Kawai No Okama
Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto
Story by Kuroi Sora18
Pair : Sasuke U. X Naruto U.
Warning!
Alur kecepetan/ update siput/ story super gaje
Fic ini mengandung unsur BL atau Boys Love bagi kalian yang tidak suka, silahkan klik tombol back pada layar masing-masing. Saya author cinta damai, lebih suka kritik yang membangun dari pada flame nggak bermutu.
Summary :Damn! Uchiha dan tradisi anehnya! Diwajibkan memiliki calon pendamping hidup di usia 18 tahun. Sementara Sasuke Uchiha adalah remaja kuper yang sulit jatuh cinta yang harus menjalani tradisi itu.
"Dame!"/" Jadilah kekasihku!"/ " HEEEEEEH?!"/ Akankah Sasuke menemukan cintanya?
Bibir Sasuke manyun beberapa centimeter sementara mata onyxnya memelototi kalender di kamarnya selama dua jam. Nampak di kalender itu di tanggal 23 bulan Juli tahun ini, dilingkari dengan spidol warna merah super tebal. Di tanggal itulah dirinya berulang tahun yang kedelapan belas yang akan menjadi list paling bersejarah dalam hidupnya. Hari yang akan menentukan masa depannya. Hari dimana dia, Uchiha Sasuke- si Kaichou Konoha Gakuen yang kurang pergaulan aka kuper akan memilih calon pendamping hidupnya.
Damn! Uchiha dan tradisi anehnya! Dia bahkan baru akan merayakan usianya kedelapan belas bulan depan, kenapa dia harus repot-repot memilih pendamping hidup yang bisa dia pilih lain kali, lain waktu, lain cerita dan yang lain-lainnya. Intinya dia tidak mau ribet dengan urusan jodoh-jodohan seperti itu. Dia mempunyai sebuah pepatah jika jodoh pasti tidak akan pergi kemana-mana. Makanya dia masih betah menjomblo sampai saat ini. Sangat disayangkan memang. Padahal dia sangat populer di sekolahnya. Tapi dia adalah makhluk penyendiri bermulut pedas dan berwajah tembok. Orang pasti akan berfikir dua kali jika ingin mengikat sebuah hubungan dengannya.
Tapi dengan menjalani tradisi aneh itu, dia akan dianggap menjadi Uchiha yang dewasa dan matang. Tapi bagaimana menjalaninya? Dia saja selalu kabur jika berdekatan dengan makhluk paling cerewet yang disebut dengan 'perempuan'. Sasuke misuh-misuh dalam hati. Ia akan dicap sebagai Uchiha tidak bermutu yang tidak laku-laku karena masih menjomblo di usia delapan belas tahun. Dengan kata lain dia adalah produk gagal Uchiha. Kawaisou ne~
KRIET~
Bunyi deritan pintu kamarnya membuat Sasuke menoleh kearah pintu dan menatap tajam orang yang mengganggu acara semedinya.
" Yo! Nani suru nda, baka otouto?"
Sasuke memandang sinis kakaknya yaitu Itachi Uchiha yang baru saja pulang dari kantornya.
" Ada apa kemari? Aku sedang tidak ingin diganggu." ujar Sasuke judes. Dia menyibukan diri dengan membuka-buka buku matematikanya -berpura-pura belajar.
" Kau pasti sedang memikirkan ulang tahunmu bulan depan kan?"
Itachi terkekeh melihat wajah adiknya tiba-tiba menggelap. Dia melangkahkan kaki menuju tempat tidur dan duduk disana.
" Apa kau sudah menemukan calon adik ipar untuk ku?"
" Urusai! Jangan bahas itu didepanku."
Dahi Itachi mengkerut menjadi beberapa lipatan.
" Kau belum menemukannya ya?"
Jleb! Binggo!
" Kenapa kau tidak pilih saja salah satu dari fansmu? Mereka pasti akan dengan senang hati menjadi kandidat pasanganmu."
" Dame!" sela Sasuke cepat. Tangannya menyilang di depan dada membentuk huruf 'X'. Dia lalu bersidekap membelakangi Itachi.
" Mereka semua berisik, merepotkan dan mengerikan. Aku lebih memilih menjomblo seumur hidup dari pada memilih salah satu dari mereka."
Itachi tersenyum tipis melihat kelakuan adiknya. Pebisnis muda itu menepuk bahu Sasuke pelan.
" Ganbatte ne!"
Memutar bola matanya malas, Sasuke hanya menggumam menanggapi perkataan Itachi.
.
.
.
Akatsuki Cafe
" Irrasemasen, Ouji-sama~"
Seorang gadis berpakaian maid berwarna merah dan hitam menyambut seorang pelanggan laki-laki yang baru saja memasuki kafe yang terletak di pinggir kawasan taman terbesar di Konoha.
" Konnichiwa, Naru-chan!"
" Ah, Itachi-san?!"
Sosok berseragam maid itu menegakan badannya dan menatap pria itu dengan pandangan terkejut.
" Tumben sekali kau datang kemari."
Namikaze Naruto, crossdresser manis pegawai Akatsuki Cafe -siswa tahun pertama Uzushio Gakuen.
" Hari ini shiftmu siang ya?"
" Ya begitulah, karena Deidara-nii sakit, jadi aku yang menggantikannya. Oh ya- biasanya kau datang setiap hari sabtu. Apa ada urusan yang penting?"
Naruto mengekor di belakang Itachi yang berjalan menuju ruangannya yang terletak bersebelahan dengan dapur.
" Ah, ada sesuatu yang akan aku kerjakan disini."
Naruto pun mengangguk mendapati jawaban Itachi.
" Kalau begitu aku akan membuang sampah sebentar."
" Satu lagi Naru-"
"Ya?"
" Aku akan mengerjakan sesuatu yang penting di ruanganku. Jika ada seseorang yang datang mencariku, bilang saja aku sedang tidak ingin diganggu."
" Ha'i! Wakatta!" ujar Naruto seraya berlalu kearah pintu belakang untuk membuang sampah.
.
.
.
KLIRING~
" Irrasemasen, Ouji-sama."
Naruto berojigi sambil tersenyum manis kearah tamu yang baru saja datang.
" Hn."
Tamu yang Naruto menggerutu sebal. Dia memandang pemuda yang memakai kemeja biru dongker itu berjalan menuju meja nomor 7 .
" Apa ada yang ingin anda pesan, Ou-"
" Dimana Itachi?"
Badan Naruto menegak menyimpan buku notenya di sakunya.
" Anda mencari Itachi-san? Oh, dia sedang sibuk dan tidak ingin di-"
" Panggilkan dia untukku sekarang juga." ucapnya dengan nada memaksa. Membuat tangan Naruto gatal ingin meninju sesuatu.
" Sumimasen, anda siapa dan bisakah anda tidak menyela kata-kata saya. Itu tidak sopan." jawab Naruto dengan senyum yang dipaksakan.
" Dobe."
CTAK!
" Oi, Teme! Jika kau datang ke kafe ini hanya untuk menyulut sumbu emosiku, lebih baik kau pergi saja! "
Naruto bekacak pinggang menatap tajam Sasuke yang duduk anteng sambil memainkan smartphonenya.
Sasuke akhirnya mendongkak melihat siapa sosok pelayan yang begitu kurang ajar kepadanya -adik owner kafe ini.
Oh, my my! Biru. Mata biru yang sangat mempesona. Sasuke terpesona sesaat. Kemana saja matanya yang tidak menyadari ada maid manis di kafe milik kakaknya yang menyebalkan?
" Oi!"
Naruto menoel-noel tangan Sasuke dengan ujung sendok. Lamunan Sasuke buyar seketika.
" Ehem..." Sasuke berdehem sok berwibawa.
" Aku, Uchiha Sasuke adik Uchiha Itachi. Bisa aku bertemu dengannya?"
Dahi Naruto menyerngit. Kenapa perubahan nada bicara pemuda itu cepat sekali?Pasti dia punya dua kepribadian. Batin Naruto absurd.
" Tunggu disini biar ku panggilkan."
Naruto berbalik dan menuju ruangan tempat Itachi berada.
" Badannya bagus juga." ujar Sasuke sambil menyeringai.
Lima menit kemudian Sasuke melihat anikinya keluar dari sebuah ruangan yang terletak di samping dapur. Dia melihat kakaknya tersenyum sambil mengacak surai pirang maid yang ditaksirnya. Membuat bibir Sasuke manyun beberapa centimeter. Cewek yang dia suka digebet kakaknya sendiri yang jelas-jelas sudah mempunyai pasangannya sendiri yang dia ikat tiga tahun yang lalu. Rasanya sakit men~
" Kau rupanya, Otouto. Ada apa kau mencariku?"
Dengan tampang malas Sasuke menyerahkan sebuah amplop berwarna coklat kepada Itachi.
" Dokumenmu tertinggal. Kaa-san memintaku untuk mengantarnya kepadamu."
" Arigatou. Dokumen ini memang akan kuberikan pada Tou-san setelah ini."
" Oh ya!"
Alis Itachi naik beberapa centi melihat ekspresi sok misterius Sasuke.
" Ada apa? Apa kau lapar hingga ingin aku bawakan sesuatu? Akatsuki Dessert sangat terkenal disini. Kau mau?"
" Lupakan soal Akasuki Dessert atau apapun itu namanya. Aku tidak lapar dan kau juga tau aku tidak suka makanan manis."
Itachi mengangguk paham.
" Jadi apa?"
" Pelayan tadi -siapa namanya?" tanya Sasuke nyaris berbisik.
" Namikaze Naruto. Kenapa kau suka padanya?"
" Namanya terdengar sangat 'manly' untuk ukuran nama seorang gadis." ujar Sasuke sembari memperhatikan sosok Naruto yang sedang mengelap meja.
" Haha." Itachi tertawa garing. " Bukannya itu yang membuat dirinya terlihat 'unik'? Kau bisa melihatnya sendiri bukan? Dia pegawai favoritku dan pelanggan disini."
" Kau berpacaran dengannya ya?"
" Jangan bercanda! Aku tidak mungkin memacari anak SMU! Lagipula aku sudah mengikat Uzumaki Kyuubi sebagai pasanganku."
" Yeah."
Sasuke menompang dagu. Memandang Naruto yang tersenyum lembut menyambut tamu yang datang. Ingin rasanya Sasuke menjadi satu-satunya orang yang bisa melihat senyum manis itu. Dia merasa tidak rela jika senyum itu diumbar kepada semua orang.
" I found you ."
.
.
.
.
" Hah~"
Naruto menghela nafas lelah ketika ia selesai mengepel lantai kafe sendirian.
" Kau sudah selesai, Naruto?"
Akasuna Sasori - koki di kafe Akatsuki itu datang sambil membawa segelas jus jeruk di tangannya .
" Ini minum dulu. Kau pasti lelah."
Naruto meletakan alat pelnya begitu saja dan berjalan gontai kearah Sasori.
" Terima kasih. Aku memang sedang lelah lahir batin hari ini."
Sasori menaikan sebelah alisnya. Dia menarik salah satu kursi dan duduk di salah satu meja disitu.
" Ceritakan masalahmu!" perintahnya sok bossy. Membuat bibir Naruto mengerucut lucu.
#Flashback...
" Namamu Namikaze Naruto?"
Naruto yang sedang sedang membuang sampah di pintu belakang menoleh dan mendapati 'tamu menyebalkan' yang dia temui tadi sedang berdiri di belakangnya. Orang itu adalah Sasuke.
" Hah?"
Naruto menatap Sasuke dengan tatapan seolah-olah Sasuke adalah alien aneh yang baru saja mendarat di bumi.
" Besok jam tujuh malam. Kutunggu di depan monumen hokage."
" Tapi besok-"
Baru saja akan mengelak, namun Sasuke sudah mengelarkan kartu As-nya membuat Naruto tidak bisa membuat alasan lagi.
" Aku sudah bilang kepada aniki jika jadwalmu hari ini diliburkan. Kau siswi tahun pertama jadi kurasa belum banyak tugas yang diberikan. "
" Hieee~"
" Aku mengajakmu kencan besok."
" HEEEEEEEHHHH?!"
Sasuke menyeringai menyebalkan. Sementara Naruto, mata birunya melotot lebar. Bagaimana bisa dia tahu jika dia adalah seorang siswi tahun pertama? Tunggu siswi? Apakah Sasuke mengiranya adalah seorang SISWI?! Bagaimana bisa dia berkencan dengan sesama kaumnya sendiri? Sasuke akan tahu jati dirinya dan mengecapnya sebagai pria aneh kalau begitu caranya.
.
.
.
" Bwahahaha~ "
Sasori menghiraukan tatapan tajam Naruto dan masih asyik tertawa sendiri sambil memegangi perutnya.
" Sasuke mengajakmu -kencan? Hahaha~"
" Urusai,Sasori-nii! Ini bukan lelucon!"
" Gomen, gomen! Aku tidak bermaksud menyinggung perasaanmu." ujar Sasori sambil menghapus air mata yang menggenang di sudut matanya.
" Kau tinggal bilang saja jika kau ini seorang laki-laki."
" Iya sih! Tapi jika dia mengecapku sebagai laki-laki aneh, bagaimana?"
Naruto membuka pita seragam maidnya membuat dada datarnya terlihat. Sasori merona hebat dibuatnya.
" So-soal itu sih tergantung persepsi orang -orang." Sasori sedikit berdehem, tindakan agresif Naruto membuat jantungnya toki doki tidak karuan.
" Kupikir kau sudah menyadarinya."
" Menyadari apa?" tanya Naruto polos sambil memiringkan kepalanya -berlagak innocent.
" Baka! Tentu saja menyadari bahwa hampir semua pelanggan kafe ini mengira kau itu seorang perempuan. Bahkan, beberapa kali pelanggan pria menepuk -ehem- pantatmu. Dan bagaimana bisa kau bersikap BIASA SAJA?!"
Naruto mengorek lubang telinganya sendiri dengan jari kelingkingnya seolah ada semut yang masuk ke dalamnya. Terasa begitu mendengung.
" Tentu saja aku bersikap begitu, kupikir mereka sudah tahu aku seorang crossdresser karena aku bekerja di kafe bertema cosplay." ujar Naruto seraya mengerucutkan bibirnya. Melihat bibir Naruto di monyong- monyongkan begitu membuat Sasori tidak tahan ingin mengikat bibir itu dengan tali jemuran milik neneknya.
" Haa~ baiklah-baiklah. Jadi bagaimana? Kau akan memberitahunya kau sebenarnya adalah seorang laki-laki?"
" ..."
Naruto diam saja. Tangannya sibuk menggoyang-goyangkan gelas berisi jus jeruk yang baru saja diminumnya.
" Tenang saja! Sudah kubilang jika itu tentang persepsi orang kan? Lihat aku, aku biasa saja melihatmu berkeliaran di kafe ini dengan dandanan seperti itu."
" Cih. Kau bahkan pernah pingsan saat kau tahu aku ini sebenarnya seorang laki-laki ketika kita pertama kali bertemu. Dan kau selalu menghindar jika kita berganti baju bersama."
Sasori diam seketika.
" Kalau begitu kau datang saja. Dan jika Sasuke menyatakan cinta kepadamu, kau tolak saja! Dengan begitu dia akan menjauh dengan sendirinya."
Naruto memandang Sasori dengan mata menyipit. Mencoba mencari gerak - gerik jahil seniornya.
" Kau yakin cara ini akan berhasil?"
Bagaimanapun juga kencan dengan sesama kaummu sendiri pasti akan terasa awkward. Harga dirinya sebagai laki-laki tulen juga akan terasa seperti terinjak - injak dengan sepatu buluk penuh dengan kotoran sapi. Membayangkannya saja sudah membuatnya merasa merinding setengah mati.
" Zettai ni!" ujar Sasori sambil mengacungkan kedua jempolnya.
.
.
.
Sudah satu jam lamanya Naruto memagut dirinya di depan cermin yang menggantung di dinding apartemen sederhana miliknya. Setelah kemarin dia diberi wejangan ini itu oleh seniornya, besoknya dia memutuskan untuk menemui Sasuke dengan wujud perempuannya. Dia memakai rok biru selutut dipadukan dengan kemeja tanpa lengan berwarna soft yellow dan blazer berwarna biru. Rambut palsunya dia ikat tinggi -tinggi hingga menampilkan leher jenjang miliknya.
" Sekarang aku tidak kaget Sasuke mengiraku adalah seorang perempuan. Ternyata aku memang mirip perempuan. Kau hebat Naruto!"
Semenit berikutnya kepala Naruto tertunduk begitu saja .
" Tidak seharusnya aku berbangga diri dengan fakta menyedihkan ini. "
Drrrrrttttt...Drrrrrrtttttt...Drrrrrtttt
Mata biru Naruto teralih kearah ponselnya yang bergetar di atas meja belajarnya. Saat dia melihat nama yang terpampang di layar ponselnya, Naruto menghela nafas lelah.
" Ha'i. Moshi-moshi Naruto desu."
" NARUTOOOOO!"
Sesegera mungkin Naruto menjauhkan ponselnya dari telinganya.
" Jangan berteriak tiba-tiba, Kaa-san! Gendang telingaku bisa jebol!" Naruto membalasnya dengan nada tinggi.
" Biar saja! Apa kau lupa dua hari yang lalu Kaa-san memintanu untuk menemani Kaa-san ke rumah teman lama, huh anak nakal!"
Naruto mendengus mendengar kata-kata ibunya.
" Aku tidak bisa. Hari ini aku sedang kerja dan sangat sibuk. Ajak saja Tou-san!"
" NANI?!"
Untuk kedua kalinya Naruto merasa ditulikan oleh suara ibunya sendiri yang cetar membahana semesta itu. Ingatkan Naruto untuk ke dokter THT setelah ini.
" Ayahmu tidak bisa! Dia bilang, dia sedang sakit kepala . Ibu tidak tega membangunkannya dari tempat tidur."
Naruto bersiap pergi dengan menyambar tas selempang berwarna kuning yang dia pinjam dari tetangganya.
" Gomen ne, Kaa-san. Hari ini aku benar-benar tidak bisa. Aku janji besok aku akan menemani Kaa-san ke tempat teman Kaa-san."
" Hounto?"
" Pasti! Sudah ya, bosku memanggil. Jaa na!"
Pip.
Naruto mendesah lega ketika dia berhasil menutup sambungan telefon ibunya secara sepihak.
" Kenapa hidupku jadi rumit seperti ini sih?"
Dia pun menepuk-nepuk pipinya sendiri lalu memasang ekspresi wajah bersemangat.
" Namikaze Naruto, semangat!"
.
.
.
Monumen Hokage, 19.15 PM
Sasuke nampak berdiri bersender di motor sport miliknya tidak jauh dari pintu masuk area monumen. Dia nampak keren dengan kemeja warna biru dongker dipadukan dengan jins dan jaket kulit mahal berwarna hitam. Berkali -kali dia melihat kearah jam tangan dan sekelilingnya. Namun berkali-kali pula dia tidak menemui sosok pujaan hatinya yang dia temukan kemarin.
Bibirnya mengulas senyum tipis ketika dia melihat objek pirang sedang berlari kearahnya.
" Sasuke- san, maaf membuatmu menunggu lama. Bus yang ku naiki mogok di persimpangan jalan dan membuat jalanan macet. Hounto ni gomenasai!"
"..."
Sasuke terdiam. Dia terpaku melihat penampilan santai 'perempuan' di depannya.
" Tidak masalah. Aku juga baru saja datang." ucapnya bohong. Padahal dia sudah datang dari pukul enam sore saking bersemangatnya.
" Ja- jadi apa tujuanmu mengajakku kemari? Kau tahu, bukannya aku sombong atau apa . Tapi aku ini adalah orang yang sangat sibuk. Jadi jika kau seenaknya saja me-"
" Jadilah kekasihku."
Mata Naruto berkedip -kedip beberapa kali sambil terbengong.
" Huh? Kekasih?" tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri dan dibalas dengan anggukan dari Sasuke. Selanjutnya, Naruto malah menepuk bahu Sasuke keras-keras sambil tertawa kaku.
" Jangan bercanda begitu, Sasuke-san! Aku habis berlari jauh. Jadi, jangan membuatku kehabisan nafas karena terlalu banyak ~"
" Aku serius."
Mata onyx Sasuke menatap lurus kearah mata biru di depannya.
" Jadilah kekasihku." pintanya sekali lagi dengan wajah serius dan merona. Jika Itachi melihat ini, Sasuke yakin dia pasti akan tertawa terbahak - bahak ketika melihat wajah adiknya yang terkenal berwajah datar bak papan triplek dan sedingin es di antartika sekarang dipenuhi oleh semburat warna merah di kedua pipinya.
" Gomen, tapi aku tidak bisa. Kita bahkan baru bertemu kemarin."
Dalam hati Naruto mengumpat. Ingin dia katakan dia itu adalah seorang laki-laki tulen yang tidak mungkin berkencan dengan sesama kaumnya sendiri.
" Tidak masalah bagiku. Kita bisa saling mengenal jika kau sudah menerima pernyataanku."
" Etto, sebenarnya aku ini- "
" KYAAAA!"
Ucapan Naruto terpotong oleh teriakan seorang ibu-ibu yang berdiri tidak jauh darinya karena tasnya kecopetan.
" Tolong tangkap pencopet itu, anak muda." ibu-ibu itu datang dan menghampiri Sasuke.
" Tenang obaa-san, aku akan menangkap pencopet itu untukmu."
" Eh?"
Sasuke tekesiap ketika dia melihat Naruto berlari sangat cepat mengejar pencopet itu.
" Oi, kau mau kemana?" teriak Sasuke. Berdecak sebal, dia pun ikut berlari menyusul Naruto yang sudah berlari duluan di depannya.
" Jangan mendekat."
Pencopet itu terpojok di sebuah gang buntu tidak jauh dari area monumen. Pria berpakaian ala preman itu mengacungkan sebuah pisau lipat kearah Naruto yang berdiri di depannya.
Mata Sasuke membulat melihat pencopet itu mengacungkan sebuah senjata tajam kearah gadis pujaannya. Dia menggenggam tangan gadis itu mencegahnya agar tidak bertindak bodoh.
" Hei, menjauhlah Dobe! Ini berbahaya dan kau bisa terluka."
" Berhentilah meneriakiku, harusnya kau membantuku untuk menangkap tikus got ini, dasar Teme!"
" Apa katamu, bocah?" Pria pencopet itu menggeram marah. Dia melempar tas hasil curiannya semabarang arah lalu dia pun berlari menerjang Naruto dengan pisau ditanganya.
Naruto pun menyiapkan kuda-kudanya. Menghiraukan teriakan Sasuke yang menyuruhnya untuk menghindar.
" See no~ Heyaaaa!"
BUK! BUK! BUK!
.
.
.
.
Naruto membersihkan roknya yang kotor karena debu. Dia menendang tubuh si pencopet yang tergeletak tak berdaya di tanah. Dia beranjak mengambil tas yang tergeletak di dekat tong sampah.
" Teme, ayo kita kem- NANI?!"
Naruto memekik ketika dia melihat Sasuke sedang mengambil 'rambutnya' yang teronggok di tanah. Mata onyx Sasuke memandang lurus kearah Naruto yang sudah berdiri kaku bak patung batu. Tas yang baru saja dipungut Naruto terjatuh begitu saja memberi efek dramatis pada adegan nista ini.
" S-sasuke, aku bisa j-jelaskan."
Sasuke melangkah mendekati Naruto yang sedang gelagapan itu. Dia menyerahkan wig berwarna pirang itu kepada empunya.
" Sasuke, sungguh aku bisa jelaskan mengenai ini. Sebenarnya- " kata- kata Naruto lagi-lagi harus terpotong karena sebuah jari telunjuk Sasuke menempel di bibir peachnya.
" Tidak perlu, aku sudah tahu."
" He?" Naruto memiringkan kepalanya gagal paham dengan maksud dari kata-kata ambigu Sasuke. Sementara Sasuke tidak bisa menahan senyumnya ketika dirinya melihat ekspresi menggemaskan Naruto.
" Ya. Kau tidak perlu malu jika potongan rambutmu pendek seperti laki-laki."
" Ha?"
Nampak tanda tanya imager jatuh menimpa kepala Naruto. Sasuke masih terkikik geli sampai bahunya berguncang. Entah kenapa tiba-tiba perasaannya jadi bahagia sekali.
"Aku tahu jika kau ingin tampil cantik di depanku dengan memakai wig itu. Tapi tenang saja, aku menyukaimu apa adanya. Dengan rambut pendek seperti itu kau jadi terlihat makin manis."
" Oi, omae-" wajah Naruto semakin merah karena malu. Harga dirinya sebagai laki-laki tulen serasa jadi seperti butiran debu saja.
" Aku ini memang seorang laki-laki, Teme!"
Sasuke berhenti terkikik. Dia menatap penampilan si pirang dari atas sampai bawah lalu berhenti di bagian dada. Dadanya memang 'berbeda' dari gadis kebanyakan. Sasuke menampar dirinya menyadari betapa mesumnya dirinya karena memandang dada seorang 'gadis'.
" Kau masih tidak percaya juga?"
" Tidak ada yang aneh dari penampilanmu. Kau terlihat seperti gadis pada umumnya."
Naruto memijit pelipisnya keras - keras melihat begitu keras kepalanya Sasuke. Padalah ia berharap dengan insiden jatuhnya 'wig' itu bisa membuat Sasuke menghindarinya dengan sendirinya.
" Sudahlah, ayo cepat kita kembalikan ta-"
Sasuke tergaket ketika seseorang menarik tangannya dan membuatnya menyentuh sesuatu hingga matanya hampir keluar karena saking kagetnya.
" Sekarang kau percaya kan jika memang aku ini punya 'pedang' yang sama denganmu." ujar Naruto ketus sambil memalingkan wajahnya yang dipenuhi semburat warna merah.
" O-omae..." suara Sasuke tercekat di tenggorokan. Wajahnya terasa sangat panas dan hidungnya entah kenapa seperti ada cairan aneh yang keluar dari hidungnya. Lalu semuanya berubah gelap.
Sasuke, totaly nosebleed!
.
.
.
.
.
TBC
