Oreo
Disclaimer: Durarara! (c) Ryohgo Narita
Oreo (c) Kraft.
I do not own the cover
Warning: typo(s), OOC, EYD suka-suka, berisiko garing.
Happy reading!
.
.
.
"Diputer, dijilat, dicelupin!"
Dan tiga kata itu sukses dipraktekkan oleh Shizuo di meja makannya pagi ini.
'Diputer, dijilat, dicelupin!' batin Shizuo lagi sambil memutar, menjilat, dan mencelup oreonya ke dalam segelas susu.
Shizuo kembali mengulangi tiga langkah tadi sambil bergumam, "Haaahh, nikmatnya hidup bersama Oreo."
"Seharusnya aku makan Oreo sejak rambutku masih hitam," racaunya ngawur.
"Aniki, lebih baik kita pergi ke tempat Simon untuk sarapan. Dan berhentilah makan Oreo!"
Astaga Kasuka, dirimu terlambat. Lihat kakak laki-lakimu yang sekuat monster itu sudah mengotori meja makan dengan lima bungkus besar Oreo.
"Tidak, ini enak. Aku bosan dengan sushi," ia beralasan. Lalu mencelup Oreo ke dalam susu untuk kesekian kali sebelum bertanya, "Bukannya kau ada jumpa fans?"
"Aku tidak akan kemanapun sampai Aniki berhenti makan itu."
Kali ini Kasuka sudah berada di meja makan, tepat di samping Shizuo.
"Tch, baiklah aku berhenti," Shizuo lantas berdecak kesal. Sudahlah, toh nanti bisa ia lanjutkan lagi setelah Kasuka pergi.
-OREO-
Akhirnya disinilah mereka berada, di restoran sushi Simon.
"Aniki, cepat makan sushinya," tegur Kasuka yang membuat Shizuo tersentak.
Bagaimana ia tidak kaget? Ia sedang membuka bungkus Oreo diam-diam saat Kasuka menegurnya.
"Oh, ya" jawabnya singkat tapi penuh kekecewaan.
"Ada apa denganmu, Shizuo?" tanya Simon heran melihat Shizuo yang sepertinya berbeda dari biasanya.
"Ah─ tidak apa-apa. Oh ya Simon, bagaimana kalau kau membuat sushi jenis baru?"
Simon mulai tertarik, "Saranmu bagus, misalnya apa?"
Shizuo tersenyum lalu menjawab, "Misalnya sushi Oreo."
"Aniki," tegur Kasuka memperingatkan kakaknya.
Ia mengelak, "Aku tidak memakannya saat ini, Kasuka."
"Oreo? Hmm.. Bikin nggak ya? Kasihtau nggak ya?" respon Simon yang disambut oleh ekspresi jijik Shizuo.
"Hhh, sudahlah!" ujarnya malas. Ia berdiri dari kursinya. "Kasuka aku sudah selesai, jadi aku duluan."
Dengan langkah pasti Shizuo keluar dari sana, meninggalkan Kasuka dan Simon berduaan─ tanpa menoleh lagi.
-OREO-
'Ah akhirnya aku bisa makan oreo lagi,' batin Shizuo lega. Jantungnya berdebar kencang saat membuka bungkus Oreo versi terbaru, Golden Oreo.
"Hei Shizu-chan~"
Sebuah suara yang seharusnya sangat berpotensi untuk membuat Shizuo jengkel, terdengar saat ini. Tapi Shizuo malah mengabaikannya dan melewati Izaya yang berada di depannya. Ia masih sibuk membuka bungkus Oreo versi terbaru yang entah kenapa sangat sulit untuk dirobek.
Diacuhkan seperti itu membuat inner Izaya bereaksi, 'Hei apa-apaan dia? Mengabaikanku begitu saja! Shizu-chan(ku) tidak pernah begini! Apa yang terjadi? Dia punya uke baru?'
Sungguh ini diluar perkiraannya. Harusnya sekarang ia sudah berlarian dengan mesra bersama Shizuo seperti adegan film India yang sangat populer di negara author.
Setelah sadar, Izaya berencana mengikuti Shizuo untuk mengetahui apa penyebab sang pujaan hati berpaling darinya. Jika memungkinkan, ia akan menangkap basah selingkuhan Shizuo, menyiksanya, lalu membuangnya ke sungai Ciliwung.
"Haaaahh! Kenapa bungkusnya susah sekali dibuka?" Shizuo mengacak rambutnya frustasi. Ia mempercepat langkah kakinya. "Tch, lebih baik aku cepat-cepat supaya bisa mengguntingnya di rumah."
Ia sama sekali belum sadar pada keberadaan seekor kutu loncat yang saat ini berada tepat di belakangnya.
'Apa sih yang mau Shizu-chan buka?' Izaya bertanya-tanya dalam hati. 'Lebih baik terus ku ikuti dia.'
Akhirnya mereka sampai di depan apartemen Shizuo. Dengan tidak sabaran Shizuo membuka pintu apartemennya. Untung saja Izaya sempat menyelip masuk saat pintu itu akan menutup.
"Ah, akhirnya terbuka juga!" pekik Shizuo senang. Setelah bersusah payah ia akhirnya bisa menikmati Oreo terbarunya.
Shizuo baru saja akan memasukkan Oreo itu ke mulutnya jika sebuah tangan tidak mencegahnya.
"Oh, ini oreo rasa baru itu ya, Shizu-chan?" Izaya memasukkan satu ke dalam mulutnya. "Hhm, rasanya enak ya?"
Pupus sudah harapan Shizuo untuk menikmati Oreo versi terbaru pertama dari bungkusnya. Kini ia hanya bisa memakan yang kedua, ketiga, keempat dan seterusnya(?).
"..."
Shizuo mengurut pelipisnya yang terasa berdenyut karena kesal. Pertama, yang berada di hadapannya adalah makhluk yang sangat dibencinya─ KUTU. Kedua, BUKAN ia yang memakan Oreo terbaru pertama dari bungkusnya. Dan yang terpenting, KUTU yang paling dibencinyalah yang memakan Oreo pertamanya.
"Nee, ada apa Shizu-chan?" tanya Izaya pura-pura polos. Tentu saja ia tahu kalau Shizuo telah siap untuk meledak.
"III-ZAAA-YAAA! Kau KUTU sialan! KUBUNUH KAU!"
"Ahahaha! Senangnya mendengar Shizu-chan memanggilku dengan penuh cinta~ Namaku sampai dieja begitu," goda Izaya sambil tertawa mengejek. Ia akan membuat Shizuo sangat marah, sebagai hadiah spesialnya karena telah diabaikan seperti tadi.
"TUTUP MULUTMU, KUTU!"
Sebuah kursi melayang bersamaan ke arah Izaya. Seperti biasa, Izaya tentu bisa menghindar dengan mudah.
"Aih Shizu-chan, tidak kena lho," ujarnya dengan nada yang dibuat-buat. Lantas mengejek, "Bagaimana ini?"
Shizuo yang sudah hilang kendali langsung melempari Izaya dengan semua perabotan yang ada.
Izaya yang menghindar kemudian berujar, "Shizu-chan, jangan lempari aku dengan perabotan rumah, nanti kalau kita menikah jadi harus beli baru."
"SIAPA YANG MAU MENIKAH DENGANMU KUTU BUSUK?" teriak Shizuo penuh emosi, Ia lalu melempar penghangat ruangan. "ENYAH KAU!"
"Eh? Aku busuk?" tanya Izaya sengaja. Ia mencium bajunya sendiri sebelum berkata, "Aku wangi lho Shizu-chan! Coba saja Shizu-chan cium."
"BRAKKK!"
Shizuo membanting pintu apartemennya kasar. Dengan cepat ia menguncinya, lalu berlanjut pada jendela, pintu dapur, dan segala akses masuk menuju ke dalam.
"?"
Izaya yang belum sepenuhnya mencerna apa yang terjadi hanya bisa mengerjapkan matanya dengan bingung. Akhir-akhir ini ia merasa koneksi otaknya semakin lambat, mungkin akibat buruknya jaringan yang ada. Tunggu, pintunya tertutup dan saat ini ia berada di luar. Berarti Shizuo mengusirnya begitu saja? Bukankah Shizuo akan terus mengejarnya bahkan sampai ke puncak Monas sekalipun? Izaya yang masih tidak percaya ini terjadi langsung jatuh terduduk. Sekujur tubuhnya lemas dan kaku.
"..."
Izaya tidak pernah merasa seperti ini, rasanya ia benar-benar ingin mengiris bawang. Pikiran-pikiran negatif menghampiri kepalanya, 'Jangan-jangan Shizu-chan mau teleponan sama uke barunya itu..'
'Tidak akan kubiarkan. KUBUNUH! YA! BUNUH!'
Dan tawa Izaya yang mengerikan menggema di koridor apartemen─ membuat semua orang berpikir bahwa ada arwah kutu penasaran yang menghantui apartemen mereka.
"Diputer, dijilat, dicelupin," gumam Shizuo sambil memutar, menjilat, dan mencelup Oreo kedua terbarunya ke dalam segelas susu.
Ia memakannya dengan wajah terharu, "Ternyata memang enak. Semua jenis Oreo selalu enak,"
'Itu dia Shizu-chan. Kenapa Shizu-chan senyum-senyum seperti itu? Apa dia sudah selesai menelepon uke barunya?' batin Izaya curiga.
'Sial. Kenapa Shizu-chan punya pulsa? Harusnya dia galau sekarang!'
Entah bagaimana caranya Izaya bisa masuk dari saluran udara yang berada di plafon apartemen Shizuo. Sepertinya pepatah yang mengatakan 'ada kutu dibalik plafon' itu benar.
Izaya baru saja akan melompat turun ketika telinganya mendengar suara cicitan aneh dari saluran udara tempatnya masuk. Tepat, itu tikus figuran yang kebetulan lewat.
"Uwwaaaaa!" jerit Izaya yang refleks langsung melompat turun dan menerjang Shizuo.
Shizuo yang sedang menikmati oreonya dengan hikmat langsung kaget karena tiba-tiba mendengar teriakan lalu berlanjut pada timpaan dari benda berat─ yang ia tidak tahu apa. Akibatnya, Shizuo saat ini tengah terbaring pasrah di lantai dengan Oreo terselip di mulutnya dan Izaya yang berada di atasnya.
'Tunggu. Izaya?' inner Shizuo bereaksi.
"Hei, Shizu-chan~"
"Grrr... III-ZAAA─ "
Cklek.
Sebuah bunyi pintu yang dibuka memotong teriakan kesal Shizuo dan membuat mereka menoleh ke arah sumber suara.
Hening.
"K-kasuka! I-ini memang seperti apa yang terlihat! Ah! Maksudku tidak!" kata Shizuo gugup karena adiknya yang selalu miskin ekspresi itu kini memandanginya dengan tatapan aneh.
Melihat Kasuka yang masih memandanginya seperti itu membuat Shizuo semakin panik. 'Sial. Kenapa harus Kasuka? Kenapa bukan ibuku? Ayahku juga boleh! Lebih bagus lagi kalau penghulu!' batin Shizuo kecewa.
Inner Izaya sendiri juga tidak kalah hebohnya, 'Aku harap aku direstui sebagai kakak ipar. Bagusnya sih, ibu Shizu-chan saja atau ayahnya, tapi aku nggak punya pulsa..'
Ternyata keduanya sama saja.
"Maaf Aniki, tidak akan kuulangi lagi─ mungkin," ujar Kasuka sedikit ragu.
"Oh, diulangi juga tidak apa-apa~" respon Izaya yang disambut deathglare oleh Shizuo.
Karena malu pada semut merah, Kasuka langsung menutup pintu apartemen kakaknya dan berlalu dari sana.
Tiba-tiba sesuatu melintas di pikirannya─ membuatnya tanpa sadar bergumam, "Kalau dilihat-lihat, Izaya-san mirip Oreo ya? Mungkin Aniki suka Oreo karena ia sebenarnya suka Izaya-san?"
Ia mengangguk yakin, "Ya, pasti begitu."
Pengalaman memang guru yang baik. Pelajaran hari ini untuk Kasuka : Jangan buka pintu apartemen kakak laki-lakimu sebelum mengetuk. Karena belum tentu kakakmu itu dalam keadaan 'siap'.
Dan, Kasuka lupa kalau seharusnya tadi ia langsung mengatakan restunya.
.
.
.
-THE END-
Hello Fandom Durarara! XD
Setelah sekian lama menjadi reader, saya akhirnya mencoba menjadi author ._.a
Ini adalah karya pertama saya, yang saya sangat tau bahwa di dalamnya masih terdapat banyak sekali kekurangan. (_ _")
Kritik dan saran senpai-senpai dan readers sekalian akan sangat berarti bagi saya yg pemula ini. :)
Review jika berkenan?
