Pagi itu Karamatsu terbangun dengan mendapati dirinya terduduk di kursi dingin ruang inap, kepala disangga kasur beralas fabrik lembut nan dingin beraroma obat. Jarinya bertaut dengan milik seseorang di sisinya, tubuh ringkih yang tengah tertidur pulas—entah kapan akan bangun, ia sudah menunggu sedemikian lama untuk itu.
Dari awal hari yang berganti begitu saja menjadi minggu, meninggalkan Karamatsu tinggal diam dengan persepsi tak pasti….
Kapan, kapan, kapan….
Sampai semua bertumpuk menjadi bulan-bulan, yang mana kondisi si Sulung tak kunjung menemukan kabar baik. Seolah Osomatsu masih sangat hidup layaknya hari-hari kemarin, selalu enggan diganggu, wajahnya begitu damai saat ia tertidur. Karamatsu pun akan selalu seperti itu, selalu menjadi sosok yang tidak tegaan. Akan tetapi jika ia memang mau membangunkannya sekarang, juga bukan berarti ia bisa.
"Osomatsu-niisan, aku tahu tempat sewa DVD murah lho. Chibita yang kasih tahu, aku sudah pernah bilang padamu belum, ya?"
…
"Bukankah itu lucu? Tidak kusangka Chibita ternyata bisa jadi jantan juga! Hahahaha…."
…
"Hei." Karamatsu berbisik pelan, nadanya bergetar naik-turun menahan isak; lagi-lagi Osomatsu tak merespon perkataannya. Begitu diam, begitu bisu. " Osomatsu-niisan…."
Tetes asin jatuh dari ujung matanya, turun perlahan lalu singgah di punggung tangan yang terlelap. Membuat Karamatsu lantas bertanya-tanya, apa Osomatsu bisa merasakanya? Sebenarnya apa yang tengah dilakukan saudaranya sampai membuka mata saja terasa begitu berat?
"…tolong bangun lah…."
Hingga satu pagi lagi yang terlewat, Karamatsu telah putus asa. Semua tentang Osomatsu, beserta kematiannya … ah, Karamatsu bisa apa?
.
(Ia harusnya sudah lama mati, namun sesuatu menahannya—seakan Osomatsu benar-benar membencinya, Karamatsu tidak akan bisa pergi. Tidak sampai kakaknya terbangun dari koma.)
.
Osomatsu-san © Akatsuka Fujio
