Chibi Cafe

.
.

Shingeki No Kyojin ? Hajime isayama .
.

Warning : mengandung unsur boys love, shounen ai, humu, typo, miss typo, ooc, gaje dsb.

.
.

Cerita ini pernah Fay publish di grup dan di note fb, jadi mungkin diantara reader ada yang pernah baca.

.
.

Don'n like don't read!

.
.

"Bye semua, aku duluan ya!" Eren menyampirkan tas punggungnya di bahu kiri lalu memakai topi hijaunya, poni kecoklatan mencuat dibalik topi membingkai wajah tampannya. Jaket coklat dililitkan dipinggang, Eren berdiri.

Bel berakhirnya jam pelajaran terakhir berbunyi 5 menit lalu, Eren buru-buru memasukkan semua alat-alat tulisnya dan cepat-cepat beranjak dari tempat duduknya.

"Eren! Kau mau kencan lagi dengan Levi senpai, ya?" Armin teman sebangkunya mencoba menggoda Eren.

"Heh jadi kau mau bolos ekskul lagi, Bocah Brengsek? Dasar bocah nakal!" Jean Kirstein makhluk dengan wajah mirip kuda yang mengaku sebagai rival Eren tiba-tiba menimpali.

"Diam kau, MUKA KUDA!" Menekan kata muka kuda, Eren mendelik kearah Jean dengan tatapan garangnya.

"Siapa yang kau panggil Muka Kuda, Bocah Sial?!" Jean mulai emosi.

"Sudah-sudah! Kalian ini tidak bisakah akur walau sehari saja?" Armin berdiri diantara Eren dan Jean, berusaha menengahi dua orang yang tidak pernah absen bertengkar tiap hari.

"Eren, kau mau kemana? Bukankah masih ada ekskul hari ini?" tanya Mikasa.

"Biasa... Pasti Eren mau kencan dengan Chibi Senpai di Chibi Cafe ujung jalan dekat lampu merah." Sasha Braus si gadis maniak kentang menyahut, berusaha menghindari adu mulut antara Eren dan Jean yang akan membuat kelasnya ribut.

"Kau mau bolos hanya untuk menemui Senpai Cebol itu, Eren?" suara lembut nan tegas milik Mikasa terdengar agak sinis. Berusaha menutupi emosi kecemburuan yang meletup didalam hatinya. Ya semua tau bagaimana perasaan Mikasa pada Eren. Mikasa Arckerman yang menyukai Eren, sangat tidak suka Eren berdekatan dengan Si Chibi Senpai.

"Hehe... aku membolos karena sedang tidak enak badan, kok... " Eren ketawa canggung.

"Kau sakit, Eren? " Mikasa baru saja akan menyentuh dahi Eren untuk mengecek suhu tubuh sebelum Si Muka Kuda mendorong Eren ke pintu.

"Hoo... tidak enak badan, ya? ya sudah kalau begitu CEPAT KAU PULANG SANA!"

Dengan rengutan kasar Eren melepaskan diri dari Jean. "TIDAK PERLU MENGUSIRKU PUN AKU AKAN PULANG, MUKA KUDA!"

Armin dan Sasha segera menengahi mereka sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan. "Hahaha, ya sudah cepatlah pulang dan sabotase Chibi Senpaimu itu, Eren."

Semu merah samar menghias pipi Eren. "Kalian ngomong apa sih? Siapa juga yang mau menyabotase? aku kan cuma ga enak badan. Ya sudah aku duluan, ya? Bye semua!" Eren melambai ke arah Armin dan Sasha lalu beralih ke Jean dengan mendeath glare rivalnya itu sebelum menghilang dibalik pintu.

.
.

~ FayRin D Fluorite ~

.
.

Eren berjalan santai menuju gerbang sekolahnya. Cuaca cukup hangat karena memasuki musim semi. Bunga-bunga dan pepohonan mulai menumbuhkan kuncup-kuncupnya, setelah beberapa bulan membeku oleh salju.

Eren Jaeger 17 tahun, siswa kelas 2 SMU Shiganshina. Berperawakan tinggi tegap, dengan tinggi 170 cm. Surai hazel dengan iris jamrud yang manawan. Wajah serupa model-model remaja di halaman depan majalah-majalah fashion, tampan dan manis dalam satu paket, membuat Eren cukup populer dikalangan para gadis dan para lelaki.

"Waah... cantik sekali gadis itu," Eren bergumam saat berpapasan dengan seorang gadis bersurai cokelat terang bertubuh mungil, kulit pucat sang gadis berkilau diterpa sinar mentari membuat gadis itu terlihat sangat menawan.

"Suit-suit... " Eren bersiul pelan mengagumi kecantikan sang gadis. Eren belum pernah melihatnya, mungkin gadis itu murid pindahan dari luar kota.

Mata Eren masih mengikuti sosok sang gadis sampai gadis itu masuk kedalam ruang kepala sekolah. Oh, rupanya benar dia murid baru. Tatapannya masih tertuju pada ruangan itu meski sang gadis sudah menghilang dibalik pintu.

"Lihat apa kau, Bocah?"

"Huwaa!" Eren kaget dan terlonjak pelan, kepalanya menoleh cepat kearah belakangnya.

"Levi senpai! Kau mengagetkanku, tau?"

"Apa yang kau lihat? Sampai-sampai kau bersiul seperti burung minta kawin." Si Senpai Chibi memperhatikan Eren dari ujung kepala ke ujung kakinya, lalu tatapannya mengikuti tatapan terakhir Eren, ke arah ruang kepala sekolah.

"Hehe... tidak ada apa-apa. Aku tadi hanya melihat gadis yang sangat cantik. Aku belum pernah melihatnya sepertinya murid baru."

Levi hanya menaikkan alisnya, pandangannya menggelap. "Hoo... rupanya kau sudah mulai nakal di belakangku, Bocah?"

Eren meneguk ludahnya. "Bukan! Bukan begitu, aku hanya penasaran saja karena belum pernah melihatnya. Sudahlah ayo kita ke cafe sebelum ramai dan antri." Eren berusaha mengalihkan perhatian.

"Tunggu dulu! Bukankah ini hari rabu? Kenapa kau tidak ekskul?"

"Hehe..." Eren hanya tertawa canggung.

Levi menatap Eren curiga. "Kau cabut lagi, ya? Dasar bocah nakal, aku tidak pernah mengajarimu bolos, baka!" Agak berjinjit Levi meraih topi Eren membalik posisi topi hijaunya dan membenamkan muka Eren kedalam topi.

"Argh... lepaskan! Lepaskan!"

"Itu hukuman untuk anak nakal tukang bolos sepertimu, Bocah."

Dan Eren hanya bisa mengerang dibalik pengapnya topi sambil di seret ke Chibi Cafe.

.
.

~ FayRin D Fluorite ~

.
.

Alunan musik jazz yang lembut terdengar dalam indra pendengar Eren. Memilih duduk disalah satu sofa di Chibi Cafe didekat jendela sudah menjadi kebiasaan Eren dan Levi. Entah sejak kapan tepatnya tidak ada yang tau pasti. Ditemani secangkir coffelatte untuk Eren dan capuccino untuk Levi, serta kue-kue kering buatan tangan terampil pemilik cafe, Farlan Cruch.

Mungkin sekitar satu setengah tahun yang lalu, tepatnya saat penerimaan siswa baru di SMU Shiganshina. Eren si murid baru dikeroyok oleh senior-senior OSIS saat jam pulang sekolah. Akibat dari ulah Eren yang melawan saat dibully oleh senior-senior OSIS saat masa orientasi siswa. Eren yang ditantang senpai-senpai untuk berkelahi di belakang sekolah kewalahan, dan hampir pingsan karena dikeroyok. Saat itulah Levi tak sengaja melihatnya. Levi yang saat itu merupakan ketua club karate dengan mudah melumpuhkan mereka, dengan wajah babak belur mereka lari terbirit-birit dan berjanji pada Levi untuk tidak membully Eren lagi.

Eren yang saat itu dalam keadaan muka lebam dan seragam kotor masih sempat melempar batu kearah salah satu senpai dan mengenai kepala mereka. Saat senpai itu mengaduh kesakitan sambil terbirit Eren yang babak belur tertawa keras. "Hahaha... rasakan! Dasar brengsek, kalian beraninya main keroyokan, rasakan itu! hahaha.."

Levi yang saat itu tidak mengenal Eren hanya menaikkan alisnya, heran. Melihat sikap Eren yang meski sudah kalah dan babak belur masih tidak menyerah dan justru tertawa keras membuat Levi diam-diam merasa kagum.

'Anak baru yang bersemangat ya, tidak buruk,' innernya. Mengingatkan Levi dengan dirinya sendiri dimasa lalu.

Dengan wajah datarnya Levi memapah Eren yang berontak tidak mau ditolong. Dengan decakan kesal Levi menyeret Eren. " Kau tidak malu apa berjalan pulang dengan keadaan begini? Pasti orang tuamu cemas melihatmu seperti ini."

Eren akhirnya menurut setelah melihat keadaannya sendiri yang babak belur, hanya karena tidak ingin membuat orang tuanya khawatir. Levi yang notabenenya bertubuh lebih pendek darinya tidak kesulitan memapahnya dan membawanya ke Chibi Cafe yang letaknya tak jauh dari sekolah.

Eren yang semula berontak karena merasa aneh, 'kenapa orang babak belur malah dibawa ke Cafe bukannya ke UKS?' pada akhirnya menurut, setelah Levi menjelaskan bahwa pemilik cafe ini adalah temannya. Dia bisa merawat luka-lukanya dan membersihkan diri disini. Eren setuju saja mengingat UKS sekolah sudah tutup saat itu.

Eren ingat saat itu Levi meminjamkan jaket miliknya dan mau tak mau besoknya mereka bertemu lagi untuk mengembalikan jaket milik Levi. Sejak saat itu kebiasaan bertemu tiap pulang sekolah terjadi begitu saja.

Dari situlah kebiasaan mereka mampir ke cafe ini setelah pulang sekolah berawal. Semula hanya seminggu sekali, lalu berubah jadi 3 kali seminggu, lama-lama setiap hari mereka berkunjung bahkan dihari minggu walau sebentar hanya untuk ngobrol, atau menghabiskan secangkir kopi dan sepiring kue kismis kering atau cake-cake lain.

.
.

"Kau sudah kelas 2 bocah, harusnya jangan sering bolos ekskul." Suara monoton Levi tiba-tiba terdengar saat Eren sibuk mengamati pemandangan diluar.

"Ehehe... habis aku malas sih mengikuti kegiatan itu, nanti pas balik cafenya ramai dan kita harus mengantri lama hanya untuk mendapat tempat duduk dan pesanan."

Suara 'TUK' kecil mendarat di kepala Eren, sendok pengaduk kopi yang diketukkan ringan dipuncak kepalanya oleh Levi.

"Itu bukan alasan logis, Bocah Nakal. Saat kau sudah kelas 3 nanti semua kegiatan ekskul akan dihapus karena lebih fokus ke ujian. Nikmatilah kegiatan itu selagi kau masih bisa mengikutinya."

Mengusap puncak kepalanya pelan Eren sedikit manyun, pukulannya tidak sakit, karena Levi hanya memukulkan sendok itu pelan tanpa niat menyakiti sama sekali, hanya sedikit gemas dengan tingkah nakalnya.

"Iya-iya."

Levi tersenyum tipis lalu mulai menyeruput capuccinonya pelan.

"Oh iya, apa tadi kau tidak melihat gadis cantik itu Levi-san? Sepertinya dia murid baru dan seangkatan denganmu."

"Kenapa kau begitu penasaran, Bocah? Itu bukan hal yang penting. Atau jangan-jangan kau menyukai gadis itu sampai-sampai kau penasaran ingin tau tentangnya." Levi menyipit curiga.

"Bu- bukan! Aku hanya merasa familiar dengan wajahnya. Sepertinya pernah melihatnya, di TV atau dimajalah. Entahlah..."

Levi menatap Eren dengan pandangan datar "Aku tidak melihatnya dan tidak peduli. Yang penting hari sabtu besok kalau sampai aku melihatmu bolos ekskul lagi aku akan menghukummu."

Eren tersedak kue kismisnya dan tertawa canggung. "Iya-iya ga akan bolos kok..." jawab Eren dengan muka pucat.

.
.

~ FayRin D Fluorite ~

.
.

Levi Arckerman 18 tahun, siswa kelas 3 SMU Shigansina. Perawakannya mungil, memiliki tinggi dibawah rata-rata lelaki seumurannya, hanya 160 cm. Surai eboni lurus sehitam arang. Berwajah tampan dan berkulit pucat. Matanya sipit beriris sewarna surainya. Dan wajahnya yang sealu minim ekspresi justru menambah daya tariknya.

Meskipun dijuluki Chibi Senpai tapi kemampuannya tidak boleh diremehkan. Saat masih kelas 1 SMU saja dia sudah berhasil mengalahkan ketua gank nomer 1 di SMU nya. Dan tak berapa lama dia menjadi ketua club karate, sampai saat kenaikan kelas 3. Dia harus digantikan karena siswa kelas 3 tidak diperkenankan mengikuti ekskul apapun agar lebih fokus ke ujian. Dengan reputasinya ini tak heran bila dia sangat disegani.

Usianya yang terpaut setahun dengan Eren membuat mereka layaknya teman seumuran. Banyak yang berfikir mereka sahabat, padahal sebenarnya Levi dan Eren sudah berpacaran sejak setahun yang lalu. Hanya sahabat-sahabat terdekat mereka saja yang tau hubungan mereka yang sebenarnya.

Kedekatan mereka berawal dari Levi yang menolong Eren lalu berlanjut ke pertemuan rutin tiap sepulang sekolah di Chibi Cafe. Berlanjut lagi dengan kunjungan rutin Levi kekelas Eren tiap jam istirahat. Meskipun mereka tidak menunjukan kemesraan mereka didepan umum dan tidak semua orang mengetahui hubungan mereka yang sebenarnya tak jarang kedekatan mereka memicu rumor diantara anak-anak seangkatan mereka. Yah karena hubungan sesama jenis tak asing lagi di sekolah mereka.

.
.

Keesokan harinya saat Levi tiba dikelasnya tiba-tiba dia disambut dengan kehebohan teman-teman sekelasnya.

"Levi! Sudah dengar belum?" tanya Erwin Smith teman sebangkunya. Belum sempat Levi menjawab, murid lain menginterupsi.

"Hey Levi, ada murid baru dikelas kita lhoh! Hihihi... " sahut seorang gadis dibelakang bangku Levi sambil cekikikan.

Levi menaikkan alisnya. " Lalu? Apa urusanku?"

"Kau pasti terkejut." beberapa gadis bergerombol sambil cekikikan, " Iya, kau pasti terkejut, hihi..."

"Lihat saja nanti, hihihi.."

"Nanti aku mau nyomblaingin mereka lagi aah... mereka itu pair favoritku."

"Hahaha... hihihi.." murid -murid wanita kembali cekikikan.

"Ada apa dengan kalian?" Levi bertambah heran dengan kata-kata mereka meski wajahnya tetap tanpa ekspresi.

Baru saja dia ingin bertanya pada Erwin tiba-tiba Mr. Keith wali kelasnya masuk. Otomatis kelasnya menjadi hening.

"Anak-anak, hari ini kelas kita kedatangan murid baru. Dia pernah bersekolah disini selama 6 bulan, saat kalian masih kelas 1 mungkin kalian ada yang ingat? Nah silakan masuk, Petra."

Seorang gadis bersurai cokelat terang memasukin ruang kelas dengan seragam yang berbeda. Mendadak kelas jadi heboh dan semua mata tertuju pada Levi.

"Yoroshiku Petra Ral desu, saya murid baru mohon bantuan kalian kedepannya teman-teman." Gadis itu membungkuk sebagai perkenalan, saat dia berdiri tegak matanya tak pernah lepas dari Levi, yang tengah menatapnya acuh dengan wajah datar.

.
.

~ FayRin D Fluorite ~

.
.

"Eren."

Eren menoleh kesamping saat Armin memanggilnya. Baru saja Eren ingin menjawab, Connie menepuk-nepuk pundaknya dari belakang.

"Ada apa sih?" Eren menaikkan alisnya penasaran.

"Etoo.. Tentang siswi baru dikelas Levi senpai... Umh..." Armin terlihat ragu-ragu.

"Oh.. Gadis cantik berambut cokelat terang yang kemarin berpapasan denganku di gerbang itu? Jadi benar dia murid baru?" tanya Eren bersemangat.

"Kau tak tau? Ternyata kau benar-benar bodoh ya, Bocah " Jitakan langsung mendarat dikepala Jean. Jean mendeath glare Connie yang menjitaknya.

"Argg! Apa-apaan kau menjitak kepala antikku!" Jean mengaduh mengusap kepalanya.

"Ehehehe... tak usah didengarkan Si Muka Kuda ini Eren, yang penting kan saat ini orang yang disukai Levi senpai adalah kau." ucap Connie yang justru menambah bingung Eren.

"Ada apa sih? Aku tidak mengerti apa yang kalian bicarakan?" Eren berkedip polos.

"Dasar baka," gumam Jean yang segera direspon dengan death glare dari Eren.

Dengan helaan nafas, Armin menepuk pundaknya pelan. "Jadi kau belum tau, ya? Baiklah... akan kuberi tau. Kuharap setelah kau tau hal ini tidak akan mempengaruhimu, Eren. Umh begini, jadi sebenarnya gadis itu mantan pacar Levi senpai saat kelas 1. Senpai-senpai kelas 3 yang memberitahuku. Apa Levi-san tidak bilang apa-apa padamu?"

Jantung Eren berdebar kencang saat mendengar penjelasan Armin. Mantan? Gadis cantik yang kemarin berpapasan dengannya itu mantan pacar Levi? Bahkan Levi tidak pernah bercerita apapun padanya.

Tertawa canggung Eren berujar, "Oh jadi begitu ya... tidak apa-apa kok, lagipula aku tidak peduli."

Armin dan Connie saling memandang dengan tatapan ragu. "Tidak usah dipikirkan, Eren. Lagipula itu hanya masa lalu, kan? Yang penting sekarang ini orang yang dicintai Levi adalah kau," ucap Armin.

Eren terdiam menatap kosong ke mejanya. Jujur, kabar ini begitu menohok hatinya.

'Orang yang dicintai Levi adalah kau.'

Kata-kata itu terngiang terus dalam benaknya, bahkan saat jam pelajaran berlangsung. Benarkah? Benarkah demikian, Levi? Mendadak, hatinya terasa ditikam belati.

.
.

To be continued

.
.

AN :: maaf kalau aneh... disini Fay gak akan bikin konflik yang rumit. Cuma mau main galau-galuan saja sedikit. Fic ini terinspirasi dari manga yang pernah Fay baca. Sebenarnya sudah Fay tulis dari tahun 2014 untuk ultah Eren. Dan beberpa kali Fay share ke grup. Fay beranikan publish di FFn dengan banyak perombakan dan perbaikan. Semoga kalian suka.

Terakhir... adakah yang mau memberi Fay review? Satu review akan menambah semangat bagi Fay.

Terima kasih sudah membaca ^^