Is This Love Forbidden?
Shana : Hola! Fanfic baru (lagi) minna-san~
Len : Gimana UAS-nya thor?
Shana : Siapa UAS? Siapa yang kau panggil thor? Siapa kau? Aku siapa? Ini dimana? Cerita apa ini? Siapa yang nulis cerita ini?*pura-pura amnesia*
Rin : Author Author -_-
Shana : Gara-gara si 'Ulangan Akhir Semester' ane hiatus berad.
Berat rasanya meninggalkan dunia fanfiction untuk sementara T^T *gaya sedih sinetron*
Len : Aku baca disclaimer ya. Vocaloid bukan punya author. Author hanya punya cerita ini
(Len POV)
"Eng…Rin-chan, nanti pulang bareng ya" ujarku sambil terus tergugup. Entah mengapa aku selalu begini bila bertemu dengan Rin.
"Oke Len-kun. Biasanya juga pulang bareng kan? Kita kan saudara kembar" tanya Rin sedikit mengangkat alis.
"I-Iya sih" jawabku terbata-bata. "Eh iya, nanti ke taman kota yu" sambungku. Mukaku terus memerah. Nampaknya Rin bertanya-tanya dalam hatinya.
"Boleh deh. Tapi jangan sampai larut malam. Ingat pesan Miku Nee dan Kaito Nii!" kata Rin dengan curiga.
"I-Iya. Lagian kan mereka gak ada dirumah" ujarku sambil menggaruk kepalaku yang tak gatal.
"Yasudah" kata Rin sambil meninggalkanku. Aku meghela napas sejenak dan bersender di tembok kelas didekatku sambil memasukkan kedua tanganku ke dalam kantung celana.
"Eh lihat! Itu si keren Len Kagamine!".
"Dia kece sekaliii ya! Aku ingin menjadi pacarnya!".
"Aku duluan yang akan jadi pacarnya! Dia keren sekali!"
"Suki daisuki, AISHITERU LEN-KUN!"
Itulah yang selalu murid perempuan ucapkan katika aku sedang seperti ini. Oh iya, namaku Len Kagamine. Jujur saja aku menyukai saudara kembarku sendiri, Rin Kagamine. Kami tinggal bersama kakak kami, Miku Nee yang sudah menikah dengan Kaito Nii. Tapi sekarang mereka sedang keluar kota untuk beberapa minggu. Orang tua kami? Mereka tinggal diluar negeri. Jujur sebenarnya aku murid terpopuler disekolah ini. Banyak orang yang menjadi fans-ku. Aku sih cuek aja sama mereka. Kembali ke cerita,
TENG...TENG...TENG...
Bel masuk pun berbunyi. Semua murid yang diluar kelas duduk di bangku masing masing. Rin duduk sebangku dengan Teto. Aku? Duduk bersama Mikuo. Megurine-sensei pun datang. Dia adalah guru killer disekolah kami. Dia akan menghukum siapapun yang tidak mengerjakan PR. Aku sih selalu mengerjakan PR. Aku terus memperhatikan Rin. Ya mejaku terletak dibelakang meja Rin. Jujur mungkin ini kerena aku yang terlalu mencintainya bahkan lebih dari perasaan sesama saudara kembar.
"Kau kenapa Rin-chan?" tanya Teto bingung melihat Rin yang terus mengoprak-aprek tasnya dengan sangat panik.
"Buku matematikaku ketinggalan di rumah. Gawat nih" ujar Rin sambil terus mencari dan menggaruk kepalanya karena bingung.
"Eng...Rin, kau boleh pake bukuku. Biarkan aku yang dihukum nanti" kataku sambil menyerahkan buku matematika milikku. Rin menoleh kebelakang.
"Tidak usah. Nanti kau yang kena hukuman" timpal Rin menolak dengan halus sambil mengayunkan tangannya.
"Tdak apa-apa, aku siap kena hukuman apapun asalkan kau tidak apa-apa" kataku sedikit memaksa sambil terus menyodorkan bukuku. Perlahan Rin memegang buku itu.
"Ar-Arigatou Len-kun" ujar Rin sambil tersenyum manis RALAT sangattt manis membuat mukaku memanas.
"Sama-sama Rin-chan" kataku sambil mengelus pelan rambut honeyblond Rin yang sama denganku. Rin membalikkan tubuhnya menghadap ke depan kelas.
"SIAPA YANG BELUM MENGERJAKAN PR MATEMATIKA?" ujar Megurine-sensei dengan lantang yang membuat semua orang kaget. Rin tampak kebingungan dan ragu-ragu untuk menacungkan tangannya.
"Aku sensei!" ujarku sambil mengacungkan tangan tinggi-tinggi. Semua murid kaget. Tatapan semua murid seperti berkata 'bagaimana-bisa-seseorang-yang-rajin-dan-tidak-pernah-lupa-mengerjakan-pr-tidak-mengerjakan-pr-itu'.
"Keluarlah dari kelas, Len-san. Sebagai hukumannya, kau harus diam diluar kelas sampai bel pulang berbunyi" kata Megurine-sensei dingin. Aku mengangguk dan berjalan menuju keluar kelas.
"Le-Len, ap-apa yang ka-kau lakukan?" gumam Rin pelan tapi masih dapat ku dengar. Aku hanya tersenyum kecil dan menatap Rin dengan tatapan 'Aku-tidak-ingin-saudara-kembarku-kenapa-kenapa' sambil mengelus pelan rambutnya lagi. Rin hanya tersenyum pahit.
~Di lapangan~
"Hehhh~ guru yang sedikit menyebalkan. Tapi demi Princess Rin akan kulakukan segalanya. Walaupun nyawa taruhannya" gumamku pelan sambil menghela napas dan terduduk di tangga. Aku bersender ditembok itu. Aku merasa kesal dengan Megurine-sensei mengapa dia begitu galak? Aku mengambil handphoneku dan melihat wallpapernya. Yap! Wallpaper hape-ku adalah foto *selca Rin. Di foto itu, dia sedang menggembungkan pipinya dan jarinya membentuk huruf 'V'. Kekesalanku mulai hilang. Melihat foto Rin membuatku senyam-senyum sendiri dan mengelus pelan foto Rin itu.
"Len? Apa yang sedang kau lakukan disini?" tanya seseorang mengagetkan lamunanku tentang Rin.
"Akita-san? Apa yang kau lakukan disini?" balasku kaget dan menyembunyikan handphone-ku.
"Eh? Jangan panggil aku 'Akita-san'. Panggil saja 'Neru'" jawab Neru
"I-Iya Neru. Apa yang kau lakukan disini?" tanyaku.
"Aku sedang bosan. Guru matematika kami, Gakupo-sensei tidak mengajar hari ini. Kau sendiri?" ujar Neru sambil duduk di sampingku.
"Aku dihukum karena tidak mengerjakan PR matematika" jawabku dingin. Dih, menganggu suasana saja kau Neru!
"Sabar ya" kata Neru sedikit nyengir. Aku menolehkan kepala ke depan. Artinya tidak menghadap ke arah Neru. Tiba-tiba Neru mendekatkan wajahnya ke pipiku, pertanda mau mencium pipiku. Bagaimana ini?
TENG...TENG..TENG...
Bel pulang pun berbunyi. Yes! Tepat sekali bung! Aku bangkit dari tangga yang aku duduki dan berlari menuju kelas. Terlihat Neru yang semakin memajukan wajahnya, terjungkal dan malah mencium tembok. Melihat itu aku hanya tertawa kecil.
"Rin, ayo pulang" ajakku sambil menggendong tasku.
"Iya Len. Tunggu sebentar" kata Rin sambil membereskan buku-bukunya.
Rin pun selesai membereskan bukunya. Kami pergi menuju taman kota.
~Di taman~
Kami sudah sampai di taman. Aku dan Rin duduk di sebuah bangku taman. Ri sibuk memainkan ponselnya.
"Eng...R-Rin" ujarku terbata-bata.
"Apa? Sepertinya ada yang ingin kau bicarakan" kata Rin sambil terus memainkan ponselnya tanpa sedikitpun menoleh ke arahku.
"Eng...A-A-Ku..." kataku. Kata-kataku terpotong oleh Rin.
"Aku apa?" tanya Rin sambil berhenti memainkan ponselnya dan menoleh ke arahku.
"Su-Su-Suki Da-i-su-ki, Rin-chan" ujarku terbata-bata. Duh, gugup banget rasanya.
"Apa?" tanya Rin heran. Aku menarik napas dalam-dalam.
"SUKI DAISUKI, RIN KAGAMINE! Would you be my girlfriend? Though we are twins. But I love you" kataku teriak dengan muka memerah. Rin tampak ragu-ragu dan terus berpikir. Tatapan matanya berkata 'aku-harus-jawab-apa? Twincest-itu-cinta-terlarang'.
"Eng…A-Aku…" ujar Rin pelan.
"Aku apa?" tanyaku memotong perkataan Rin.
"Ano...A-Aku..."
*Selca = Self camera alias 'berfoto sendiri'
Shana : Baa! Ceritanya beres! Ada yang penasaran apa jawaban Rinny~?
Rin : Enggak penasaran tuh thor. Kan aku yang jawab
Shana : Terserah apa kate lu dah ;A;)/
Len : Eh? Aku suka sama saudara kembarku sendiri?
Rin : Len, aku tau kita kembar. Tapi akh...*gaya sedih Telenovela*
Shana : Udeh jangan pacaran terus. Ane ngiri ;A;)/
RinLen : Review please readers~!
Review~
V
