Steps to Perfect Love
Summary : Ketika sebuah persahabatan yang telah lama terjalin, harus dihadapkan pada sebuah ego bernama cinta. Dan ketika ego mereka lebih memilih cinta, akankah mereka sanggup menjalani tahap demi tahap untuk sebuah kesempurnaan cinta?
Disclaimer : Bleach© Tite Kubo
Warning : AU, OOC, typo, deskripsi yang bermasalah, de em be el (dan masih banyak lagi)
Main pair : Kurosaki Ichigo x Kuchiki Rukia
Genre : romance, hurt/comfort
Don't like? Don't read!
Steps to Perfect Love
Written by : choco purple
Prologue
Bulan Juni, awal musim panas. Pagi hari pun langit sudah nampak begitu cerah. Itulah yang akan kita rasakan di kota kecil bernama Karakura. Pagi ini saat semua manusia tengah sibuk untuk memulai aktivitas harian mereka yang padat, langit seolah memberi semangat baru untuk mereka.
"Hei! Ayo cepat! Kalau sampai kita terlambat, itu adalah salahmu!" seolah tak peduli dengan pemandangan langit cerah yang tersaji, seorang pemuda berambut orange berlari dengan cepat sambil meneriakki seorang gadis kecil yang berlari tak jauh di belakangnya. "Siapa bilang ini semua salahku, eh? Kau juga salah!" balas gadis kecil tersebut. "Aku juga salah? Memangnya siapa yang lupa menaruh buku PR, sampai-sampai aku yang disalahkan?" pemuda berambut orange yang memiliki nama Kurosaki Ichigo berteriak keras-keras kepada gadis kecil yang masih berlari di belakangnya. "Hei! Lalu kenapa kau tidak ikut membantuku mencarinya? Kalau kau tadi membantuku pasti kita lebih cepat menemukannya dan tidak akan terlambat seperti sekarang!" teriak gadis kecil bernama Kuchiki Rukia yang sedari tadi berlari di belakang Ichigo.
.
Rukia's P.O.V
"Enak saja! Itu 'kan bukumu! Kenapa juga harus aku yang harus mencarinya?" ikh! Si jeruk busuk ini terus saja menyalahkanku. Kemarin malam 'kan aku habis pergi keacara resmi perusahaan nii-sama sampai larut malam. Wajar 'kan kalau aku lelah dan tidak sempat menata buku pelajaran apalagi mengingat dimana buku PR-ku! Menyebalkan! "Memang apa salahnya membantuku mencari buku PR? Kau ini temanku bukan, hah?" aku tambah kesal dengan jeruk busuk ini. Dia selalu saja tidak peduli padaku, padahal kami sudah berteman sejak SMP
Biar kuperkenalkan dulu diriku. Namaku Kuchiki Rukia, Kuchiki itu marga dari kakak iparku. Singkat cerita aku diadopsi oleh kakak iparku yang menikah dengan kakak kandungku. Aku sudah tidak punya orang tua, mereka meninggal saat aku masih bayi. Kakakkulah yang merawatku sejak kecil. Dan sekarang kakakku sudah menikah dengan pewaris tunggal Kuchiki corp. Jujur aku bahagia dengan hidupku yang sekarang meski dulu hidupku dan kakakku sempat sangat sulit karena hubungan kakakku dengan kakak iparku ditentang oleh sesepuh keluarga Kuchiki. Tapi sekarang semuanya telah membaik,tak ada lagi yang menentang hubungan mereka, kurasa. Dan cowok tinggi berambut orange yang berlari di depanku itu adalah temanku sejak SMP. Kalau diingat-ingat pertemuan pertama kami tidak bisa dibilang baik-baik saja. Malah jauh dari kata baik-baik-saja, suatu saat akan kuceritakan pertemuan kami. Sekarang aku sudah mulai kepayahan berlari, kalau Ichigo sih jangan ditanya dia 'kan jago olahraga. Ngomong-ngomong soal Ichigo, kalian tahu? Sejak masuk SMU bulan April lalu, aku merasa aneh ketika aku menatapnya. Ada sesuatu yang berbeda dalam diriku. Seperti jantungku yang tiba-tiba berdebar sangat kencang, darah diseluruh tubuhku terasa berdesir dengan cepat dan wajahku seperti terbakar. Aku tahu dia sudah sangat berbeda dengan ichigo yang dulu. Dulu saat SMP Ichigo tidak setinggi ini, saat kelas satu tingginya nyaris sama denganku. Entah sejak kapan dia jadi setinggi ini. Wajahnya pun sudah tidak kekanak-kanakkan seperti dulu wajahnya begitu….tampan? Tentu saja dia 'kan laki-laki. Bahkan penampilannya sekarang jauh dari kesan anak-anak dia begitu….keren? Ya, keren, itu istilah yang sering digunakan murid-murid perempuan di Karakura High School untuk mengagumi Ichigo. Kemeja yang tidak dimasukkan sama sekali, rantai aneh yang menggantung dicelananya, rambut jabrik acak-acakkan. Benar-benar terkasan urakan, tapi tetap saja dia itu tampan. Astaga! Aku baru sadar! Pantas saja saat upacara penerimaan siswa baru, dua bulan yang lalu Ichigo menjadi pusat perhatian banyak gadis. Jadi ini sebabnya, dia terlihat begitu -apa tadi istilahnya?...keren? Ah! Iya, keren! Aku pun manggut-manggut sendiri sambil terus berlari dibelakang Ichigo.
Awal Juni lalu aku sempat bertanya pada teman dekatku, Rangiku, tentang masalah aku yang sering berdebar saat bersama Ichigo. Dan kalian tahu apa pendapatnya? Di bilang 'seprtinya kau sudah jatuh cinta pada Ichigo!' sambil tertawa sangat keras. Yang benar saja. Aku, Kuchiki Rukia, jatuh cinta pada Ichigo? Tidak mungkin! Ya! Itulah yang ada dalam otakku,'tidak mungkin!' Sampai tiga hari setelahnya, aku mulai tak yakin dengan kata 'tidak mungkinku!'ku itu. Dan hingga detik ini aku yakin aku sadar 100% aku memang jatuh cinta pada Ichigo.
Hei! Dia menoleh lagi ke belakang, tepatnya ke arahku. Apa-apaan ini dia menggapai tanganku dan sekarang dia mulai menarikku untuk berlari lebih cepat. Sial! Larinya benar-benar cepat. Kau tahu Ichigo, jika kita sedang tidak terlambat, aku benar-benar ingin menghajarmu! Dan kau tahu apa lagi? Tangan besarmu yang menggandeng tanganku membuat jantungku berdetak jauh lebih cepat dibanding gara-gara berlari!
"Pokoknya kalau kita terlambat itu semua salahmu, midget!" kau memang menyebalkan Ichigo!
.
End of Rukia's P.O.V
.
.
Ichigo's P.O.V
"Sudah kubilang kau juga bersalah karena hanya diam dengan tampang bodoh di atas tempat tidurku dan bukannya membantuku mencari buku PR-ku!" argh! Dasar midget, suaranya keras sekali. Dia mulai berteriak padaku padahal sudah jelas kalau buku PR-nya hilang itu adalah salahnya, kenapa malah menyalahkanku.
Kurosaki Ichigo. Kenapa? Itu namaku! Jangan tertawa! Arti namaku bukan strawberry tapi pelindung! Ingat! Pe-lin-dung! Huft, aku adalah anak tertua dikeluarga Kurosaki. Kenapa lagi? Aku sedang memperkenalkan diriku. Aku punya adik kembar dan seorang ayah yang bodoh diluar batas. Meski bodoh dia adalah pemilik tunggal Karakura Hospital, sekaligus dokter disana. Jujur aku tak yakin dengan kemampuan ayahku, mengingat tingkahnya lebih seperti orang gila saat di rumah. Ibuku meninggal saat aku masih duduk di bangku sekolah dasar, dan itu sempat membuatku terpukul. Aku bahkan sulit berkomunikasi dengan orang-orang disekitarku, aku benar-benar tertutup. Hanya beberapa orang saja yang mau bersamaku dan menjadi temanku. Aku sempat menjauh dari kehidupan yang dikatakan normal, sampai seorang gadis bertubuh kecil-atau pendek, datang dalam hidupku. Dia adalah Kuchiki Rukia, gadis yang kini sedang kugandeng dan kutarik paksa agar berlari sama cepat denganku. Aku tahu dia sudah sangat lelah, tapi kalau tidak begini kami bisa terlambat. hitung-hitung sesekali mengerjainya.
Dan ngomong-ngomong soal melindungi, aku benar-benar ingin melindungi si midget ini. Entah sejak kapan dia jadi seseorang yang sangat penting dalam hidupku. Dan kau tahu? Baru kusadari Rukia yang sekarang berbeda dengan Rukia tiga tahun lalu. Sekarang dia sudah tumbuh jadi seorang gadis yang sangat manis, meski pendek. Aku selalu berdebar saat bersamanya. Jujur kali ini saat aku menggandengnya jantungku sudah berdetak tidak karuan. Tangannya begitu kecil dan halus. Kalian tahu saat aku bicara dengan Renji tentang perasaanku dia bilang apa? Pertama Renji tertawa seperti orang kerasukan dan menepuk bahuku sangat keras, lalu berkata, 'Tak kusangka. Seorang Kurosaki Ichigo bisa jatuh cinta!' Kesan pertamaku adalah bengong. Aku tak yakin aku jatuh cinta pada Rukia. Tapi sekarang aku yakin aku mencintai Rukia.
Aku menoleh lagi padanya, "Bisakah kau tidak berteriak? Itu akan semakin membuatmu kelelahan dan kita akan semakin terlambat." Rukia tidak berkomentar apa-apa, tapi wajahnya malah manyun dan itu terlihat imut dimataku. Bletak! Kurasakan kepalaku seperti dipukul sesuatu, dan benar saja saat menoleh aku melihat tangan kiri Rukia mengepal dan menatapku angker, "Jangan menyalahkanku lagi atau kuhajar kau!" dasar Rukia. Mau sampai kapan dia hobi menjitak kepalaku?
.
End of Ichigo's P.O.V
.
.
Gerbang utama Karakura High School mulai terlehat, dan itu membuat Ichigo semakin cepat berlari sambil terus menarik paksa Rukia.
"Hosh…hosh…hosh….hhh…" kini hanya suara nafas tersengal-sengal yang terdengar dari Ichigo dan Rukia. Posisi mereka sekarang berada di deretan loker milik murid-murid KHS, "Tak ada waktu lagi. Cepat ganti sepatu dan kita ke kelas. Lihat sudah tak ada siapa pun di sini!" kata Ichigo sambil melihat ke sekelilingnya yang sudah sangat sepi. "Hosh…hhiya…hh..," jawab Rukia masih dengan nafas terengah-engah. Segera mereka mengambil sepatu mereka dari loker mereka masing-masing yang kebetulan bersebelahan. Dan kini mereka kembali berlari menuju kelas mereka di lantai tiga…
"Rukia. Hari ini jam pertama, siapa gurunya?" Tanya Ichigo saat mereka berdua sudah sampai didepan pintu kelas mereka. "Ng…siapa ya?" Rukia mencoba mengingat siapa guru yang mengajar mereka pada hari Senin jam pertama."Akh! Mayuri-sensei!" hampir Rukia memekik keras-keras. "Yang benar saja! Kita akan mati!" Ichigo terlihat frustasi. Siapa yang tidak tahu Mayuri-sensei, dia adalah guru mata pelajaran kimia yang terkenal sangat tidak bisa mengampuni keterlambatan muridnya. Dia akan memberi hukuman yang bisa dibilang berat kepada muridnya yang terlambat. Dan mengingat tentang Mayuri-sensei sukses membuat Ichigo dan Rukia menatap horor pada pintu kelas mereka. "Bagaiman ini? Masuk tidak?" Rukia mulai ragu untuk masuk ke dalam kelasnya. "Sudahlah, kita masuk saja. Dari pada bolos, nanti hukumannya lebih berat," kata Ichigo sambil mencoba mengumpulkan keberanian untuk menghadapi guru dengan julukkan 'the freak teacher' itu. "Kau yakin? Bagaimana kalau nanti kita dikuliti?" Tanya Rukia yang mulai paranoid. "Itu tidak mungkin. Paling hanya disuruh membersihkan koridor sepulang sekolah," kata Ichigo dengan tenang. "Apa? Kau bercanda! Kau pikir seluas apa sekolah ini, hah!" Rukia benar-benar merasa tak sanggup dengan hukuman semacam itu. Tentu saja, ini adalah Karakura High School, sekolah termewah di kota Karakura dengan bangunannya yang sangat besar dan luas. Memiliki fasilitas terlengkap dan hanya murid dengan keadaan ekonomi diatas rata-rata saja yang dapat bersekolah di sini. "Sangat luas," jawab Ichigo polos. "Ugh! Dasar bodoh!" Rukia mengerang kesal karena kepolosan atau mungkin kebodohan Ichigo. "Sudahlah. Ayo masuk," Ichigo langsung memegang knop pintu lalu menggesernya, yang kontan langsung membuat Rukia menahan nafas.
Sreeg! Pintu terbuka dan memperlihatkan pemandangan kelas pada umumnya-murid-murid yang sedang memperhatikan apa yang sedang diajarkan oleh sang guru-. Tapi tidak jika posisi kalian sama dengan Ichigo dan Rukia disini, ini adalah pemandangan terburuk yang pernah mereka lihat. Kini semua murid yang semula memandang kepapan tulis yang berisi rumus-rumus aneh, kompak mengarahkan pandangan mereka kearah pintu dimana disana telah berdiri tersangka utama- Ichigo dan Rukia. Sedang sang guru-dalam kasus ini adalah Mayuri-sensei, menatap mereka dengan angker. "Terlambat, eh? Kurosaki? Kuchiki?" Tanya Mayuri-sensei pada dua murid malang itu. "Maaf sensei. Tadi di rumah kami tidak ada mobil, jadi kami jalan kaki," Ichigo memberanikan diri untuk menjawab dengan salah satu alasan yang memang benar membuat mereka terlambat-selain karena buku PR Rukia. "Kalian siap untuk hukumannya?" tanya Mayuri-sensei tanpa mempedulikan alasan Ichigo. "Eh! Iya, si-siap," jawab Ichigo gagap. "Baiklah. Bersihkan laboratorium kimia dan tata semua zat kimia disana," ucap Mayuri-sensei tanpa ampun. "Baik, sensei," ucap Ichigo dan Rukia lalu keluar dari kelas mereka diiringi pandangan kasihan teman-teman mereka, mengingat betapa luas laboratorium di sekolah itu. Dan tentunya dengan koleksi zat kimia yang jumlahnya jauh dari kata sedikit.
.
Lantai dua Karakura High School
Lab. Kimia
"Hhh…melelahkan," keluh Rukia sambil terduduk di lantai. "Hmm…" Ichigo pun ikut duduk disamping Rukia. Hening. "Kau sih. Kenapa tidak bilang kalau semua mobil di rumahmu dipakai. Tahu begitu tadi pagi aku tidak akan memperbolehkan Hisagi meminjam mobilku," kata Ichigo mengusir keheningan diantara mereka. "Hh… ma-maaf…hh…a-aku kan tidak tahu…hhh," jawab Rukia dengan irama nafas yang mulai tak teratur. Tanpa Ichigo sadari wajah Rukia memucat, nafasnya tersengal-sengal, paru-parunya mulai terasa sesak akibat pasokan oksigen yang sulit dihirupnya. "Ya sudahlah. Ayo kembali ke kelas, hukuman kita sudah selesai," Ichigo berdiri bersiap menuju ke kelasnya. Baru dua langkah Ichigo berjalan, ia berbalik lagi karena Rukia tak kunjung berdiri. "Hei, Rukia! Mau sampaikapan kau disitu?" Ichigo kesal karena Rukia tak kunjung berdiri dan hanya membungkuk sambil kedua tangannya menapak pada lantai. "Ayo, Ruki-" Bruk! Ichigo tak sempat melanjutkan kalimatnya karena kini ia melihat tubuh kecil Rukia tengah tergeletak lemas di lantai. Wajahnya pucat, matanya terpejam, dan nafasnya begitu berat. Ichigo panik, "Rukia! Oi, Rukia! Jangan bercanda! Ini tidak lucu!" "Rukia! Oi, Rukia! Rukiaaa…."
~to be continued~
Hehehe…..*nyengir. Saya author baru, dan ini fic pertama saya. Maaf kalau abal-ga ada bakat*nebar aura suram. Oia perkenalkan saya cho, lengkapnya choco purple. Cho masih kelas dua SMA, masih sangat buta dalam dunia tulis menulis jadi cuma bisa buat fic kaya' gini.
Ini pengalaman pertama saya bikin fic, sebelumnya saya hanya jadi reviewer atau malah cuma jadi silent-reader. Ini baru prolognya, jadi masih pendek. Kalau bisa saya usahain chapter dua lebih panjang dan cepat update.
Soal deskripsi, cho adalah orang terpayah nomor lima di kelas, jadi maklumi saja kalu disini deskripsinya ga jelas.
Karena cho masih baru dan jelas masih buta tentang dunia per-fic-kan jadi cho mau mohon bantuan dari senpai sekalian. Saya sangat yakin masih ada banyak kesalahan dalam fic diatas, jadi saya mohon senpai sekalian mau memberi tahu saya apa saja yang perlu diperbaiki. Singkat kata saya mohon reviewnya…. N arigatou buat yang udah nyempetin baca.
.R.E.V.I.E.W.
.P.L.E.A.S.E.
