Hai, author baru disini. Mau nyoba bikin fic Vocaloid.
Oke, langsung saja.
Disclaimer: Vocaloid bukan milikku.
This Magic World
Rin's POV
Sihir? Hmm percayakah kau tentang itu? Hanya dengan mengucapkan sebuah mantra atau ayunan tongkat maka wooshh— dalam sekejap mata apapun yang kau inginkan terjadi. Kelihatannya menyenangkan bukan? Tapi nope, tidak sama sekali! Kukatakan sekali lagi, TIDAK SAMA SEKALI!
Awalnya memang aku menganggap sihir menyenangkan. Awalnya aku selalu bersemangat saat sedang mempelajari satu atau dua sihir baru, Awalnya, hhhh hanya diawal.
Semua perasaan senang dan semangat itu kini menjadi malas dan malas dan malas dan malas. Kenapa? Karena murid pindahan dari sekolah sihir lain eh- umm apa aku belum bilang kalau aku bersekolah di sekolah sihir Vokage? Sekolah ini memang sekolah yang khusus mempelajari sihir, ya aku tau mana ada sih sihir? Tapi ya, nyatanya aku bersekolah disini kan?
Oke, kembali ke si cowok sok pandai itu. Si murid dari sekolah sihir Deloid ( Saya tau, aneh. Saya gak tau harus namain apa -") yang baru sekitar seminggu disini, telah berhasil membuat seisi sekolah memujanya. Me-mu-ja-nya. Tapi aku tidak. Aku, Rin Kagamine membencinya. Sangat membencinya.
Kau mau tahu alasannya? Oke akan aku ceritakan.
Flashback
"Rin, coba kau praktekkan pelajaran kemarin" Ucap Luka-sensei lembut.
Pelajaran kemarin? Apa pelajaran kemarin? Ayo ingat Rin, ingat sebelum kau dijadikan tikus oleh si pink itu. Ah iya, membekukan makhluk hidup!
"Rin, coba kau praktekkan pada kelinci manis ini, tapi ingat kau harus bisa menghilangkan sihir itu lagi, kau tak mau kan tubuhmu beku selamanya? Begitupun kelinci ini" Luka-sensei lalu menarik tanganku agar aku mengikutinya kedepan kelas, lalu tepat berada didepan kelinci mungil itu.
"Nah, Rin. Lakukanlah. Kalau kau gagal, kau terpaksa harus mengikuti pelajaran tambahan yang pastinya sangat 'menyenangkan' "Ucap Luka-sensei sambil menyeringai. Uh- seram.
Aku mencoba berkonsentrasi. Sebisa mungkin aku tak ingin melakukan kesalahan, aku tak ingin dihukum lagi. Minggu ini cukup sudah.
Aku membetulkan cincin berhiaskan jeruk yang melingkar di jari manisku, itu adalah alat sihirku. Lalu mengarahkan tanganku kearah kelinci itu.
'Semoga berhasil… semoga berhasiiil'
"Ma fos dera ni, oo freeze!" Ucapku lantang sambil memejamkan mataku.
1…
2…
Uuhh dihitungan ketiga aku akan membuka mataku dan mendapati kelinci itu akan beku, ya!
3…
"Rin, minggu depan ikuti kelas tambahan dan seriuslah kali ini" Luka-sensei lalu mengangkat kelinci yang berwarna hitam karena err- umm aku membuatnya gosong.
"Ada yang mau membantuku menyembuhkan kelinci tak berdosa ini?" Tanya Luka-sensei pada anak-anak sekelas.
"Biar aku saja" Seorang anak laki-laki yang terlihat mirip denganku bangkit dari kursinya lalu melangkah kedepan kelas – tepat disampingku.
Uuhh—menjauhlah dariku, baka!
Laki-laki itu lalu memegang kalung dengan pisang sebagai bandulnya yang tergantung (?) dilehernya, lalu mengarahkan tangannya kearah kelinci yang sudah Luka-sensei letakkan diatas meja.
"Ma fos hiree na, oo cure!"
Dan voilaaa, kelinci itu kembali seperti semula. Berbulu putih dan imut.
"Terimakasih Len, kerja bagus. Seperti biasanya" Luka-sensei lalu menyuruh Len duduk dan kemudian menatapku tajam,
"Dan Rin, kau harus seperti Len, mengerti?"
Siapa saja, bunuhlah pemuda bernama Len itu.
*Flasback End
Yak, segitu dulu. Aku tau, masih sangat sangat sangat abal.
Makanya review pleaseeeee…
