Naruto © Masashi Kishimoto
Afternoon © White Apple Clock
Rate : T
Genre : Romance
Main Pairing : SasuSaku
Warning :AU, miss-typo(s), ficlet, oneshot
DLDR!
Sirat jingga terlukis dengan indah di cakrawala sore. Mengiringi Sang Surya yang bersiap kembali pulang ke peraduannyaㅡufuk barat yang megah dengan mega-meganya. Desiran angin seakan berbisik padaku yang terduduk menikmati langit sore. Kerap mengucapkan dan menahanku untuk menunggu seseorang yang sangat di nanti-nanti. Ketika kesabaran beradu dengan kebosanan, saat mereka mulai berkecamuk di situlah dirimu muncul. Dari jauh dengan setelan jasmu yang berantakan kau mengambil langkah seribu. Mendekatiku dengan sekaleng minuman di genggaman. Aku menyambutnya dengan senyuman.
"Maaf membuatmu menunggu, Sakura." Sejenak kau mengambil napas setelah terengah-engah berlari menghampiriku. "Ini, kau pasti haus selama menungguku, kan?"
Satu tawa lolos dari bibirku. "Sebenarnya sih, aku lapar," ucapku dengan canda. "Tapi, ya minuman ini masih kuterima."
Tanganku meraih kaleng itu dan langsung membukanya. Sejenak aku meneguknya, sebelum akhirnya aku bersuara di antara keheningan yang mendera. "Kok lama, Sasuke-kun? Tumben."
Kau belum menjawab. Hanya tatapan aneh dan rangkulan adalah respon sementara. "Urusan laki-laki, kau tidak perlu tahu," bisiknya.
Lantas aku langsung memukulmuㅡpelan tentunya.
"Pasti yang tidak-tidak." Aku menerka dan dibalas dengan senyum tipismu.
"Berhentilah melakukan sesuatu yang kekanakan! Dasar tidak sadar umur," gerutuku sambil menjitak kepala birunya.
"Siapa juga yang kekanakan, kau saja yang berprasangka buruk." Kau mendelik, lalu menjentikkan jarimu di keningku.
"Hei, sakit, bodoh!"
Kini senyummu semakin lebar, sejurus kemudian kau menggenggam tanganku. "Kau sendiri bagaimana? Masih kekanakan."
"Tapi kau suka kan?" Godaku, sembari memainkan genggaman kami.
"Kalau itu jangan ditanya."
Kami menutup percakapan dengan atmosfer bahagia mengelilingi kami. Itulah yang terjadi sebelum kau akan berangkat untuk tugas. Setidaknya, kita memiliki sesuatu yang bisa dikenang, selama jarak menguji kita. Salah satu kenangan yang pantas diingat apabila salah satu dari kita merindu.
"Nanti, kalau sudah sampai di Suna kabari aku, hm?" Aku bertanya saat kita mulai memasuki stasiun bawah tanah.
"Hn, jangan khawatir." Kau menjawab dengan tenang, bersamaan tangan besar nan hangat yang mengusak rambut pink-ku.
Baik Sasuke maupun aku mengakhirinya dengan senyuman. Aku menggenggam erat tiket, sambil melihat kereta bawah tanah yang silih-berganti berhenti lalu pergi. Dalam hati lamat-lamat aku memanjatkan doa, semoga kita tidak seperti kereta bawah tanah. Yang silih-berganti masalah datang menghampiri, karena cobaan akan memaksa kita untuk berhenti lalu pergi.
Tapi aku yakin, kita akan berdiri dengan kokoh seperti besi dan genggaman tangan seperti rantai menghalau cobaan yang bagaikan angin badai.
THE END
A/N : Selamat berpuasa bagi yang menjalankan!
Yosh, mind to review?
