Penyangkalan Hak Kepemilikian: Saya tidak memiliki Harvest Moon dan seluruh karakter di dalamnya.
Chapter: 1
Seorang wanita muda berlari kecil di tengah hujan deras, mencoba melindungi kepalanya dengan tangannya dari jatuhan jarum-jarum air. Berlindung di bawah kanopi sebuah toko kue, ibu jarinya mulai mengetik teks di telepon genggamnya. Matanya yang biru siap memindai teks balasannya. Desahannya terdengar jelas, terasa kekecewaannya.
Lama kemudian, hujan deras itu pun berubah menjadi hujan gerimis. Rintikan airnya jauh lebih kecil dibanding sebelumnya, mengizinkan Claire untuk melanjutkan jalannya. Tas putihnya dicincingnya erat, takut bila seseorang akan mengambilnya dari balik matanya.
Hanya beberapa blok dari tempat ia berteduh, sebuah rumah besar yang terlihat tua sudah menunggunya. Rumahnya, namun tidak terasa seperti rumah. Ia sangat sungkan saat menjejakkan kakinya di beranda rumah itu, apalagi memasukinya. Dengan lemah ia mengetuk pintu rumah tersebut, anehnya seorang pria dengan jas hitam lengkap seakan akan mendatangi pesta dengan cepat membukakan pintu. Mata hitamnya yang sungguh gelap menatap matanya yang biru kelam, dan segera menyuruhnya masuk.
Rintikan air jatuh di atas karpet coklat muda di bawahnya, membasahinya sedikit. Ia disambut oleh seorang pria dengan kaus biru berlapis dengan jaket kulit hitam dan celana jeans yang terlihat sangat kotor, topinya di balik ke belakang. "Ah! Kau sudah pulang rupanya!" seru Jack yang tak lain adalah adik dari Claire.
Claire hanya memutar bola matanya, mendengar adik angkatnya itu. "Hey, Kak! Lihat aku kalau aku sedang bicara padamu!" serunya lagi. Memang, Jack adalah seorang laki-laki usia 21 tahun yang sungguh kekanak-kanakan. Angkuhnya terasa jelas saat berbicara dengannya, dan rasa tak sabarannya itu yang membuat orang sebal dengannya. Namun apa boleh buat, pikir Claire.
Ia mengangkat kepalanya dan memasang pandangan dingin terhadapnya, tanpa sepatah kata sekalipun. Namun, Jack malah mengangkat ujung bibirnya dan tersenyum angkuh. "Hmph, begitu lebih baik."
Mata birunya memicing saat ia melihat wanita muda dengan rambut coklat yang diikat tinggi itu keluar dari arah ruang makan. Dandanannya memperlihatkan sosok wanita ramah nan anggun dengan pakaiannya yang rapi dan casual, yang dapat menipu semua orang akan bagaimana dirinya yang sebenarnya. "Ah, gembel ini sudah datang rupanya." Gertak wanita itu. "Cepat! Temui Tuan Arringham di tempatnya! Dan bersihkan dirimu! Beliau takkan senang bila bertemu gadis kampung sepertimu membasahi karpetnya!" ia memasang pandangan yang sungguh tak mengenakkan Claire. Sungguh tajam mulut wanita muda ini yang tak lain adalah saudara kembar Jack. "Kau dengar apa yang kubilang tadi! Cepat!" bentaknya keras.
Jack yang daritadi hanya melihat kakak kembarnya itu mengoceh akhirnya angkat bicara juga. "Hey, Kak Claire. Sebaiknya kau mempersiapkan dirimu. Tuan Arringham mungkin akan menggunakan kata-kata yang lebih kasar ketimbang Jill." Mata cokelat emasnya melirik sepasang kembarnya, lalu ia melangkah menuju tangga.
Claire sudah lama mendapat perlakuan seperti ini dari si kembar itu. Keduanya memiliki sifat yang sungguh buruk, namun tak ada yang dapat menyangkal mereka. Claire, sebagai anak angkat dari keluarga itu pun lebih punya sedikit kesempatan untuk bicara. Ia pun melangkah menuju kamarnya yang sederhana, tak seperti yang dimiliki keluarga asli di lantai 2. Ia pun mandi dengan cepat dan berganti pakaian. Celana panjang hitam dari kulit dan kaus putih tanpa lengan dengan rompi hitam dari kulit pula. Pakaian dari bahan kulit, ciri khas dari keluarga Arringham.
Claire pun keluar dari kamarnya dan menguncinya, lebih baik seperti itu daripada seseorang mengacak-acaknya. Ia selalu melarang semua orang di rumah itu memasuki kamarnya, tentu dengan cara menguncinya. Saat ia berbalik, terlihat seorang laki-laki berambut oranye berpakaian dengan baju tanpa lengan dari kulit hitam dan jeans dengan rantai dimana-mana datang menghampirinya, senyuman angkuh (yang sangat berbeda dengan yang dimiliki Jack) terlihat di wajahnya. Dengan cepat ia menyandarkan kedua tangannya di samping kanan dan kiri Claire, dan mengarahnya wajahnya ke telinga Claire, "Hey, Claire. Seragam kulit hitam itu sungguh cocok untuk membalut kulitmu yang putih." Godanya. Dengan cepat Claire menggenggam pergelangan tangannya, menunduk, dan menabrakkan kepalanya ke pintu jatinya. "Terima kasih, Gray, atas pujianmu." Senyum Claire. Memang, keahlian bela dirinya itulah yang membuatnya diterima di keluarga ini. Namun Gray hanya tertawa pelan, mata birunya melirik si pirang tersebut, dan tersenyum lagi. Claire melepaskan genggamannya, sambil mempertahankan senyuman di wajahnya. "Bagus, Claire, aku bangga memiliki adik sepertimu." Ucap pemuda usia 25 tahun tersebut. Ia mengusap kepalanya yang lalu ia melangkah melalui koridor di kanannya, meninggalkan Claire di belakang.
Gray, dialah satu-satunya dari empat bersaudara itu yang memiliki rambut oranye dari ibunya, dan mata biru dari neneknya. Sifat buruknya yang sering ia perlihatkan adalah menggoda setiap gadis di jalannya, meski itu Jill. Serta kesabarannya yang sedikit alias cepat marah. Meski begitu, ialah yang paling bertanggungjawab dari empat bersaudara itu. Ia sering melakukan transaksi gelap atas namanya karena dialah yang bisa menangani segala kendala, meski dengan cara yang tidak wajar dilakukan. Topi tulisan 'UMA' pemberian kakaknya, Mark, tak pernah ia lepaskan.
Claire berjalan dengan tenang melalui ruang utama. Begitu megah dengan dekorasi di sana-sini. Meski begitu, jarang sekali yang ada meluangkan waktu untuk beristirahat di tempat itu. Ia melanjutkan jalannya menuju ruangan milik Tuan Arringham. Pintu putih dengan gagang perak menunggunya di ujung lorong, dengan dua penjaga yang sepertinya sudah bosan menjaganya.
"Persilahkan ia masuk!" suara yang terdengar dari arah pintu putih besar itu sudah tak salah lagi adalah milik Tuan Arringham. Meski beliau adalah ayah dari empat bersaudara itu, mereka lebih memilih untuk memanggilnya dengan sebutan nama keluarga mereka, seakan bangga dengan nama itu.
Claire memasuki ruangan itu, besar, sederhana, api yang menyala di sisi untuk mengahangatkan hawa dingin di luar sehabis hujan. Mata coklat emas menatap milik Claire. Tuan Arringham pun berdiri, terlihat baju setelan tux putihnya yang elegan membalut tubuhnya yang tegap. "Silahkan duduk, anakku." Ucapnya.
Ia memang selalu memperlihatkan sikap lembut saat hatinya tenang. Namun bila kau sedikit saja membuatnya tidak nyaman, ia mungkin sudah menghujam hatimu dengan kata-kata kasarnya, dan mungkin saja ia menembakmu dengan senapan kesayangannya, Glass Sliver, pelurunya merupakan kristal yang kuat dan tajam, sulit untuk ditemukan di dalam lapisan daging magsanya.
"Terima kasih." Jawab Claire. Setelah duduk di atas kursi tangan nan empuk itu, si rambut coklat susu itu memperhatikannya dengan seksama. Hanya beberapa detik, ia kemudian menulis sesuatu di buku tebal dengan kertas broken white yang terlihat tua. Tak lama, Tuan Arringham tersenyum, dan meletakkan buku itu di lacinya.
"Claire, sepertinya kau sudah cukup mampu untuk mulai bekerja." Ucapnya.
"Pekerjaan apakah itu, Tuan?" tanyanya.
"Aku sudah mempersiapkan bagianmu. Kau akan menjadi penerusku esok saat aku tiada." Ucapnya dengan tegas.
"Tapi, Tuan, tidakkah Anda akan memilih salah satu dari anak kandung Tuan untuk bagian itu?"
"Kau memiliki lebih banyak potensi ketimbang anak-anakku yang lain. Lagipula, kau sudah menjadi anakku setahun lalu. Tidakkah kau bangga?" tukasnya.
"Baik, Tuan. Saya menerimanya."
"Kau akan tahu bagaimana keluarga Arringham bekerja, anak-anakku pasti akan memberitahumu cara mengelola perdagangan senjata milik kami. Dan, untuk keamananmu, ambilah ini." Ia kemudian menyodorkan dua senapan pistol kembar dengan panjang sedengan. Hiasan perak di atas hitam besi menambah keindahannya. "Mereka bernama Silver Twins, pelurunya terbuat dari perak, kau akan mudah menemukannya di tempat persediaan kita."
Claire mengambil keduanya lalu memandangnya dengan mata penasaran. "Tapi Tuan, saya di sini karena keahlian saya dalam bela diri, tidakkah saya menerima senjata untuk buku jari saya?"
"Kau pasti akan mengerti bagaiman cara kerja Silver Twins. Baiklah, Claire, silahkan keluar."
"Baik, Tuan Arringham."
Bersambung...
Ya! Bab pertama selesai! Yang mau meninggalkan komentar dan saran, silahkan meng-klik tombol Review di bawah!
