Oasis
.
.
December28
.
Cast: Choi Junhong, Jung Daehyun , Bang Yongguk
Others
.
Genre: Drama, Hurt
.
Warning: YAOI = BOYXBOY, Not EYD, OOC, Typo, Don't like don't read.
This is Daelo Fanfiction
.
Lets Start
.
Makasih buat lagunya YUI, 4Men sama Afgan(?) yang nemenin galau-galauan.
Makasih buat Daehyun yang ganteng sama bibirnya yang makin menjadi.
Makasih makasih
….
"Hyung…"
"Hm?"
"Kita…apa kita bisa menikah?"
Tak pernah terjawab, pertanyaan yang bagi pasangan lain terdengar mudah nyatanya tak mudah untuk Junhong dan Daehyun. Menjalani hubungan hampir 3 tahun namun pertanyaan itu tak pernah ada jawabannya sampai sekarang.
"Aku ingin kita menikah hyung"
"Kita masih bersama sampai sekarang, itu tidak cukup?"
Junhong menggeleng, memeluk tubuh Daehyun yang berada di hadapannya dan tak lama kemudian ia merasakan tangan Daehyun yang membalas pelukannya.
"Apa pasangan seperti kita tidak bisa menikah?"
Daehyun terdiam tak berani menjawab pertanyaan Junhong, memilih mengecup pipi Junhong untuk mengalihkan fikiran pemuda berusia 21 tahun itu.
"Kita masih muda, dan aku…belum siap"
"Apa yang membuatmu belum siap?"
"Junhong, bisa kita bahas yang lain saja?"
Junhong melepas pelukan itu, menatap Daehyun yang membuang pandangannya kearah lain.
"Hyung…" Junhong meraih tangan Daehyun, membawa tangan hangat itu kearah kepalanya dan Daehyun yang mengerti mengusap kepala itu dengan lembut.
"Hm?"
"Kita tidak bisa memiliki anak jika kita bersama, aku benar?"
Daehyun kembali tak menjawab, berjalan menjauh dan mengambil satu botol air mineral dari dalam lemari es di apartemen Junhong.
"Aku meninggalkan keluargaku di Mokpo untukmu"
"Kau menyesalinya?"
Junhong berjalan mendekat lalu memeluk tubuh Daehyun dari belakang. Mengecup bahu Daehyun yang memilih menghindar dan berjalan kearah ruang keluarga untuk menonton acara televisi.
"Aku sudah melepas segalanya untukmu, kau..apa kau tidak bisa melakukan hal yang sama untukku?"
"Aku melakukannya sekarang, aku bersamamu Junhong"
"Aku keluar dari sekolah dan pergi dari orang tuaku hanya untuk bersamamu, tapi kau-"
"Pergilah jika kau menyesalinya, aku tidak pernah menyuruhmu untuk meninggalkan orang tuamu demi aku"
"Hyung!"
"Tidurlah dan berhenti menonton drama di televisi, aku pulang"
"Hyung…"
"Aku akan datang besok untuk menjemputmu ke tempat kerja"
"Tidak perlu!"
Junhong menaikkan nada suaranya, meninggalkan Daehyun dan berjalan cepat kearah kamar pribadinya, melempar keras pintu kamarnya dan bersandar pada pintu itu.
"Junhong-"
"Pergilah! Aku ingin istirahat"
Junhong mengusap wajahnya kasar, terisak kecil kala tau Daehyun benar-benar keluar dari apartemennya. Menjatuhkan tubuhnya yang lemas ke lantai dan kembali terisak semakin keras.
"Hubungan seperti apa yang kita pertahankan hyung..Aku lelah"
Bersandar pada pintu dengan lelehan air mata yang terus mengalir turun untuk mewakili rasa sakit dan sesak di dadanya. Junhong lelah dan butuh kepastian, tapi Daehyun…Daehyun tak pernah peduli tentang itu.
….
….
"Good morning~"
Junhong membuka matanya perlahan, mengusap matanya dan merengek kecil tanda ia terganggu, kambali menutup matanya dan tak lama kemudian ia dapat mendengar suara Daehyun yang terkekeh.
"Bangun pemalas"
Junhong masih menutup matanya, kembali teringat kejadian kemarin malam lalu memilih membalikkan tubuhnya dan membelakangi Daehyun.
"Kau masih marah?"
Junhong kembali mendengar Daehyun terkekeh, membalikkan tubuh tinggi Junhong lalu mengusap mata Junhong yang masih tertutup rapat berpura-pura tidur.
"Ayo kita menikah~!"
Junhong langsung membuka matanya cepat, menatap Daehyun yang tengah tersenyum dan membawakannya satu boneka besar dipelukannya.
"Hyung…"
"Untukmu"
Junhong menerima boneka besar itu, masih tak percaya menatap Daehyun yang tersenyum dan mengecup keningnya.
"Cincinnya ada di tangan boneka jelek itu"
Junhong tertawa mendengarnya, mengangkat boneka itu dan mencari tangannya. terdiam kala menemukan satu cincin putih yang melingkar di jari boneka pemberian Daehyun.
"Kau suka?"
Junhong mengangguk, maju mendekat dan memeluk tubuh Daehyun yang tertawa dan mengusap kepalanya.
"Aku minta maaf untuk kejadian semalam"
"It's okay hyung"
"Tidak berangkat bekerja?"
"Kau?"
"Aku…"
Daehyun menggantungkan ucapannya, memilih melempar boneka pemberiannya kesembarang arah dan menatap Junhong yang tersenyum kecil mengerti.
"Apa?"
Daehyun mengusap wajah Junhong, membawa tangannya turun dan dengan cepat menarik kaus yang Junhong kenakan hingga terlepas. Membaringkan tubuh Junhong dan dengan cepat menindihnya.
Berinisiatif membuka cepat kemeja miliknya lalu maju bergerak mencium bibir Junhong. Mengeluh senang kala tangan Junhong mengusap punggungnya teratur, sengaja memperdalam ciuman itu hingga Junhong yang semula bergerak tenang menjadi tak sabar dan menarik ikat pinggang Daehyun lalu melemparnya kesembarang tempat.
"Morning Sex?"
Junhong tertawa mendengarnya, membuka pengait celana Daehyun dan tersenyum menatap Daehyun yang bibirnya berada tepat di depan hidungnya.
"Kau fikir kita bisa berhenti setelah ciuman tadi?"
Daehyun menggeleng, mengangkat sedikit kakinya dan membiarkan Junhong melonggarkan celana miliknya. Mengerang kecil saat merasakan tangan Junhong yang perlahan mulai masuk ke dalam celana Daehyun.
Junhong hanya tersenyum menatap wajah Daehyun saat itu, memilih memajukkan kepala dan menjemput bibir Daehyun yang terbuka dan tampak memerah.
'Aku memberikan segalanya untukmu hyung.. Aku memberikan segalanya'
Junhong membalikkan tubuh Daehyun hingga kini Daehyun berada di hadapannya, mengecup leher Daehyun yang masih menutup matanya dan mengusap tengkuk Junhong teratur.
'Tidak ada yang aku lewatkan…Aku benar-benar memberikan segalanya'
Ciuman itu mulai turun hingga kini Junhong mengecup dada Daehyun dengan tangan yang terus memanjakan milik Daehyun di bawah sana. Perlahan tapi pasti membuka sedikit kedua kaki Daehyun dan membuat dirinya sendiri merosot hingga sejajar dengan paha Daehyun.
'Aku percaya padamu hyung..Aku mempercayaimu'
Junhong mulai membuka mulutnya, mengecup dan membasahi bagian kulit Daehyun yang berada tepat di depan matanya dan semakin meninggi. Memasukkan dan memperdalamnya kearah bibir mungil Junhong, meringis kecil kala merasakan Daehyun yang menarik rambutnya dari atas sana.
"Le..lebih cepat"
Daehyun menyukainya, Daehyun menyukai semua yang Junhong berikan untuknya.
Daehyun tau Junhong mencintainya, Daehyun tau Junhong telah memberikan semua yang dimilikinya. Daehyun tau…Junhong mempercayainya.
….
"Apa terjadi sesuatu? Kau tidak masuk kemarin"
Junhong mengangguk kecil, memberikan satu cangkir kopi kepada pelanggan yang hampir setiap hari datang dan minum kopi di kedai tempai ia bekerja.
"Kau sakit?"
Junhong hanya terkekeh menjawab ucapan pemuda itu. menyerahkan bukti pembelian pada pemuda yang masih menatap Junhong dengan penasaran.
"Hei, aku bertanya.."
"Aku ada perlu kemarin hyung, apa kau mau pesan cake juga?"
"Tidak, aku sudah kenyang"
"Kau mencariku kemarin?"
Junhong tertawa kala melihat pemuda itu membuang pandangan seakan tak mendengar, Junhong menatap sekeliling kedai yang nampak sepi di jam-jam pertama kedai buka.
"Kekasihku datang dan kami bolos bekerja kemarin"
Pemuda itu menoleh, menatap Junhong yang duduk di hadapannya dan menunjukkannya sebuah cincin yang melingkar cantik di jari Junhong.
"Kami akan menikah Yongguk hyung. Kami benar-benar akan menikah" Junhong berseru senang, menatap cincin itu dan mengusapnya bagai barang paling berharga diseluruh dunia.
"Kau yakin dia yang terbaik?"
"Tentu! Aku yakin satu juta persen!"
Yongguk mengangguk kecil, menyerahkan kartu namanya pada Junhong yang menatapnya heran.
"Jika suatu saat nanti kau berubah fikiran, hubungi aku"
Yongguk menatap lurus kearah Junhong, mendorong kartu namanya agar berada dekat dengan jangkauan Junhong.
"Hyung, aku tidak-"
"Simpan saja, undang aku saat kalian benar-benar menikah nanti"
Junhong meraih kartu nama itu, membacanya sebentar lalu tertawa kecil.
"Aku akan menyimpannya, aku pasti akan mengundangmu"
"Aku tunggu. Pergilah, sebentar lagi pasti akan ramai"
"Kau?"
"Aku akan menghabiskan kopiku lalu pergi setelah itu"
Junhong tersenyum, akhirnya melambai menjauh pada Yongguk yang menatapnya dengan pandangan tak terbaca.
Yongguk memang seperti itu, walau terlihat dingin. Junhong tau Yongguk orang yang baik setelah beberapa bulan lalu Yongguk datang dan menolongnya saat dalam bahaya. Setelah kejadian itu, Junhong baru sadar bahwa Yongguk sering datang setiap pagi ke kedai hanya untuk secangkir kopi. Perkenalan yang aneh namun membekas di benak Junhong.
Ada pelanggan masuk.
"Selamat datang, silahkan duduk~"
Dan seperti ini lah kegiatan Junhong hampir setiap hari.
…
"Setelah menikah apa kita perlu mengadopsi anak?"
Daehyun hanya tersenyum mendengar ocehan Junhong yang tak berhenti sejak tadi. Junhong sedang bersandar nyaman di dada Daehyun yang tampak polos begitu pula Junhong.
"Laki-laki atau perempuan hyung?"
"Laki-laki"
"Kita bisa tinggal di apartemenku saja hyung"
"Baiklah jika itu maumu" Daehyun menarik hidung Junhong yang mengerut manja lalu tertawa.
"Hyung.."
"Hm?"
"Kita benar-benar akan menikah? Kau dan aku?"
"Kau tidak percaya?"
"Bukan begitu, hanya saja…keluargamu?"
"Itu urusanku, tidak perlu kau fikirkan okay?"
Junhong mengangguk, mengeratkan pelukannya pada Daehyun yang refleks mengusap rambut Junhong.
"Rambutmu sedikit panjang"
"Kau ingin aku memotongnya?"
"Tidak.." Daehyun bangkit lalu menatap wajah Junhong yang berada di bawahnya. Menyelipkan rambut Junhong ke belakang telinga lalu menggelitik daun telinga Junhong gemas.
"Begini lebih cantik"
Junhong melotot kesal, mengangkat kepalanya untuk menggigit pipi Daehyun yang berteriak di tengah tawanya.
"Aku laki-laki hyung!"
"Aku tau~ aku melihat buktinya hampir setiap hari"
Daehyun berkata santai, sengaja menggerakkan kakinya membuat tubuh bagian bawah keduanya bergesekan. Junhong mengeluh kecil, mencubit perut Daehyun yang makin sengaja menggodanya.
"Berhenti menggodaku!"
"Kau tergoda?" Daehyun berbisik kecil, mencium mata Junhong yang berkedip-kedip lucu.
"Cepat bangkit dari atas tubuhku, kau berat hyung"
Daehyun seakan tak mendengar, sekali lagi menggerakkan kakinya lalu tertawa keras setelahnya.
"A-apa? Apa yang kau tertawakan?!"
"Babe, you horn-"
"Hyung!"
"Hahahaha~"
…..
…..
"Junhong-ah!"
Junhong menoleh, melambai sambil mengeratkan jaket tebalnya untuk menghalau udara dingin yang perlahan merambat ke kulit pucatnya.
"Kau sudah selasai?"
Junhong mengangguk, membenarkan letak topi rajutnya yang sedikit mengendur tadi.
"Bisa kita bicara sebentar?"
Junhong mengerutkan alisnya bingung, menatap Yongguk yang menggerakkan kakinya untuk menghalau dingin.
"Apa penting hyung? Daehyun akan datang dan-"
"Tidak lebih dari 30 menit, aku akan mengantarmu pulang setelahnya"
Junhong terdiam sejenak sampai akhirnya mengangguk menyetujui, mengikuti langkah Yongguk untuk memasuki sebuah café hangat yang tak jauh dari tempat keduanya.
"Jadi?"
"Kau sudah makan?"
"Sudah, aku langsung makan begitu jam kerjaku selesai hyung"
Yongguk tertawa menatap Junhong, menarik sedikit topi rajut Junhong keatas agar topi itu tak mengganggu jarak pandang Junhong.
"Begini…aku ingin bicara penting denganmu"
"Tentang?"
"Pertemuan pertama kita"
"Hyung, bisa lebih cepat? Aku-"
"Aku yang mengutus 4 preman itu untuk mengganggumu saat itu"
Junhong mendadak diam, menatap Yongguk untuk sekedar menunggu Yongguk tertawa karena candaannya. Nyatanya tidak, Yongguk tetap diam dan perlahan melanjutkan ucapannya.
"Awalnya aku menyuruh mereka untuk membuatmu setidaknya koma dan sulit bangun lagi"
"Yongguk hyung!"
"Tapi bahkan dari pukulan pertama kau memohon ampun dan berteriak meminta pertolongan dengan suaramu yang-"
"Aku pergi! Aku tidak ingin-" Junhong bergegas bangkit, dengan cepat meraih tasnya sebelum suara Yongguk kembali terdengar.
"Adikku…dia hamil"
Junhong berhenti bergerak, masih menatap heran kearah Yongguk yang bersandar tenang dengan pandangan lurus ke depan.
"Daehyun menghamilinya, usia kandungannya sudah-"
"Itu tidak lucu hyung! Kau keterlaluan jika ini candaanmu. Aku tidak mau melihatmu lagi!"
"Mereka dijodohkan dan ini bulan ke 10 mereka mulai menjalin hubungan"
Junhong mencengkram tali ranselnya kuat-kuat. Mencoba menahan gemetar di tangannya dan kakinya yang melemas.
"Awalnya aku berniat menyingkirkanmu karena aku fikir-"
"Kau tidak mau berhenti juga! Kau keterlaluan hyung!"
"Aku tidak ingin kau merasakan yang lebih sakit, karena itu aku mengajakmu bicara dan-"
"Pembohong."
Yongguk menghela nafasnya, mencoba menarik tangan Junhong yang langsung menepisnya keras.
"Aku akan ikut pulang bersamamu dan kita lihat bagaimana reaksi Daehyun saat melihatku nanti"
Junhong mencoba menahan air matanya. Pandangannya sudah kabur oleh air mata yang berusaha keluar.
Ia goyah, ia ragu dan ia takut.
Yongguk mungkin berbohong dan kemungkinan lainnya Yongguk benar.
Dan Junhong belum siap untuk menghadapi kebenaran.
"Bajingan itu, aku tidak mungkin membunuhnya karena adikku sedang mengandung anaknya"
"Hentikan"
"Aku.. menyayangimu, itu sebabnya aku-"
"Aku mohon hentikan"
"Maafkan aku….jangan pukul aku. aku mohon tolong aku. Aku ugh- tolong!"
Yongguk bangkit dan menarik tubuh Junhong untuk masuk kedalam pelukannya. Memeluk Junhong erat-erat dan menepuk perlahan punggung Junhong yang bergetar karena tangis.
"Katakan kau berbohong"
Junhong sudah terisak kecil, beruntung saat ini tengah malam. Dan tak banyak orang di dalam café ini.
Yongguk mencoba menahan pukulan yang Junhong berikan di punggungnya. Mengusap rambut Junhong yang sudah sepenuhnya bersandar pada Yongguk dengan air mata yang terus berjalan.
"Katakan hiks….Kau berbohongkan?"
"Maafkan aku"
"Kau pembohong!"
"Junhong-ah"
"KAU PEMBOHONG!" Junhong meraung keras, memukuli bahuYongguk yang hanya bisa pasrah lalu mengusap kepala Junhong menyuruhnya untuk tenang.
"Aku mohon katakan kau berbohong hyung…Katakan hikss"
"Maaf…"
"SIAPA YANG MENYURUHMU MEMINTA MAAF! KATAKAN KAU BERBOHONG HYUNG! HUHUGH!"
Junhong berteriak, menangis keras lalu kembali memukul Yongguk yang hanya bisa menatapnya iba.
"Maafkan aku Junhong-ah"
…..
"Kau sudah dat- Hyungnim?"
Daehyun melebarkan matanya kaget, menjatuhkan sebuah topi rajut yang sebelumnya ingin ia hadiahkan untuk Junhong. Terdiam kaku melihat Yongguk yang berada disisi Junhong yang matanya memerah dan sembab.
"Sayang, aku-"
"Apa benar?"
Junhong bersuara, dengan suara seraknya menatap Daehyun dengan pandangan harapan bahwa Daehyun menolak mengakui dan mengatakan bahwa semua ini hanya tipuan. Namun nyatanya Daehyun diam, hanya terdiam melihat Junhong yang kembali menangis dan menggenggam cincinnya erat-erat.
"Hyung..Kau membohongiku?"
"Junhong dengar-"
"Kau benar-benar menghamili seorang gadis?"
"…."
"Jawab aku!"
"Ya, aku melakukannya"
Junhong mendadak pusing, mencoba menahan dirinya dengan memegang ujung sofa yang tak jauh dari tempatnya berdiri.
"Aku menghamili tunanganku dan sekarang kandungannya berjalan 2 bulan"
Junhong menunduk dalam, menepis cepat tangan Yongguk yang berusaha menopangnya dan menatapnya parau.
"Pergi.."
"Junhong-"
"PERGI BAJINGAN! AKU MEMBENCIMU!"
Junhong memukuli dada Daehyun, menangis keras hingga jatuh berlutut di hadapan Daehyun karena tak bisa menahan lemas di kakinya.
"Aku….mempercayaimu hyung hiks.."
"Junhong bangunlah" Yongguk kembali mencoba meraih tangan Junhong namun gagal lagi.
"AKU MEMPERCAYAIMU BAHKAN LEBIH DARI SIAPA PUN DI DUNIA INI!"
Junhong memegang sepatu Daehyun lalu meletakkan kepalanya disana, terisak dan kembali meraung keras untuk mewakili perasaannya yang hancur dan sakit.
"Aku bahkan percaya saat kau mengatakan kita akan menikah"
Daehyun menatap Junhong sedih, menarik tangan Junhong untuk bangkit dan membawa Junhong ke dalam pelukannya.
"Aku minta maaf.."
"Berhenti minta maaf dan tetap disisiku hyung, kau maukan? Kita pergi dan-"
"Aku minta maaf karena terlambat memberitahumu dan membuatmu semakin sakit. Aku minta maaf"
Junhong terdiam dan tak bergeming, meremas keras jaketnya lalu pandangannya berubah gelap dan perlahan tak sadarkan diri.
Disaat seperti ini, Junhong berharap Daehyun membangunkannya dengan senyum cerah dan memberitahu bahwa semua yang ia rasakan saat ini hanya mimpi.
…..
Aku tak pernah tau bagaimana cara berbohong.
Bahkan saat tersenyum, menangis dan tersakiti olehmu aku berusaha untuk jujur.
Aku jujur dan melepas semua harga diriku, mengemis dan memberitahumu bahwa aku membutuhkanmu.
Aku jujur meraung dan tak ingin memasang senyum palsu saat melihatmu pergi menjauh untuk pergi kearahnya yang datang setelah aku.
Aku jujur karena aku tau, orang lain bisa tersakiti jika aku berbohong sepertimu.
Aku jujur saat aku mengatakan bahwa aku mencintaimu.
Aku jujur saat aku mengatakan bahwa aku mempercayaimu.
Tapi kau…saat kau tersenyum pun aku tau itu kebohongan.
Dan aku…tidak ingin orang lain merasakan hal yang sama sepertiku.
Dibohongi.
…..
London, 2 Years Later.
"Kau lupa memakai jaket lagi?"
Junhong hanya terkekeh menjawabnya, merentangkan tangan saat Yongguk memasangkan jaket tebal pada tubuh tingginya.
"Kau bisa flu jika seperti ini terus Junhong"
"Aku tidak akan jatuh sakit"
"Apa maksudmu? Apa kau super hero yang tidak bisa sakit?" Yongguk menarik hidung Junhong yang tersenyum kecil.
"Aku punya kau disisiku, Super Heroku"
Yongguk hanya terdiam mendengarnya, mengikat tali pada jaket Junhong dan mengelus lengan Junhong setelahnya.
"Perlu ku antar?"
Junhong menggeleng, balas menggenggam jemari Yongguk yang menatap sayang kearahnya.
"Hyung.."
"Hm?"
"Kau tau kau bisa mundur kapanpun"
Yongguk tertawa lalu menggeleng, sedikit maju mendekat lalu mengecup pipi Junhong yang ragu menghindar.
"Aku akan menunggu, sampai kau siap"
"Bagaimana jika aku tak akan pernah siap"
"Itu resiko, aku tetap akan menunggu"
"Aku tidak ingin membohongimu hyung"
"Aku berterima kasih untuk itu, aku mengerti"
Junhong menundukkan kepalanya, meremas tangannya dan terdiam kala Yongguk menariknya dan membawanya ke dalam pelukan hangat.
"Aku tau kau seperti ini karena tak mau menyakitiku, itu lebih baik dari pada kau tergesa menerimaku tapi disisi lain kau-"
"Hyung, aku menyayangimu"
Yongguk tertawa mendengarnya, mengusap punggung Junhong yang semakin mengeratkan pelukan itu. Junhong memejamkan matanya dan mencoba menghapus bayang-bayang Daehyun yang seakan menguasainya.
"Aku akan menjagamu Junhong-ah, aku berjanji"
Junhong masih memejamkan matanya, terisak kecil kala mengingat Yongguk yang rela membawanya pergi dari Korea dan tinggal bersama di London setelah kabar pernikahan Daehyun dan adiknya diputuskan.
Junhong menghirup aroma tubuh Yongguk yang menenangkan, membuatnya teringat akan ayahnya yang selama beberapa tahun ini tak pernah ia temui. Mengeratkan pelukannya dan teringat akan lembutnya sang Ibu yang juga ia tinggalkan demi Daehyun kala itu.
Yongguk memberi Junhong segalanya.
Yongguk mencoba membuat Junhong percaya padanya.
Yongguk melakukan segalanya untuk Junhong yang bahkan belum menerima hatinya.
"Hyung…."
"Hm?"
"Aku akan mencobanya"
"Apa?" Yongguk melepas pelukan itu, menatap mata Junhong yang sedikit meredup dengan senyum tipis yang menghiasi pipi pucatnya.
"Menerimamu, a-aku akan mencobanya"
Yongguk menggeleng, menggenggam tangan Junhong lalu mengusapnya.
"Tidak, aku tidak ingin kau merasa terbebani dengan perasaanku dan-"
"Aku akan mencobanya hyung, Aku benar-benar akan mencobanya"
Yongguk menatap Junhong tak percaya, mengusap pipi Junhong lalu menariknya lembut.
"Kau mabuk?" Yongguk mencoba menggoda Junhong, dalam hatinya ada perasaan sesak yang mengatakan padanya jika tatapan mata Junhong harusnya tidak meredup seperti ini.
Yongguk tak pernah meminta Junhong menjawab perasaannya dengan terburu-buru. Mereka masih memiliki banyak waktu untuk saling mengenal dan saling mempercayai satu sama lain.
Disisi lain, Yongguk tau akan sakit hati Junhong yang masih ia rasakan terhadap Daehyun yang kini sudah hidup bahagia dengan keluarga kecilnya di Korea.
"Aku takut hyung"
"Apa yang kau takutkan?"
"Kau bisa pergi kapan saja dan meninggalkanku sendiri, kau tau aku tak mempunyai siapapun selain-"
Yongguk memotong ucapan Junhong, menyapu bibir tipis Junhong yang terdiam kaku bahkan menahan nafasnya. Yongguk mencoba menarik bibir Junhong yang sedang menahan gemetar di tubuhnya, menyadari hal itu Yongguk hanya bisa tersenyum.
Yongguk melepas ciuman itu lalu mengusap rambut Junhong yang lembut, maju mendekat dan mengecup dahi Junhong yang masih terdiam dengan mata yang nampak berkaca-kaca.
"Aku akan menunggumu, aku tidak akan pergi kemanapun Junhong-ah"
Air mata Junhong perlahan jatuh, matanya mulai fokus menatap Yongguk yang tersenyum lembut kearahnya. Maju mendekat dan memeluk Yongguk yang hanya bisa tersenyum mendengar Junhong yang lagi-lagi menangis di pelukannya.
"Aku akan berusaha keras hyung, kau…aku mohon menunggulah dengan sabar"
Yongguk mengangguk, mencium rambut Junhong yang aromanya bagai bunga musim semi. Mengeratkan pelukannya dan berbisik kecil hingga membuat Junhong kembali menangis terisak.
"Aku mencintaimu Junhong"
….
Memori, kenangan dan segalanya yang bersangkutan dengan masa lalu.
Mungkin indah, mungkin pahit.
Mungkin lucu, mungkin sakit.
Apapun itu, kenangan hanya memberimu satu kesimpulan.
Pelajaran.
Bagaimana caramu belajar untuk mendapatkan kenangan indah.
Bagaimana caramu belajar untuk mendapatkan pengalaman lucu.
Bagaimana caramu belajar untuk melupakan kenangan pahit dan tak lagi merasakan sakit.
Kenangan, memberimu pelajaran.
…
FIN
…
Ini fanfic repost dari blog bapyaoifanfiction.
Karena aku suka sama Daehyun disini, makanya aku post diffn juga wkwkwk
Reviewnya yaa yang baca~~
Thank you
….
