Musim gugur adalah musim terbaik bagi Haechan. Di musim inilah ia lebih senang mengambil libur dari segala aktifitasnya di kota dan kembali ke pulau kelahirannya. Angin sejuk Pulau Jeju kala musim gugur telah membuatnya rindu. Udara bersih Jeju adalah obat terbaik untuk melupakan problematikanya di Seoul.
"Haruskah aku berjalan-jalan pagi ini? Toh Mark hyung juga masih tidur." Haechan melirik kekasih yang masih terlelap disampingnya.
Sekilas ia berpikir kalau ia sangat beruntung mendapatkan Mark. Ia menyukai semua yang ada dalam diri laki-laki berambut blonde ini. Mark yang terlihat swag diluar namun sebenarnya ia adalah pribadi yang kuno. Mark yang selalu tertawa disaat yang tidak tepat. Mark yang peduli, loyal, dan sangat sabar menghadapinya. Suara berat Mark. Tubuh pucat Mark. Semuanya. Haechan menyukai semua tentang Mark.
Haechan bangun dari tempat tidur, membasuh muka bantalnya, lalu mengambil jaket yang tergantung dibalik pintu kamar. Ia kembali memeriksa keadaan kekasihnya. Haechan membetulkan selimut Mark sejenak sebelum pergi.
"Hyung, aku pergi jalan-jalan sebentar ya." Ia kecup kening Mark dengan lembut dan berlalu.
Mark hanya melenguh menjawab Haechan. Antara sadar dan tidak.
Matahari ternyata belum sepenuhnya terbit. Kabut tebal pun masih enggan untuk pergi. Haechan menyusuri jalan setapak yang mengelilingi desanya. Menghirup udara pagi yang bercampur dengan embun.
Jalan setapak itu membawanya melintasi taman kecil, kompleks pertokoan, hingga perbukitan kecil di ujung desa. Kaki Haechan berhenti sejenak di depan persimpangan jalan. Ia menoleh ke kanan dan melihat ada jalan setapak kecil yang mulai tertutupi rumput liar. Ingatan masa remajanya sekilas muncul saat menatap jalan kecil tak terawat itu.
Sudah lama sekali Haechan tidak berjalan berkeliling desa hingga sejauh ini. Ada alasan yang selalu melarangnya pergi berjalan-jalan terlalu jauh hingga melintasi bukit dan bertemu persimpangan jalan ini. Entah, pagi ini apa yang membawa langkah Haechan hingga sampai ke sini.
"Sebaiknya aku kembali, ini sudah terlalu jauh dari desa."
Haechan berbalik arah dan mencoba berjalan dengan cepat. Bulu tengkuknya meremang. Angin terasa berhembus semakin kencang. Ia merasakan ada sesuatu yang hendak mengganggunya. Ia merasa sedang diawasi.
Fuuuufufuufu
Langkah Haechan terhenti lagi. Samar-samar ia mendengar 'seseorang' bersiul. Siulan yang nadanya terdengar meninggi lalu merendah. Siulan yang mirip dengan suara burung dan terdengar tidak beraturan. Tidak terdengar seperti siulan manusia pada umumnya.
Suara siulan ini sama dengan suara siulan yang pernah ia dengar tujuh tahun lalu, di persimpangan jalan kecil itu. Membawa kesan menyeramkan bagi Haechan.
.
WHISTLE
.
"Kenapa kau pergi berjalan-jalan tanpa aku?" Mark merajuk.
Pelukan hangat Mark menyambut Haechan sesaat setelah pintu rumah terbuka. Mark kesal terbangun sendirian tanpa ada Haechan di sisinya.
"Maaf hyung, aku bosan karena bangun terlalu pagi hehehe. Kau mau sarapan apa?"
"Mandilah terlebih dahulu baru memasak, sayang." Mark melepas pelukannya dari Haechan.
Haechan mengangguk dan berjalan menuju kamarnya. Ia gantungkan kembali jaketnya di tempat semula. Haechan menuruti perintah Mark untuk segera mandi. Ia ingin menyelesaikan dengan cepat dan segera memasak sarapan untuk kekasihnya.
Namun itu tinggal keinginan semata disaat Mark tiba-tiba masuk ke kamar mandi menyusulnya.
"Kenapa mandinya cepat-cepat sih? Tubuhmu nanti tidak benar-benar bersih sayang." Mark melepas kaos dan celananya.
"Hyung! Kau sedang apa di sini? Aku masih mandi!" Pipi Haechan bersemu merah tanda malu. Ia tutupi bagian vitalnya agar tidak terlihat oleh Mark.
"Aku mau menemanimu mandi. Aku sudah cukup kesepian kau tinggal sendirian pagi ini. Dan...kenapa harus malu jika aku melihat tubuh polosmu Haechanie, hmm?"
Mata Mark memang masih menatap mata Haechan, namun tangannya sudah beraksi di bawah sana. Perlahan tangan kanan Mark meraba tangan Haechan yang sedang menutupi penisnya. Digenggamnya tangan Haechan dengan lembut. Lama-lama kelamaan genggaman itu berubah menjadi remasan. Ya, Mark secara tidak langsung meremas penis kekasihnya.
Perlakuan seduktif Mark yang sedang ia rasakan berhasil memunculkan hasrat lagi, Haechan suka semua tentang Mark. Haechan suka tubuh pucat Mark yang polos dihadapannya. Haechan ingin Mark.
"Aku sudah tahu aakh- kau mau sarapan apa hyung." Satu lenguhan kecil lolos dari mulut Haechan.
"Benarkah?"
Kedua tangan Mark merengkuh pinggang Haechan. Menghapus jarak diantara mereka. Kulit mereka pun saling bersentuhan. Kedua tangan itu pun beralih meremas pantat Haechan yang selalu menggodanya. Sedetik pun pandangan Mark tak teralihkan dari mata Haechan.
Haechan telah terbius tatapan Mark. Haechan sudah tidak tahan. Ia mencium Mark lebih dulu.
Mark suka Haechan yang agresif. Bibir bawah Haechan yang tebal membuat Mark semakin candu menyesapnya. Air shower yang masih mengucur justru membangkitkan gairah mereka meraup bibir masing-masing. Kecupan lembut itu pun berubah menjadi lumatan penuh hasrat yang saling beradu.
"Let me in, my brownie." Mark berbisik dan mangecup telinga kanan Haechan.
Haechan suka mendengar suara berat Mark menggoda dan memanggilnya brownie. Ia hanya tersenyum mendengarnya. Mark mengecup bibir berbentuk hati favoritnya sekilas. Ia membalik tubuh Haechan. Ia ciumi tengkuk dan pundak Haechan secara bergantian.
"Aaah hyung." Haechan mendesah, titik sensitifnya disentuh oleh Mark.
Sejenak Mark hanya ingin memeluk Haechan dari belakang. Menikmati sentuhannya di setiap jengkal kulit halus Haechan. Mabuk dalam aroma tubuh Haechan yang menenangkan.
Penis Mark di bawah sana sudah agresif bergesekan dengan celah pantat Haechan. Ereksi nya makin sempurna.
"Aku suka sentuhanmu hyung." Nafas Haechan mulai terdengar tak beraturan.
Perlahan Mark memasukan penisnya ke dalam anal Haechan. Dan tanpa diperintah, Haechan sudah menunggingkan badannya. Mempermudah penis kekasihnya untuk masuk.
"Aaakh hyung, jangan terlalu pelan aah —" Haechan terpejam sambil mendesah.
Dengan satu hentakan keras, penis Mark berhasil masuk. Salah satu tangan Mark beralih pada penis Haechan. Memanjakannya untuk mengurangi rasa sakit sementara yang sedang dirasakan Haechan. Mark mengurut, meremas dan mengocok penis itu dengan ritme yang teratur. Ia juga ingin Haechan merasa terpuaskan.
Tentu, ini bukan kali pertama Haechan dimasuki Mark. Namun sensasi luar biasa yang Mark berikan selalu membuatnya berdebar-debar. Haechan makin mendesah karena perlakuan Mark.
"Aah Love it! aku suka lubangmu yang hangat, sayang."
"aah hyu..unghh."
Tidak ada yang bisa Haechan lakukan selain mendesah. Penis Mark menusuk lubangnya dengan keras dan dalam namun ritme gerakannya stabil. Permainan yang kasar namun lembut. Haechan tak bisa mendeskripsikannya, terlalu memabukkan. Ia suka.
Mark terus menggerakkan pinggulnya mengikuti nafsunya yang semakin menjadi. Suara hentakan pinggulnya kencang beradu dengan air yang masih mengalir membasahi tubuh mereka. Haechan jadi tidak sabaran. Ia ikut menggerakkan pinggulnya berlawan dengan arah hentakan Mark. Penis Mark jadi semakin dalam menusuknya.
"Kenapa punyamu ah— semakin besar di aakh— dalam sana hyu..eunggh."
"Ssstt nakal sekali mulutmu, sayang."
Mark meraih pipi Haechan dan mencium bibirnya. Melumatnya dengan rakus seakan tidak ada hari esok. Ia gemas mendengar ucapan kekasihnya. Mark dan Haechan berciuman hingga nafas mereka mencapai batas. Mark melepas ciumannya. Menatap lekat wajah kekasihnya. Sungguh, tidak ada yang lebih baik bagi Mark selain menatap wajah Haechan saat melakukan sex. Haechan-nya sungguh indah.
"Hyuung sebentar lagi aku—"
"Tahan sedikit lagi sayang."
Hentakan pinggul Mark semakin intens. Menusuk anal Haechan dengan keras dan cepat. Kembali ia raih penis Haechan. Mark mengocok penis milik kekasihnya mengikuti tempo hentakan pinggulnya. Ia ingin mengejar klimaks bersama dengan Haechan.
"aaaaaaakh hyuung!"
Mencapai klimaks membuat nafas mereka berdua sungguh tak beraturan.
"Aah aaah sayang aaaaaakhh final...ly!"
Bercinta dengan Haechan selalu membuat Mark merasa gila. Hasrat seksualnya tidak hanya tersampaikan, tetapi juga membuat jiwanya merasa tenang. Rasa kesepian yang selalu menyelimuti hidup Mark hilang seketika setelah bertemu Haechan. Ia beruntung memiliki Haechan.
.
WHISTLE
.
Tidak ada sarapan. Tidak ada masakan. Haechan terbaring kelelahan di tempat tidur. Badan bagian bawahnya masih terlalu sakit untuk digunakan bergerak, apalagi memasak. Biasanya ia akan kesal pada Mark, tapi tidak kali ini. Mungkin karena ia sudah seminggu tidak berhubungan badan dengan Mark.
Mark tahu kekasihnya kelelahan sekaligus kelaparan. Namun Mark tidak bisa memasak. Pergi keluar membeli makanan untuk mereka berdua adalah keputusan yang tepat bagi Mark. Ia ingin membiarkan Haechan beristirahat sejenak.
"Hyung jangan berjalan terlalu jauh sampai ke bukit kecil itu ya. Setelah dari minimarket langsung pulang!"
"Memangnya kenapa?"
Ingin sekali Haechan mencubit pipi Mark yang tirus. Gemas melihat muka lugu Mark yang sedang bertanya sekarang.
"Tidak ada. Aku hanya takut hyung kesasar hehehehe."
Mark mengangguk pelan. Kekasihnya terkadang memang suka over-protective. Tapi, bukankah itu tingkah yang menggemaskan?
Mark berganti baju. Ia memilih memakai sweater warna abu dan celana jeans warna gelap. Angin musim gugur cukup dingin bagi badannya. Ia merapikan tatanan rambutnya sedikit, mengusap lembut rambut Haechan, lalu pergi.
Selepas Mark pamit, Haechan ingin memejamkan matanya. Bergelung dengan selimut hangat. Ia menikmati kesunyian yang tercipta. Pikirannya melayang. Ia ingat kejadian pagi tadi. Aku tak akan kesana dan mendengar suara itu lagi.
Incoming Call – Lion Mark
Haechan melirik sekilas layar ponselnya yang sedang berdering. Ragu untuk mengangkatnya atau tidak.
"Kenapa Mark hyung menelpon? Aku kan sudah bilang mau makan apapun yang dia beli."
Haechan memilih mengangkat panggilan dari kekasihnya.
"Ada apa hyung?"
'...'
Tidak ada jawaban. Tidak ada suara. Hening.
"Halo? Mark hyung?"
' Fuuuufufuufu'
Braakk—
Haechan melempar ponselnya hingga terpental mengenai lemari baju di depan kasurnya. Tidak peduli apakah ponselnya retak atau bahkan rusak. Seluruh tubuhnya bergetar menggigil seketika. Pandangannya mulai kabur. Ia ketakutan setengah mati hingga pikirannya kosong.
'Bagaimana bisa Mark hyung meniru suara siulan terkutuk itu?!'
.
WHISTLE
-EndorTo be continue?-
Apakah fanfict ini layak untuk dilanjutkan?
TERIMA KASIH TELAH DIBACA SAMPAI AKHIR
