Disclaimer: seventeen's & nu'est's belongs to Pledis, but the storyline's belong to me. homosexual theme.
© 2016 Oxydien Storyline
Untuk sebagian orang, menunggu bus adalah hal yang cukup membosankan, akan tetapi tidak bagi pemuda berpipi tembam yang waktu itu tengah duduk di sebuah halte bus di daerah gang-nam. Ia merasa tidak bosan karena saat menunggu bus adalah saat yang tepat untuk memperhatikan orang-orang di sekitarnya. Tidak, dia bukan stalker, apalagi pemuda mesum yang mencari incaran untuk dipepet di dalam bus nanti. Pemuda itu hanya senang saja memperhatikan orang yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Daripada memainkan ponsel pintar seperti orang idiot, bukankah lebih baik seperti itu?, begitu prinsipnya.
Tapi pagi itu, si pemuda kelebihan vitamin itu tampak suram. Kedua mata berwarna coklat hazel miliknya fokus menatap aspal di depannya, menemukan fakta bahwa aspal pun tampak lebih menarik daripada hal lainnya.
Mood-nya hari ini benar-benar hancur sampai-sampai untuk memperhatikan orang pun rasanya malas.
"Boo?"
Pemuda berpipi tembam bernama Boo Seungkwan itu menoleh, hingga iris matanya bertemu dengan iris mata coklat gelap milik laki-laki mungil di depannya. Laki-laki itu tersenyum cerah karena tebakannya benar, lain halnya dengan Seungkwan, Ia terlihat tidak minat untuk bertemu dengan siapapun—termasuk si mungil di depannya.
Lee Jihoon, nama pemuda yang lebih kecil mengambil tempat di sebelah Seungkwan, lalu berujar, "Aku tidak sabar mendengarmu menyanyi di Festival Musik Universitas Hangsan 2 minggu lagi."
Mendengar kata-kata Jihoon, mendadak Seungkwan rasanya ingin mencakar aspal yang sedaritadi dia tatapi. Maunya sih Seungkwan melupakan tentang Festival Musik apalah itu, tapi teman satu sekolahnnya itu malah mengingatkannya. Entah dia sial atau beruntung memiliki teman seperti Jihoon.
"Kudengar anak kelas akselerasi yang bernama Seokmin itu juga ikut."
Seungkwan mengalihkan pandangannya ke arah Jihoon secepat kilat, "Yang benar?" tanyanya, terkejut
"Ya, Seungcheol hyung yang bilang begitu."
Tiba-tiba, Seungkwan beranjak dari tempat duduknya, lalu mengguncangkan badan Jihoon sambil mengatakan terimakasih, dan selanjutnya si pipi tembam itu berlari entah kemana.
Jihoon mengendikkan bahunya. "Pasti obatnya habis."
I Wanna Runaway! (1)
Hansol Vernon Chwe x Boo Seungkwan / VerKwan
2,509 word(s)
Slight!JunHao!; SoonHoon!;SeungHan! Baekho - Zelo , etc
Boys-love;Shonen-ai!, AU!, friendship, school-life, romance, fluff, OOC!
FF ini ada kaitannya dengan FF JunHao 'Ice Ice Baby' yang ku-post sebelumnya. Bakal ada beberapa missing part yang bisa kalian cari di FF-ku yang itu. Happy reading!
Keringat membasahi jas sekolahnya, tapi Seungkwan masih terus melanjutkan jalan cepatnya menuju ruang Klub Musik yang bertempat di ujung gedung A sekolahnya.
"Boo!" Ini suara dengan aksen China yang kental. Siapa lagi kalau bukan si pangeran China, Moon Junhwi?
Seungkwan memberhentikan langkahnya, kemudian memberikan tatapan mematikan pada Junhui karena dia telah menganggu kegiatan Seungkwan.
"Apa?" Seungkwan bertanya dengan nada ketus setelah Junhui berada di hadapannya. Junhui yang tidak tahu salahnya apa langsung cemberut, "Aku hanya mau tanya, dimana Hoshi?"
"Memang kau pikir aku ini babysitter byeol* berisik itu apa?" kali ini Seungkwan bertanya diiringi nada sinis, lalu Ia berlalu, kembali ke tempat tujuannya, Klub Musik.
Junhui mengerutkan keningnya, tidak suka, akan tetapi Ia tetap diam saja ketika Seungkwan berjalan cepat melewatinya. Sudah kemarin sore dia kena damprat Minghao, pagi ini dia kena damprat oleh teman satu sekolahnya pula. Tapi pemuda Shenzen itu masa bodoh, dan lebih memilih untuk melanjutkan kegiatan membaca bukunya di bawah pohon maple. Mungkin musim ini adalah musim pemuda PMS, pikirnya konyol.
Sementara itu, Seungkwan membuka pintu ruang Klub dengan sedikit terburu-buru, menyebabkan pintu Klub nampak habis didobrak. Seungcheol yang berada di dalam ruang Klub itu sampai terkejut dibuatnya—dia awalnya sedang tidur di Sofa milik Klub Musik.
"Boo! Harga pintu itu lebih mahal daripada gaji kerja sampinganku di Kafe!" Itu suara Kang Dongho, pemuda berambut mohawk itu berteriak protes; ini karena dia yang membelikan semua kebutuhan Klub Musik, termasuk pintu Klub yang sering didobrak dengan tidak ber-keperipintuan oleh anggota Klub.
Seungkwan membentuk huruf 'V' –peace— dengan jari tangan kanannya, lalu memakai tangan kirinya untuk menutup pintu Klub dengan teramat pelan, tak mau membuat seekor harimau keluar lagi dari kandangnya.
Sang ketua Klub yang aktivitas tidurnya diganggu tampak ingin melanjutkan tidurnya lagi, tapi Seungkwan keburu melemparnya dengan bantal sofa. "Hei ketua pemalas, jelaskan padaku kenapa Lee Seokmin bisa ikut Festival Musik Hangsan." Nadanya kentara sekali menyuruh.
Seungcheol ingin memarahi Seungkwan karena pertama Seungkwan melemparnya dengan bantal, kedua Seungkwan berbicara dengannya memakai bahasa tidak sopan, ketiga Seungkwan menyuruhnya dengan tidak sopan juga. Namun mood-nya sedang bagus hari itu, jadi dia langsung menjawab, "Dia yang minta." Enteng.
Mendadak Seungkwan ingin menenggelamkan senior-nya ke dalam sumur.
"Seungcheol hyung! Seokmin itu pintar bahasa inggris sedangkan aku tidak! Kenapa sih kau tega sekali padaku?"
Dongho tertawa mendengar teriakan frustasi yang lebih muda, "Kalau begitu berusahalah, Boo."
"Aku sedang berusaha, Baekho hyung. Tapi aku tidak begitu yakin dengan pelafalan Bahasa Inggris-ku."
"Belajar saja dengan Seokmin, mudah 'kan?"
Seungcheol hampir saja mendapatkan bogem dari Seungkwan sebelum tiba-tiba pintu ruang Klub terbuka, menampilkan seorang laki-laki bersurai hitam panjang yang begitu menawan. Laki-laki itu memberikan tatapan bertanya-tanya pada posisi Seungkwan yang sedang menggenggam kerah seragam Seungcheol dengan kepalan tangan kanan yang siap mendarat di wajah tampan sang ketua Klub Musik tersebut.
Dongho atau yang dipanggil Baekho oleh Seungkwan itu menyapa lebih dulu, "Hai Jeonghan."
"Hai Baekho."
Laki-laki yang dipanggil Jeonghan itu dengan santainya masuk ke ruang Klub, padahal dia bukan dari Klub Musik. Tapi toh kalau ketua Klub Musiknya itu pacarnya, siapa yang bisa melarang?—untuk beberapa alasan Jeonghan terkenal dengan kelicikannya.
"Jam Klub pagi sudah selesai ya, Han?" tanya Seungcheol pada Jeonghan setelah Ia berhasil lepas dari cengkraman Seungkwan. Jeonghan mengangguk sebagai jawabannya. "Kalau begitu ayo kita ke kelas!" lanjutnya dengan semangat.
"Jangan mau, Jeonghan hyung! Ketua pemalas ini tidak melakukan apa-apa di jam Klub pagi tadi." Yang paling muda di ruangan itu melapor, membuat objek yang dilaporkan tampak tidak terima.
"Kamu bahkan datang paling belakang, Boo."
Seungcheol menebarkan senyum kemenangan, sebelum mengucapkan terimakasih melalui gerakan tangannya pada Baekho, dan direspon senyum simpul oleh Baekho; sebenarnya dia heran kenapa waktu itu Ia memilih Seungcheol sebagai ketua Klub Musik karena Ia baru sadar kalau sikap teman satu angkatannya itu seperti anak kecil. Sementara di sisi lain, Seungkwan hanya cemberut.
Jeonghan tertawa sebelum Ia berucap final, "Sudahlah. Ayo kita kembali ke kelas masing-masing."
Besok paginya, Seungkwan untuk kedua kalinya menikmati kegiatan menatap aspalnya sambil menunggu bus umum yang akan menuju sekolahnya. Ia tidak mau lagi mengulangi perbuatan bodohnya kemarin yang pergi ke Sekolah dengan berlari; kapok karena rasanya kakinya mau copot saja setelah sampai di sekolah. Biasanya Jihoon juga akan ikut menunggu bus dengannya, tapi kemarin Jihoon bilang Ia akan dijemput oleh Soonyoung. Jadi begitulah alasan kenapa pemuda asal Jeju itu lebih murung daripada sebelumnya.
Ketika ada seseorang yang menempati tempat duduk di sebelahnya, Seungkwan refleks menoleh, dan terkejut setelahnya. Kedua matanya berkedip dengan cepat, lalu berbinar, seolah-olah dirinya baru memenangkan lotere ke Hawaii. Seungkwan memandangi seseorang dengan perawakan tinggi dan wajah kebarat-baratan di sebelahnya dengan sangat teliti.
"Are you not Korean?"
Orang asing itu menatap Seungkwan bingung. Kedua alis orang itu bertautan, "Ne? Kau bicara dengan siapa?" balasnya dengan pelafalan Bahasa Korea yang fasih.
Seungkwan tertawa hambar, "Oh maaf, kukira kau orang asing." Tapi kemudian dia lagi-lagi memandangi lekat-lekat orang asing bergender laki-laki di sebelahnya, lalu berkata, "Kau mirip seseorang. Seperti… Leonardo Di Capiro!"
"Caprio." Laki-laki asing itu membenarkan ucapan Seungkwan, diakhiri dengan senyum miring.
"Oh iya betul! Kau anaknya ya? Wah, aku baru tahu kalau anak aktor Hollywood tinggal di Seoul!"
"Aku bukan anaknya dan aku ini memang sudah tinggal di Korea Selatan sejak kecil."
Seungkwan lagi-lagi tertawa hambar. "Lupakan saja ucapan konyolku tadi. Aku hanya sedang bergurau."
Laki-laki itu ikut tertawa, namun Ia benar-benar tertawa karena menurutnya sikap Seungkwan begitu menggemaskan; seperti bocah SMP yang suka menyimpulkan sesuatu dengan pikirannya sendiri. Lantas laki-laki itu menunjuk bus yang baru datang, "Sepertinya itu bus-mu." Seungkwan kontan berdiri dan buru-buru masuk ke dalam bus, meninggalkan laki-laki asing itu dengan senyuman yang tak lepas dari wajahnya.
Jujur saja, Hansol tidak begitu suka berbicara dengan orang asing, tapi setelah berbicara dengan pemuda berpipi tembam yang akhir-akhir ini menyita perhatiannya di Halte Bus membuatnya mengubah persepsinya tentang 'berbicara-dengan-orang-asing-hanya-akan-membuatnya-canggung'. Dan Ia bersyukur atas hal itu. Sebenarnya niat Hansol hanya ingin duduk saja karena kakinya pegal habis menemani keponakannya bermain kuda-kudaan, tapi takdir berkata lain—Hansol terlalu banyak membaca buku yang tidak realistis sampai percaya dengan hal-hal tentang takdir.
Di musim gugur seperti ini, pengunjung toko musik cenderung meningkat. Jadi mau tak mau, Hansol yang mengerjakan kerja sampingannya sebagai penjaga toko musik harus bekerja ekstra pada musim itu.
Hansol menggulung lengan kemejanya dengan rapi, kemudian tersenyum pada salah satu pengunjung yang baru memasuki toko, "Welcome to Healing's Music." Yang dibalas senyuman oleh pengunjung laki-laki itu.
Baru saja pengunjung laki-laki itu masuk beberapa langkah ke dalam toko, seorang pemuda dari luar tiba-tiba berlari mencegatnya. Dan Hansol sangat mengenali pemuda itu.
"Boo Seungkwan! Minggir." Tepat sekali, dia si pemuda kelebihan vitamin yang sering Ia temui di Halte Bus. Ngomong-ngomong, Hansol baru tahu kalau nama lengkapnya Boo Seungkwan. Dia hanya tahu kalau pemuda itu dipanggil 'Boo'.
Seungkwan menarik kuping kanan laki-laki di depannya, "Sudah kubilang, tunggu Seungcheol hyung dulu, Choi Junhong. Kita tidak punya uang bagaimana caranya membayar kaset Utada Hikaru sunbaenim yang akan kita beli nanti?"
Saat iris mata coklat hazel itu bertemu dengan iris mata coklat terang milik Hansol, tangan yang semula menarik kuping laki-laki lain itu langsung terlepas. Hansol tersenyum tipis, seakan bisa memaklumi tontonan pertengkaran gratis di depannya.
"Ma-maaf." Lalu dengan secepat kilat, dua sosok pembuat keributan tadi menghilang dari hadapan Hansol; lebih tepatnnya Seungkwan menyeret temannya pergi.
Mengendikkan bahu, Hansol memilih untuk tak begitu ambil pusing perihal keonaran tadi. Tapi ada sesuatu yang membuatnya tertarik. 'Utada Hikaru ya?' segera setelah berganti shift, dirinya mencari semua kaset musik yang berkaitan dengan penyanyi asal Jepang, Utada Hikaru. Sepertinya label cuek yang telah Ia terima sejak SMP harus Ia telan bulat-bulat kali ini.
Soal telan bulat-bulat, Soonyoung jagonya menelan bulat-bulat Kimbap yang baru saja Ia masukkan ke dalam mulut. Junhui menatapnya ngeri, sementara Seungkwan—masih dengan mood buruknya—terlihat tidak tertarik sama sekali dengan adegan berbahaya yang ditunjukkan oleh Soonyoung.
Pemuda Shenzen itu memukul dahi Soonyoung menggunakan sumpitnya, "Kau lapar apa doyan hah?" tanyanya sarkastik. Soonyoung nyengir saja.
"Ngomong-ngomong, junior kesayangan kita ini kenapa?"
Ini sudah hari ketiga dimana wajah ceria Seungkwan berubah menjadi tidak enak dipandang—bagi Soonyoung. Dari yang biasanya cerewet dan enerjik sekarang menjadi seperti mayat hidup. Kalaupun ditanya atau diganggu pasti akan menyerang seperti hewan liar. Junhui sampai kapok untuk menganggunya, tapi tetap saja Ia berteman dengan Seungkwan.
Menghela napas, Junhui menjawab, "Katanya sih dia kesal karena Seungcheol hyung mendaftarkan Seokmin ke lomba menyanyi di Festival Musik Hangsan."
Soonyoung semangat, "Wah! Selamat berjuang, Boo!" melihatnya, Seungkwan jadi ingin menenggelamkan Soonyoung dan Seungcheol ke dalam sumur secara bersamaan.
Soonyoung sangat tahu bagaimana pribadi semua junior yang dekat dengannya, termasuk Seungkwan. Dinilai darimana pun, Seungkwan adalah sosok yang muda bergaul karena kemampuan bicaranya yang bagus, dan juga jangan lupakan kualitas suaranya yang menakjubkan. Oh baru-baru ini Soonyoung sadar kalau Seungkwan itu perfeksionis, apalagi dalam bidang tarik suara, Seungkwan tidak akan main-main dalam bidang tersebut. Oleh sebab itulah, Seungkwan tidak pernah absen membawa piala emas ke sekolahnya.
Pernah suatu kali Seungkwan kalah dari Seokmin karena waktu itu kondisinya sedang tidak sehat, dan setelah itu Seungkwan benar-benar tidak berbicara dengan teman-temannya di skeolah selama seminggu penuh. Alasannya benar-benar sepele.
"Aku hanya kecewa pada diriku sendiri karena tidak bisa membuat hyung-deul bangga."
Setelah itu, Seungcheol tiba-tiba men-traktir semua anggota Klub Musik dengan uang jajan sebulannya. Katanya sih dia terharu mendengar ucapan Seungkwan.
Masalah Seungkwan kali ini sebenarnya hanya pelafalan Bahasa Inggris saja, tapi menurut Seungkwan poin itulah yang paling penting dalam lomba ini. Sebenarnya tidak apa kalau lombanya tidak harus memakai lagu Bahasa Inggris, tapi dalam surat edaran lombanya tercantum dengan jelas bahwa 'WAJIB MENGGUNAKAN LAGU DENGAN BAHASA INGGRIS', dan yang lebih mengenaskannya lagi, lawannya adalah Lee Seokmin. Anak hasil akselerasi jurusan Fisika yang terdaftar sebagai anggota Klub Vokal sekolahnya. Parahnya lagi, dia berhasil mencetak nilai terbaik dalam materi pelajaran bahasa asing di sekolahnya. Oh, tolong ingatkan Seungkwan untuk membakar Choi Seungcheol hidup-hidup setelah ini.
Sisi positifnya, Seungkwan juga pribadi yang pantang menyerah.
Healing's Music, toko musik dekat sekolahnya, disitulah Seungkwan berdiri sekarang. Bersama ketua Klubnya yang dia seret paksa saat pulang sekolah, Choi Seungcheol. Dan jangan lupakan juga Yoon Jeonghan, kekasih sang ketua.
"Mau membeli apa disini?" Jeonghan membuka suara lebih dulu.
Sembari berjalan masuk ke dalam toko, Seungkwan menjawab, "Membeli celana dal—"
"Welcome to Healing's Music."
"—am?" oke, salahkan volume suaranya yang besar dan juga kalimat tidak sopannya. Intinya sekarang Seungkwan malu. Lagipula salah Jeonghan juga kenapa bertanya begitu, sudah jelas-jelas itu toko musik bukan mall.
Tawa Seungcheol meledak, yang disusul dengan sikutan lengan Seungkwan. "Ma-maaf."
Kalimat yang sama yang keluar dari orang yang sama. Hansol hanya tersenyum kikuk sebagai balasannya. Buru-buru Seungkwan menarik Seungcheol dan Jeonghan ke balik rak-rak di dalam toko.
"Tunggu, Bo-Boo Seungkwan!"
Langkah Seungkwan terhenti, diikuti dengan Jeonghan dan Seungcheol yang menoleh secara bersamaan ke arah Hansol.
"Ah a-ku.. aku sudah mengumpulkan semua kaset Utada Hikaru. Disini." Hansol menunjuk tumpukkan kaset di rak spesial dekat meja kasir. Ia tersenyum canggung ketika Seungcheol dan Jeonghan menatapnya dengan tatapan mencurigakan.
Mata Seungkwan melebar. Seingatnya Ia tak pernah bilang ke orang asing yang pernah Ia temui di Halte Bus itu kalau Ia membutuhkan kaset Utada Hikaru. Tapi karena sifat masa bodohnya, dengan wajah gembira Seungkwan langsung menghampiri rak kaset spesial itu dan memilih-milih kaset yang Ia cari. Kebetulan sekali dia memang sedang dikejar waktu karena Ia harus pulang cepat hari ini.
"Terimakasih.. Eum.. Bernon Chwe?"
Hansol tersenyum sambil membungkus kaset yang Seungkwan beli, "Vernon Chwe, atau kalau mau kamu bisa memanggilku Hansol. Dan ah, terimakasih kembali. Jangan lupa datang lagi ya, Boo Seungkwan."
Dan wajah Seungkwan kontan memerah mendengarnya. Ia tidak tahu kenapa wajahnya memerah, yang jelas ketika Seungcheol dan Jeonghan memberondonginya dengan pertanyaan, Seungkwan hanya diam dengan rasa senang yang membuncah di dadanya. Entah itu karena Hansol atau karena CD Utada Hikaru sudah ada di tangannya. Ngomong-ngomong, siapa tadi namanya?
'Bernon Chwe ya?'
To Be Continued
*Byeol: Bintang (dalam bahasa Korea) / karena Hoshi adalah Bintang dalam bahasa Jepang.
.
LOL sumpah ya aku gak tau kenapa aku suka banget bikin FF gak jelas :'D anyway here ya go! FF VerKwan pertamaku! Eheheheh maaf ya kalo ada yang kurang sreg dan cenderung ngebosenin ceritanya. Sumpah aku lagi seret ide tapi pengen nulis TT huhu siapapun tolong kasi aku ide-
0 – Aku suka banget karakter Seungkwan yang kayak ginii. Kesannya cowok banget! Dan aku juga suka karakter Hansol yang dewasa tapi malu-malu kucing. Jujur aku juga suka sih Seungkwan yang cerewet, sama Hansol yang otaknya bloon. Tapi aku pengen aja gitu bikin FF yang anti mainstream muehehehhe
00 – Maaf ya disini aku benar-benar membuat karakter sebongie jauh dari aslinya TT sumpah deh, menurutku tuh ya sebong tuh gak jauh-jauh deh dari anak-anak cowok biasanya. Yang kalo ngumpul tuh ngelakuin kegiatan gak jelas kayak Soonyoung :'D
000 – Aku lagi suka banget lagunya SEVENTEEN yang Healing! Jadi karena itu judulnya itu salah satu partnya Hansol di Healing + toko musik tempat kerjanya Hansol itu namanya Healing's Music. Ada yang nyadar gak?
0000 – Ngomong-ngomong aku suka banget sama lagu-lagunya Utada Hikaru. Penyanyi solo yang kusukai selain Yui itu ya mbak Utada xD
00000 – Oh ya, aku ada kepikiran bikin FF crack pair, JunHoon, ada yang tertarik mungkin?
000000 – Aku baru tau kentang itu enak banget! Rasanya pengen ngeganti nasi jadi kentang rebus, tapi belum siap TT kira-kira kalau pake kentang rebus bisa lebih sehat gak ya?
000000 – Ohya maaf ya aku lebih suka FF yang mengalir begitu saja daripada diisiin pembatas tiap ganti lokasi dalam cerita. Kalau misalnya kalian merasa gak nyaman bilang ya, nanti aku usahain buat isi pembatasnya. Terimakasih!
