang tua, kedua Hyung dan banyak maid. Sekarang, rumah yang ia tinggali begitu kecil, sepi dan sedikit pengap.

Kyuhyun diam sebentar saat merasakan tubuhnya yang tiba-tiba lemas dan berkeringat dingin. "Ssshh…ada apalagi dengan tubuh ini?" desahnya frustasi. Seringkali Kyuhyun merasa seperti ini. Lemas, keringat dingin, jantung berdebar, kemudian mual, bahkan pernah hingga sesak napas.

"Apa maag?" tebaknya sedikit ragu. Namja pucat itu mengangguk-anggukan kepalanya dengan diagnosanya sendiri. "Sepertinya aku memang kelaparan hingga mual seperti ini." Kyuhyun beranjak merebahkan tubuhnya di bawah meja ruang tamu. Ada karpet tipis disana. Terlalu sulit dan membuang tenaga jika harus pindah ke dalam kamar. Walaupun kamarnya hanya 5-6 langkah dari tempatnya sekarang. Namun kondisi tubuhnya yang tiba-tiba lemas membuat Kyuhyun ingin segera merebahkan diri dimanapun ia bisa melakukannya.

"Sepertinya aku memang bergantung dengan Vitamin itu." Mata bulat milik Kyuhyun menutup seiring dengan terdengarnya hembusan napas teratur yang kelur masuk dari kedua lubang hidungnya. Beruntung, kali ini anak itu tidak mengalami sesak napas.

"Kim Kyu, Kim Ki. Hyung pulang!" Namja cantik yang baru saja memasuki rumah itu mengernyit. Tidak ada orang, eoh? Pikirnya. Satu tangannya sibuk membawa tas berisi beberapa berkas dan satunya lagi membawa makan malam yang sengaja ia beli saat perjalanan pulang tadi. Jjangmyeon. Makanan kesukaan si bungsu.

"Eh?" Hampir saja kaki Heechul menginjak sebuah tangan yang teronggok dari bawah meja. Sedetik kemudian pemuda cantik itu menggeleng. "Kebiasaan, eoh?"

Heechul beranjak menuju kamar kedua adiknya, mengambil sebuah selimut dan sepasang kaus kaki.

"Badanmu dingin sekali. Apa kau sakit lagi maknae?" Heechul tersenyum miris melihat maknaenya tertidur tanpa terganggu sedikitpun dengan aktifitasnya. Menyelimuti dan memasangkan kaus kaki. Heechul maupun Kibum tidak akan memindahkan Kyuhyun ke dalam kamar sebelum menjelang tengah malam. Adik kecilnya itu akan mengeluh pusing jika terlalu cepat dibangunkan dan bisa berakibat fatal seperti kejadian 7 bulan yang lalu.

"Kyu, kau kenapa?"

Saat itu Kyuhyun berlari dan terduduk di lantai kamar mandi setelah dibangunkan Kibum untuk berpindah ke kamar dari ruang tamu. Kibum panik saat tiba-tiba Kyuhyun mengeluh sakit dan memegang dadanya kuat-kuat. Setelah sampai di kamar mandi, ia mendapati Kyuhyun seperti orang yang ingin muntah. Tapi setelah hampir 10 menit adiknya duduk dengan posisi aneh seperti itu, tidak ada apapun yang berhasil Kyuhyun keluarkan dari dalam mulutnya. Sebaliknya, keringat dingin sebesar biji jagung keluar begitu banyak hingga membuat kaos yang digunakan Kyuhyun benar-benar basah.

"Kim Kyu! Kibumie, ada apa?" Heechul yang baru pulang dan mendengar suara berisik dari kamar mandi segera masuk. Namja itu terkejut begitu melihat tubuh Kyuhyun yang lunglai dengan satu tangan memegangi dadanya.

"Aku tak apa..Hyung." ujar Kyuhyun lirih. Namja pucat itu tersenyum, namun detik kemudian ia mengalami sesak napas hingga tak sadarkan diri.

"Bawa ke Rumah Sakit." Putus Heechul ketika itu.

Kibum yang panik segera menggendong tubuh adiknya yang beratnya hampir sama dengannya. Heechul segera keluar rumah, memanggil taksi atau memberhentikan kendaraan apapun yang lewat. Namun hingga setengah jam berlalu, tidak ada satupun kendaraan yang mau berhenti. Hingga…..

"Ada apa?"Seorang tetangga mendatangi mereka dan ikut panik saat mendapati seorang anak muda yang jatuh tak sadarkan diri di gendongan pemuda lain yang wajahnya hampir serupa.

"Tolong kami. Adikku mengalami sesak napas dan mendadak pingsan. Bantu kami membawanya ke Rumah Sakit."mohon Heechul pada orang asing itu.

"Namaku Yunho. Aku akan membantumu. Sebentar aku akan mengambil mobil."

Heechul sepertinya salah sangka. Orang yang bernama Yunho tadi berlari bukan ke salah satu rumah di deretan rumah sederhanannya. Melainkan berlari hingga ke ujung jalan, menyeberang dan memasuki sebuah rumah besar. Tak lama kemudian muncul sebuah mobil berwarna hitam dan berhenti di depan mereka.

"KYUHYUN!" seseorang dari dalam mobil memekik kaget.

"Dia adikku, Changmin. Dia melihat kalian dari balkon tadi dan ternyata dia mengenal Kyuhyun dan juga Kibum. Tidak apa dia ikut?"

Heechul tidak mampu memikikan apapun selain mengangguk. Yang terpenting sekarang adalah penanganan untuk adiknya. Bukan tentang siapa yang akan ikut dan tidak.

Waktu bergulir cukup lama. Ruang UGD masih dipenuhi oleh 2 orang uisa dan beberapa ganhosa. Di luar, Heechul sedang menengkan Kibum yang tengah menangis dan menggumamkan rasa bersalahnya.

"Apa Kyu terkejut karena aku langsung membangunkannya ketika ia tertidur? Mianhae…jeongmal mianhae Hyung."

"Tenanglah, ini bukan salahmu." Heechul yang juga masih diselimuti rasa panik hanya mampu menggumamkan kalimat singkat.

"Keluarga Kim Kyuhyun." Tiba-tiba suara seorang uisa menginterupsi.

"Kami. Kami Hyungnya."

Uisa itu tampak mengerutkan keningnya. "Apa orang tua kalian ada?" tanya uisa itu dengan raut wajah yang sulit diartikan. "Sepertinya hal yang akan saya sampaikan akan sedikit serius."

Heechul menggenggam erat jemari tangan Kibum yang tiba-tiba bergetar. "Orang tua kami…" Heechul menarik napas dalam-dalam. "Mereka meninggal." Suara Kibum membuat Heechul menoleh. Adiknya itu? Benarkah anak itu menyebut bahwa orang tua mereka meninggal? Oh…bagus sekali. Memang kalimat itu juga yang ingin Heechul katakan.

"Baiklah. Kalian berdua silahkan ke ruangan saya."

Kibum menangis dan Heechul, ia masih berusaha terlihat tegar dengan vonis yang baru saja disampaikan oleh dokter di depannya. "Belum terlalu parah. Tapi mendengar cerita Kibum-ssi dan melihat reaksi saudara Kyuhyun, sepertinya kondisi jantungnya sekarang ini tidak terlalu baik. Saya menyarankan untuk melakukan terapi atau olah raga ringan, serta pola makan yang sehat dan teratur untuk menghindari kerusakan yang berlanjut."

Heechul dan Kibum masih diam tak menjawab. Keduanya sibuk menggumamkan lantunan do'a agar apa yang mereka dengar hanyalah mimpi ataupun hal yang salah. Keduanya berdo'a agar adik kecil mereka tetap bisa hidup bersama hingga nanti semuanya kembali dalam keadaan baik-baik saja.

"Aku tidak mau meminum obat ini. Ini obat apa Hyung? Ishhh…aku seperti orang yang sakit parah saja…"

"Aku kan hanya masuk angin karena tertidur di lantai."

Kibum memasang wajah datar. Sementara Heechul masih mencoba tersenyum mendengar gerutuan adiknya.

"Hidup kita sudah susah sekarang. Jika sampai aku tdiak keluar dari tempat ini secepatnya dan aku tertular penyakit yang berbahaya, aku akan bunuh diri saja.."

Heechul terbelalak dan hampir memukul kepala adiknya jika ia tak menyadari sesuatu yang bening mengalir dari pipi pucat milik Kyuhyun.

"Pasti akan menyusahkan memiliki penyakit parah dengan kondisi ekonomi kita sekarang. Jadi, sebaiknya aku pulang hari ini saja Hyung. Jebal..aku ingin pulang..aku benci tempat ini..aku tidak mau menghabiskan uang Hyungdeul.."

Heechul tak sanggup lagi melihat mata adiknya yang sudah dipenuhi air mata yang bahkan sudah tumpah. "Aku benar-benar akan bunuh diri jika sesuatu yang buruk benar-benar terjadi…jadi tolong sebelum penyakit di luar sana masuk ke dalam tubuhku, bawa aku pulang. Hiks…Hyungie, Kyu ingin pulang…pulang"

Saat itu Heechul dan Kibum hanya pasrah. Menuruti permintaan adiknya untuk pulang. Merahasiakan semuanya hingga sekarang. Berkata bahwa obat yang di konsumsi adiknya hanyalah sebuah 'Vitamin'. Kibum mengatakan kepada Kyuhyun bahwa 'Kau akan mudah sakit jika tidak minum Vitamin ini. Biaya Rumah Sakit sangat mahal. Kau tidak mau kan masuk kesana dan menghabiskan banyak uang?' Penjelasan Kibum yang satu itu membuat Kyuhyun tak banyak bertanya dan membantah jika setiap hari harus mengkonsumsi 'Vitamin'. Hyungnya bilang 'Vitamin' itu jauh lebih murah dari pada obat. Jadi ia tak perlu khawatir tentang biaya untuk membeli 'Vitamin'. Kyuhyun yang polos akhirnya menurut, terlebih karena ia takut masuk Rumah Sakit dan menghabiskan uang tabungan Hyungnya untuk kebutuhan sehari-hari dan untuk membayar sewa rumah.

"Hyung sudah pulang?" Heechul tersadar dari lamunan panjangnya. Ia mendapati Kibung yang tengah mengeluarkan beberapa bahan makanan dan 'Vitamin' yang sebenarnya adalah obat wajib milik Kyuhyun.

"Ne. 30 menit yang lalu."

Kibum mengangguk-anggukan kepala. "Dia mungkin tertidur. Aku tadi pulang dan Kyu bilang dia belum makan. Kyu-kyu kehabisan obatnya.."

Heechul mengangguk paham. "Uang tabunganmu masih?" tanya Heechuk ketika melihat begitu banyak kebutuhan makan dan kebutuhan sehari-hari yang Kibum beli.

"Hmm..hari ini orang tua siswa Junior High bimbinganku memberikan bonus. Anaknya menjadi juara pertama di sekolah."

"Aigoo, kau memang hebat, Bummie," puji Heechul. Adiknya itu hanya tersenyum kecil. Khas seorang Kibum.

"Hyung membawa jjangmyeon." Heechul mengacungkan sekantong makanan yang ia beli.

"Sebaiknya dipanaskan saja dulu. Kita makan setelah membangunkan Kyuhyunie tengah malam nanti."

"Ne, Hyung."

-CK-

"Hyung, hari ini pendaftaran beasiswa bukan?" Tanya Kyuhyun antusias di sela sarapan paginya. Kibum mengangguk. "Ne. Hyung sudah menyiapkan berkas-berkas kita. Ada kira-kira 3 penerima beasiswa jalur prestasi yang diambil dari 3 besar juara umum sekolah."

"Semoga kita mendapatkannya lagi ya, Hyung?"

"Tentu saja kalian mendapatkannya. Kim Kyu, Kim Ki kalian sangat genius. Jadi jangan khawatir kalian akan di tolak. Arra?"

"Arraseo, Hyung."

-CK-

Kibum meremas kedua jemarinya hingga buku jarinya memutih. Sekolah merubah persyaratan penerima beasiswa untuk tingkat pertama Senior High. Ya..kali ini memang Kibum tengah mendaftarkan dirinya beserta Kyuhyun sebagai calon penerima beasiswa seperti yang pernah mereka dapatkan di Junior High School di yayasan yang sama sebelumnya. Tapi persyaratan kali ini. Kibum tidak yakin Kyuhyun akan mendapatkannya.

"Maafkan kami Kim Kibum. Kalian memang langganan beasiswa dari Junior High School. Tapi melihat riwayat kesehatan adikmu dan mengingat kembali persyaratan yang harus dipenuhi…kami mohon maaf. Adikmu, Kim Kyuhyun. Dia terpaksa di hapus dari penerima beasiswa."

Kibum menunduk. Dia sudah memprediksikan hal ini ketika membaca persyaratan baru tadi di web sekolahnya. Tapi tidakkah itu egois bagi Kyuhyun. Anak itu, adiknya juga tidak akan mau memiliki penyakit yang seperti itu. Dan apa-apan ini? Sekolah ini memberi persyaratan agar penerima beasiswa adalah siswa yang berprestasi, sehat jasmani dan rohani. Hal tersebut dimaksudkan agar semua penerima beasiswa bisa menjalankan semua kegiatan sekolah dan memenuhi poin tanpa terkecuali selama si penerima bersekola di yayasan tersebut. Lalu bagaimana dengan Kyuhyun?

"Saem..adikku. Bahkan dia tidak tau jika dia sakit. Menurut Saem, penjelasan seperti apa yang nanti akan ku sampaikan pada Kyuhyun tentang pengajuan beasiswanya yang di tolak?"

"Kim Kibum.." Yeoja cantik itu mendadak merasa bersalah.

"Maaf atas ketidak sopananku Saem. Tapi, apa tidak ada cara lain? Kau tau bukan, aku dan Kyuhyun hanya hidup bersama Hyung kami. Lalu bagaimana kami bisa membayar uang sekolah yang sebesar itu?"

Park Minji. Guru konseling sekaligus istri dari atasannya di café tempat ia bekerja itu hanya mampu terdiam. Minji tau semua kehidupan Kibum, karena ia pernah sekali berkunjung saat mengantar Kibum pulang ketika anak itu mengalami insiden kecil 3 bulan yang lalu.

"Sebentar. Aku akan menanyakan kepada ketua yayasan. Sebenarnya hanya satu donatur yang menginginkan persyaratan ini ada. Dia donatur terbesar di yayasan sekolah ini. Tunggu disini sebentar."

Kibum mengangguk patuh. Membiarkan gurunya itu pergi sebentar menuju menja kerjanya untuk menghubungi seseorang. Sebenarnya ada 2 orang guru lagi dalam ruangan itu. Namun sepertinya kedua orang itu tidak terlalu perduli.

Lama menunggu. Akhirnya Park Minji kembali dengan….wajah sendunya.

"Aku mengerti, Saem. Tidak usah dijelaskan. Maaf sudah terlalu banyak menyita waktumu. Untuk biaya sekolah adikku….aku dan Hyung akan bekerja lebih keras lagi." Kibum pamit undur diri setelah sebelumnya menunduk hormat pada Minji dan juga 2 orang pengajar lain yang sedari tadi mengacuhkannya.

"Kau terlalu baik, Minji. Jika Nyonya Kim tau kau berbuat seperti itu pada calon penerima beasiswa, Nyonya Kim yang terhormat itu pasti akan menghentikan donasinya dan berkahir dengan kau diberhentikan mengajar di sini." Ujar salah seorang rekan Minji yang sedari tadi memilih diam.

"Aku tau. Tapi…aku juga sangat mengerti bagaimana kehidupan anak itu. Mereka sebatangkara. Adiknya menderita gangguan jantung. Hah..memikirkannya saja sudah sulit. Apalagi mereka yang menjalaninya?"

"Sudahlah, Minji. Biarkan mereka menjalani kehidupan mereka sendiri. Untuk meraih sukses memang harus melewati jalanan terjal lebih dulu. Kau tak perlu terlalu memikirkan hal yang bukan tanggung jawabmu."

Minji diam. Tentu saja dia tidak mendengarkan omongan kedua rekannya yang seakan tak peduli apapun dengan kehidupan orang lain. Minji diam karena berpikir mengenai jalan keluar untuk salah satu orang yang dikenalnya. Minji tau ia berasal dari keluarga baik-baik dan memiliki otak yang genius.

-CK-

"Hyung, maafkan aku. Nilaiku kemarin memang sempat menurun." Ujar Kyuhyun sedih. Ia tengah berada di pinggiran lapangan basket menyaksikan Changmin yang sedang berlatih di sana.

"Aku akan bekerja juga untuk membantu biaya sekolahku."

"Jangan berpikir yang tidak-tidak." Tolak Kibum masih memandang lurus teman-temannya yang berlatih basket.

"Hyung, memikirkan pekerjaan itu adalah hal normal jika kita sedang dalam kesulitan ekonomi. Kenapa Hyung mengatakan aku berpikir yang tidak-tidak?" Kyuhyun merengut.

"Biar Hyung dan Heechul Hyung saja yang bekerja. Kau mudah sekali sakit." Tolak Kibum yang selalu menggunakan alasan yang sama setiap kali Kyuhyun berniat untuk bekerja.

"Aku akan memilih pekerjaan yang tidak berat Hyung. Kasir misal..uangnya akan lumayan 'sedikit' membantu."

"Ku bilang tidak ya tidak!" Tanpa sadar intonasi suara Kibum naik. Membuat rekannya yang sedang berlatih basket dan beberapa murid lain yang ikut menonton menoleh.

Changmin yang melihat dari kejauhan segera mendatangi kedua sahabatnya. Tidak mempedulikan teguran pelatihnya untuk segera kembali berlatih.

"Kau membentaknya, Kibum!"

Changmin bukan orang bodoh yang tidak mengerti masalah yang sedang terjadi. Hari ini adalah hari pendaftaran beasiswa. Changmin juga membaca persyaratan terbaru yang dibacanya tadi pagi. Changmin merupakan satu-satunya orang selain Heechul dan Kibum yang mengetahui perihal kondisi kesehatan Kyuhyun. Kibum pernah memberitahunya dan menitipkan Kyuhyun kepada Changmin jika Kibum sedang tidak bisa mengawasi adiknya. Itulah sebabnya Changmin bisa mengetahui semuanya. Kondisi ekonomi sahabatnya pasti akan lebih sulit setelah ini.

"Hyung, maaf. Aku tidak akan bekerja. Aku akan di rumah saja sepanjang hari setelah sekolah. Hyung jangan marah, ne?"

Kibum mencelos melihat adiknya justru memohon dan tersenyum ke arahnya. Kibum tau sebenarnya adiknya kecewa. Melihat mata yang berbinar itu berembun membuat dada Kibum mendadak sesak. Kau bodoh Kibum, membuat adikmu malu di depan umum dan membentaknya?Kibum bodoh.

Kibum tak tahan melihat mata adiknya yang semakin berkaca-kaca. "Hyung yang harus minta maaf. Maaf karena sudah membentakmu." Kibum merangkul tubuh adiknya.

"Jangan memikirkan apapun. Hyung akan bekerja keras."

Changmin mengamati interaksi kedua sahabatnya. Changmin sebenarnya ingin membantu. Ia sudah mulai menabung setelah Kibum memberi tahunya bahwa kondisi Kyuhyun sedang tidak baik. Changmin hanya bermaksud mengumpulkan banyak uang dan akan memberikan kepada sahabatnya itu jika mereka sedang membutuhkan. Dan sekarang, apakah sudah saatnya? Tapi..Kyuhyun pasti menolak.

"Kalian bicaralah baik-baik. Kibum…aku benar-benar akan memukulmu jika kau berani memarahi Kyuhyun lagi! Dasar Hyung bodoh!" Changmin berlalu kembali memasuki lapangan. Kibum ataupun Kyuhyun hanya mampu tersenyum. Sudah menjadi kebiasaan Changmin menceramahi Kibum jika Kyuhyun terluka. Changmin sama overprotective jika itu menyangkut Kyuhyun. Kyuhyun adalah anak yag baik, penurut dan polos. Akan sangat bersalah jika melihat namja itu terluka walaupun itu adalah perbuatan orang lain.

"Hyung, tapi kenapa beasiswaku di tolak? Apa hanya karena nilaiku menurun sedikit?" Kyuhyun kembali membuka suara.

"Sepertinya begitu, Kyu. Seleksi di Senior High School tidak sama seperti di Junior High School." Kibum sedikit bersyukur ponsel milik adiknya rusak. Jika tidak pasti adiknya sudah bertanya macam-macam. Terlebih tentang penambahan persyaratan yang adalah tentang riwayat kesehatan.

"Tahun depan, aku akan lebih bekerja keras Hyung. Maafkan Kyu, ne?"

Kibum tersenyum. Dia sangat menyukai jika adiknya menyebut namanya sendiri dengan sebutan 'Kyu' bukan 'aku'. Adiknya itu akan terlihat lebih imut dan menggemaskan.

"Kyu-kyu, kita kembali ke kelas saja ne? Sebentar lagi bel masuk."

"Tapi Chang…."

"Aku sedang tidak ingin dibantah Kim Kyu.."

Kyuhyun akhirnya menurut. Kibum akan sangat menyeramkan jika sudah memanggilnya dengan sebutan Kim Kyu. Padahal jika Heechul yang memanggilnya dengan sebutan itu, akan terdengar sangat manis.

"Bum-bum Hyung jelek…eh" Kyuhyun hampir menabrak tubuh tegap Kibum saat Hyungnya itu berbalik.

"Kau mengatakan sesuatu?" Kibum mengangkat salah satu alisnya. Membuat Kyuhyun semkain taku.

"Ani. Kka..kita harus cepat Hyung." Kyuhyun berjalan cepat mendahului Kibum. Dia tak ingin Hyungnya melihat ia berbohong. Karena Kibum akan menjadi orang yang sangat peka jika Kyuhyun sedang berbohong. Semacam perasaan antar saudara kembar.

-CK-

"Apa mereka mengirim uang lagi?" Kibum bertanya. Ia sedang berada di kamar Heechul malam ini. Kyuhyun sudah tertidur. Dan ini adalah waktu yang tepat untuk memberi kabar buruk kepada Hyungnya.

"Ya. Seperti biasa." Jawab Heechul acuh.

"Hyung?"

Heecul menoleh. Tidak biasanya adiknya itu masuk ke dalam kamarnya dan menanyakan hal yang basa basi seperti tadi. "Ada masalah apa?" Heechul membalik tubuhnya mengahadap ke arah Kibum yang tengah bersandar di kepala tempat tidurnya.

"Pengajuan beasiswa Kyuhyun di tolak."

"Mwo?" Tentu saja Heechul terkejut. Ia yakin dengan kemampuan adik bungsunya. Walaupun Kibum lebih genius 8 poin dari Kyuhyun. Namun kemampuan adik bungsunya juga tidak bisa di anggap remeh. Kyuhyun selalu menduduki peringkat 2. Paling jelek peringkat 3, itupun waktu di Elementary School.

"Persyaratan baru mengharuskan penerima beasiswa adalah siswa yang sehat jasmani dan rohani. Tidak memiliki riwayat penyakit apapun." Kibum memejamkan matanya. Berbicara tentang penyakit, dadanya menjadi sesak. Saat mendengar kata penyakit, hal pertama yang muncul di kepalanya adalah Kyuhyun. Adik polosnya yang begitu ia sayangi.

"Apa kita tidak menggunakan uang pemberian itu untuk sementara saja Hyung?"

Heecul menoleh, "Tidak. Kita sudah sepakat dari awal untuk tidak lagi berhubungan dengan orang egois seperti mereka. Kau ingat itu Kibum?" Marah Heechul. Kibum mengangkat tubuhnya, duduk di atas tempat tidur Hyungnya.

"Hyung memiliki tabungan. Cukup untuk membiayai sekolah kyuhyun tahun ini."

"Tapi, bukankah itu uang untuk pengobatan Kyuhyun." Kibum sepertinya kurang setuju.

"Kondisi Kyuhyun baik-baik saja hingga sekarang. Sakit yang dikeluhkan sejauh ini hanya pusing dan paling parah adalah demam. Uisa mengatakan kondisi jantung Kyuhyunie sedikit stabil."

"Tapi Hyung.."

"Kyuhyunie sangat menyukai banyak pelajaran kau tau?" Pertanyaan Heechul membuat Kibum bungkam. Tentu saja Kibum tau. Selain game, adiknya juga sangat suka belajar dan membaca buku.

"Kita prioritaskan terlebih dahulu yang ia perlukan sekarang, Untuk biaya berobat dan pendaftaran sebagai penerima donor jantung. Hyung akan menabung kembali."

Heechul menepuk kaki adiknya, membuat Kibum menoleh. "Uang bisa dicari. Tapi kebahagiaan Kyuhyun? Akan sulit kita berikan jika ia kembali terpuruk."

Kibum menelan ludahnya susah payah. Benar apa yang dikatakan Hyungnya. Di saat Kyuhyun terpuruk seperti dulu, butuh waktu hampir 2 tahun untuk mengembalikan senyum adiknya. Dulu saat…ah, rasanya Kibum sudah tidak ingin mengingatnya lagi.

"Besok Hyung akan mengambil uang dari mereka dan mengembalikannya lewat pos."

"Kau melakukan hal yang benar Hyung." Kibum tersenyum. Bahagia ketika Hyungnya juga membenci orang-orang yang sama.

"Tentu…mereka, tidak akan pernah ku maafkan."

"Ishh…aku bahkan lupa pernah terlahir dari rahim perempuan itu dan pernah di gendong pria itu sewaktu kecil."

"Yak..tidurlah. Jangan memikirkan hal yang tidak penting." Heechul mendorong tubuh adiknya menjauh. Kemudian merebahkan tubuhnya sendiri di kasurnya yang tidak terlalu empuk.

"Arra, kau mengusirku Hyung."

"Hm..kau sangat mengganggu Kim Ki."

Kibum terkekeh. Saudara tertuanya itu, masih saja bermulut pedas. Sama seperti Kyuhyun kadang kala.

-CK-

Kyuhyun bangun pagi-pagi sekali. Anak itu memutuskan untuk menyiapakan sarapan pagi untuk kedua Hyungnya. Walaupun hanya semangkuk sereal dan susu. Tadi saat ia bangun, Kyuhyun tak menemukan Kibum sama sekali. Hyung kembarnya itu sudah menghilang bahkan di pagi buta. Kyuhyun sempat ingin membangunkan Heechul. Hanya saja, ketika melihat Heechul yang begitu pulas tertidur, membuat anak itu mengurungkan kembali niatnya.

Kyuhyun menoleh saat seseorang keluar dari salah satu kamar. "Heechul Hyung bangun?" tanyanya.

"Seperti yang kau lihat maknae." Sahutnya masih setengah mengantuk.

"Kau menyiapkan sarapan? Kenapa bangun sepagi ini? Harusnya kau istirahat lebih banyak," tegur Heechul begitu melihat adik bungsunya bahkan sudah sangat rapi.

"Kibum Hyung tidak ada. Aku tidak tega membangunkan Heechul Hyung. Setelah mengerjakan tugas Kibum Hyung yang terbengkalai di atas meja, aku memutuskan untuk membuat sarapan."

Heechul menghela napas, kemudian mengacak surai coklat adiknya yang begitu polos. "Heechul Hyung, Bum-bum Hyungie eodie?" tanya Kyuhyun sambil menumpu kepalanya di atas meja.

"Mollayo. Mungkin ada keperluan."

"Keperluan di pagi buta? Keperluan seperti apa Hyung? Apa sangat penting?" Tanya Kyuhyun yang belum mengerti

"Kyuhyunie, Heechul Hyung. Kalian sudah bangun?" Kibum yang tiba-tiba memasuki rumah membuat Heechul dan Kyuhyun sedikit terkejut.

"Bum Hyung darimana?" Kyuhyun segera bertanya sambil bergelanyut manja pada kembaranya.

"Ada keperluan sebentar."

"3 jam. Itu tidak sebentar Hyung," Kyuhyun mengerucutkan bibirnya. Tangannya tengah sibuk mengambil sebuah bubuk coklat dan menyeduhnya dengan air hangat di dispenser.

"Ini. Hyung pasti kedinginan," walaupun masih terlihat marah dengan menghilangnya Kibum di pagi buta. Kyuhyun tetap memperlakukan Hyungnya dengan baik.

"Lagi pula, kenapa kau bangun pagi? Tidak biasanya" Kibum balik bertanya. Heechul yang tersadar dengan kegiatan aneh Kyuhyun pagi ini juga ikut mengangguk.

"Hanya sedang ingin…" sahut Kyuhyun. Kibum dan Heechul sama-sama melirik satu sama lain. Jika alasan Kyuhyun tidak logis seperti itu, maka bisa jadi…

"Mimpi buruk?" tanya Heechul.

"Tentang 'orang itu'?" imbuh Kibum.

"Jika memang begitu, kau tak perlu memikirkannya Kyuhyunie. Mereka sudah meninggal bagi kita. Kau ingat?" Heechul meletakkan sendoknya. Beralih menatap maknaenya yang menunduk dan memainkan kedua jemarinya. Kebiasaan Kyuhyun ketika gugup.

"Sudahlah jangan dipikirkan lagi. Kita keluar dari tempat itu untuk memulai kehidupan baru yang lebih baik. Kau tidak perlu takut lagi, arra?"

Kyuhyun mengangguk dalam pelukan Heechul. Sebenarnya terlalu sulit untuk menghapus ingatan buruk yang pernah terjadi di kehidupan masalalu Kyuhyun dan juga kedua Hyungnya. Banyak hal yang membuat Kyuhyun selalu takut jika mimpi itu datang. Kyuhyun sudah berusaha keras melupakannya. Tapi…bagaimanapun kedua orang yang telah melukainya dan kedua Hyungnya adalah orang yang dekat dengan mereka bahkan sejak mereka terlahir. Bagaimana Kyuhyun bisa dengan mudah melupakannya? Seumur hidup pun jika sudah terikat darah dengan mereka, akan sangat sulit sekali untuk terlepas.

"Wahh sepertinya sarapan pagi kita kali ini cukup lezat." Kibum berujar kegirangan. Sedikit berlebihan tepatnya.

"Ini hanya sereal dan susu Hyung. Bukan sesuatu yang special."

"Sesuatu yang biasa jika yang menyiapkan orang yang special, maka sesuatu yang biasa itu akan menjadi special."

Kyuhyun berbinar mendengar pujian Hyung kenbarnya, sementara Heechul, namja cantik itu tengah menatap adik pertamanya sambil begidik.

"Mendengar kalimat manismu yang terkesan datar. Kau berhasil membuatku merinding Kim Ki."

Kibum mengangkat kedua bahunya, bersiap menuangkan susu ke mangkuknya dan ke mangkuk Kyuhyun.

"Gomawo Bum-bum Hyung."

Kibum beralih mengacak surai coklat adiknya yang sudah mulai melahap sereal coklat di depannya, "Ceonmaneyo, Kyu-kyu."

"Nah, intonasimu kali ini sudah benar Kim Ki." Heechul tersenyum bangga. Tidak lagi mendengar nada datar seorang Park Kibum. Hal itu merupakan sebuah kemajuan yang sudah sepatutnya diacungi jempol.

"Jangan terus mengawasiku. Atau ku buat bulumu rontok karena merinding berjam-jam."

Kyuhyun tertawa lepas begitu melihat Heechul langsung menundukkan kepalanya sambil melapahap sarapan paginya dengan cepat.

"Hyung selesai." Heechul lari terbirit-birit menuju kamarnya. Kyuhyun sampai harus memegangi perutnya karena terlalu lama tertawa.

"Hahahaha…itu sangat lucu..hahahha appo hahahaha."

Kibum diam-diam tersenyum ditengah acara makannya. Interaksi dengan Heechul tadi sebenarnya hanyalah trik seorang Kibum untuk memancing dan mengalihkan perhatian adiknya. Dengan begini, Kyuhyun pasti akan melupakan perihal menghilangnya Kibum tadi pagi.

Mianhaeyo, Kyuhyunnie. Hyung hanya pergi untuk bekerja. Kau cukup diam, sehat dan berbahagialah…arra?

-CK-

"Yujin-ah, kau sengaja melakukan itu eoh? Kau semakin mempersulit mereka? Anak-anakmu sendiri?"

Wanita itu terlihat bangkit dari duduknya dan menatap pria di depannya dengan geram. "Diam kau Han. Mereka anak-anakku, terserah aku memperlakukan mereka seperti apa."

"Apa benar mereka masih anakmu? Setelah apa yang kau lakukan dulu Kim Yujin?" Laki-laki yang dipanggil Han itu mengusap wajahnya kasar. Matanya melirik sebuah foto keluarga yang terpasang apik di ruangan 'mantan' istrinya.

"Diam! Aku melakukan semua ini agar mereka cepat kembali. Kau tau, aku sangat membutuhkan anak-anak bodoh itu. Dan…kau?" Yujin menunjuk tepat di depan wajah 'mantan' suaminya.

"Kau tidak bisa diharapkan sama sekali dasar brings*k."

PLAK

Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi putih Yujin, hingga menimbulkan rona merah yang langsung kentara. Sementara itu, Han sepertinya sedikit menyesal karena telah melakukan hal di luar kendalinya.

"Kau sama saja Han…Kau selalu menggunakan tanganmu jika sedang berdebat.." Yujin mendudukkan tubuhnya yang gemetar hebat. Tangannya mengambil sebuah telephone dan terlihat tengah menghubungi seseorang.

"Ada penyusup gila di ruanganku. Cepat seret dia!"

"Yujin-ah, aku belum selesai dengan semua ini."

"Pergi! Aku tidak peduli lagi dengan urusanmu!"

Pasrah. Han mengambil sesuatu dari dalam saku jasnya. Melempar amplop berisikan banyak sekali uang.

"Itu uangmu. Mereka kembali menolaknya dan mengirimkan kembali uang itu di rumah lama kita…"

"Sebaiknya kau hentikan rencana konyolmu. Sepertinya semua akan sia-sia melihat mereka masih juga menolak uang pemberian kita.."

"Semoga harimu menyenangkan."

Semuanya berakhir dengan keputusan yang sama. Selalu tidak ada jalan keluar setiap Han datang dan meminta berbicara baik-baik dengan Yujin. Yujin sendiri, sepertinya wanita itu masih belum kapok juga setelah ditinggalkan ketiga anaknya dan diceraikan oleh suaminya. Yujin bahkan tega menambah persyaratan beasiswa sekolah dengan tujuan ingin ketiga anaknya kembali. Yujin tau benar, kesehatan Kyuhyun dari kecil tidak cukup baik. Jika terlalu banyak catatan medis dilaporan kesehatan calon kandidatnya. Pasti anak bungsunya itu akan ditolak dan memilih kembali bersamanya atas dasar kesulitan biaya. Tapi apakah yeoja keras kepala itu tau bahwa si bungsu menderita penyakit jantung selain kondisi fisik yang memang lemah sedari kecil? Tentu saja tidak. Terlalu sibuk dengan pikiran kejinya hingga tak ingin lagi mencari tau apapun tentang ketiga anaknya sekarang ini.

-CK-

Kibum tengah mengurut tengkuk adiknya yang baru saja memuntahkan sarapan paginya tadi. Sepertinya sereal bukanlah sarapan yang cocok untuk perut si bungsu. Udara yang cukup dingin, sarapan yang cukup manis dan istirahat yang kurang membuat Kyuhyun kembali sakit.

"Sebaiknya kita pulang saja." Kibum kembali berujar untuk yang kesekian kalian. Namun tetap dijawab dengan gelengan kepala oleh sang adik.

"Hanya masuk angin. Aku sudah terbiasa seperti ini jika Hyung lupa."

'terbiasa'? Kibum tersenyum miris mendengar penjelasan adiknya. Kyuhyun memang mudah sekali sakit, namun bukan berarti terbiasa dengan hal semacam ini. Pasti ada banyak hal yang sedang dipikirkan adiknya.

"Jangan memikirkan hal yang bisa membuatmu sakit. Biaya sekolahmu sudah Hyung bayar tadi pagi."

"Mwo? Bagaimana bisa?" Kyuhyun menatap takjub Hyungnya. Kedua tangannya sibuk mengabil tisu di samping kloset.

"Kau lupa? Kedua Hyungmu adalah pekerja keras. Tabungan kami sangat banyak. Jika mengetahui jumlahnya, kau pasti kaget."

Kaget karena sisa tabungan hanya cukup untuk 5 hari ke depan. Batin Kibum miris.

"Benarkah? Apa tabungan Hyungdeul bisa untuk membeli banyak kaset game, roti coklat dan susu coklat?" Mata Kyuhyun berbinar ketika mengucapkannya.

"Permen coklatpun bisa."

Karena memang hanya permen coklat yang bisa Hyung beli untukmu, Kyu. Lanjut Kibum dalam hati.

"Wahhh, Hyungdeul sangat beruntung. Andai aku juga diperbolehkan bekerja. Tabunganku juga pasti akan sebanyak Hyungdeul," Ada perasaan kecewa saat mengucapkan kalimat itu. Kyuhyun hanya bisa berharap dapat bekerja dan melakukan banyak hal. Tapi batasan yang diberikan Hyungnya tentang kegiatan-kegiatannya membuat Kyuhyun tidak bisa berbuat banyak.

"Jangan memulai lagi Kim Kyu..sebaiknya aku mengantarmu pulang saja." Kibum berujar dingin. Sama sekali tidak menyadari senyum miris dan air bening yang sudah merembes di kedua pipi pucat adiknya.

Heechul Hyung, Bum-bum Hyung. Sebenarnya apa yang terjadi denganku? Batasan-batasan semacam itu…kalian membuatku takut. Apa aku…..

..sakit?

To Be Continue

Haloo semua..

Sebagai permulaan, saya pikir 17 page sudah cukup panjang hehehehe

Semoga kalian suka. Ide yang aku bikin mungkin sangat absurd dan banyak ditemukan di luar sana. Tapi sebisa mungkin aku buat seperti versiku…banyak tanda tanya (?)

Untuk yang belum berteman dan mengenal baik saya, bisa invite 539B449A.

Terimakasih semua. Semoga ff yang aku bikin bisa dijadikan sebuah hiburan disela kesibukan kalian.

Jangan lupa reviewnya juga^^

ILOVEYOU SEMUAA