Disclaimer : Naruto bukan punya saya.
Warn : fem naru, gaje, ooc., dll.
Aku Bukan Malaikat
Someone pov
" Kiri kanan kulihat saja banyak pohon cemara.."
" Kili kanan kulihat caja banyak pohon cemala..."
" Minato.. awass.."
" Kushina lindungi Naruto."
" Minato.."
" Huwaaaa..."
Brak
Hening
Hanya ada rintik hujan di sana. Meski samar aku bisa mendengar langkah orang mendekat.
" kaa chan..hiks hiks ii itaai.. hiks.."aku menangis karena rasa sakit di kaki. dan diperparah saat melihat wajah ibuku yang penuh darah. Sedang ayahku sudah tak sadarkan diri di balik kursi kemudinya.
" Sstt... tenanglah Naru chan.. kaa chan di sini.." suara lembut sedikit serak dapat ku dengar. Aku tahu ibuku tengah menahan sakit karena tubuhnya terjepit badan mobil.
" hiks iitai.. itaii.. kaa chan.."
" ssttt.. t tenanglah Naru."ujarnya sambil memelukku erat.
" Haloo.. apa masih ada orang yang sadar di sana.."dapat aku dengar gedoran keras dari pintu kananku.
" Hei.. jawablah.."
Dengan susah payah ibuku menggerakkan jemarinya mengetuk kaca mobil dengan tangannya yang juga penuh darah.
" Astagaa.. Kabuto cepat.. masih ada yang selamat di dalam."
" Ha'i tou sama."suara langkah kaki menjauh namun segera kembali lagi.
Tak lama aku mendengar pintu itu berusaha dibuka. Mungkin dengan sesuatu yang keras.
" Cepat Kabuto.."
" H hai.."
Setelah beberapa saat
Brak..
Pintu samping terbuka.
" Kalian tak apa.?"tanya seorang pria dengan matanya yang mirip seperti ular.
" Yya.."jawab ibuku terputus-putus.
Saat itu aku hanya bisa menangis. Selain karena sakit.. entah kenapa aku juga merasa takut.
" Kabuto cepat bantu aku mengeluarkan mereka."
Mereka pun mengeluarkan kami di tengah derasnya hujan tengah malam.
Dan
Bommm
Ledakan itu berhasil menghancurkan mobil yang kami tumpangi.
Itu adalah kenangan terakhir yang kuingat. Kenangan pahit menghasilkan jarak.
Sedikit trauma tapi tak mempengaruhiku. Karena aku sudah tumbuh menjadi gadis kuat yang tak akan orang lain bisa bayangkan.
Sampai saat ini aku masih menunggu. Menunggu malaikatku yang masih terjaga dari mimpinya selama sebelas tahun. Entah kapan mereka akan menampilkan cahaya mereka. Tapi aku tak akan berhenti berharap. Setidaknya, biarkan aku melihat mereka tersenyum untuk terakhir kalinya.
" Naru.."seorang lelaki bersurai perak menghampiriku. Menepuk bahuku mencoba mengerti perasaanku.
" Percayalah.. mereka pasti sadar.. kau hanya perlu bersabar sebentar lagi. Karena tou sama sedang berusaha."
" Nii sama.."lirihku menatap sendu pada orang yang telah menyelamatkanku. Kabuto, laki-laki dua puluh tahun yang sudah aku anggap kakakku sendiri.
" Pstt.. percayalah.."ujarnya sambil memelukku erat. Sesekali dia mencium rambutku. Perlakuan yang mengingatkanku pada mereka.
- 0 -
" Tou sama.." panggil seorang gadis bersurai pirang semangat.
" Naru chan kemarilah.."balas pria dengan surai hitam panjangnya.
Dengan semangat aku berjalan menuju tou sama. Dengan manja aku duduk sambil memeluknya.
" Ada apa?"tanyanya penasaran.
" Besok kita akan ke Konoha."ujar Orochimaru, ayah sekaligus penyelamatku. Aku tahu persis apa yang telah dia perbuat padaku dulu. Tapi aku tak menyesal. Selama aku masih bisa bernapas dan melihat malaikatku, aku tak akan membencinya.
" Konoha..?"beoku bingung.
" Ha'i.. mulai sekarang, kita akan berhenti melakukannya. Tou sama ingin kamu menjalani masa remajamu dengan bebas."ujar tou sama sambil menatapku lembut.
" Tapi.."
" Stt... tou sama tahu kau terbebani dengan pekerjaanmu.. tou sama juga yakin kau pasti selalu dibayangi rasa bersalah."
Aku hanya diam mendengar ucapan tou sama. Dia benar. Tapi rasa bersalah itu aku buang jauh saat mengetahui alasan dibaliknya.
" Tapi itu sepadan dengan apa yang telah mereka lakukan."balasku dingin.
" Dan tou sama tidak ingin kau kehilangan hatimu Naru chan.."balasnya sambil mengelus rambutku. Aku sedikit tersentak mendengarnya. Benar, aku tak pernah melibatkan perasaanku dalam pekerjaan. Karena itu hanya akan menghancurkan segalanya.
Aku menghela napas. Mungkin benar, sudah saatnya aku berhenti dari ini semua.
" Ha'i."jawabku mantap.
Mulai besok.. adalah hari baru. Dimana aku terlepas dari segala hal yang berhubungan dengan warna merah.
Pov end
- 0 -
Cit cit cit
Pagi telah dimulai. Ini adalah hari pertama Naruto di Konoha. Hari dimana dia bisa menikmati masa remajanya dengan bebas. Karena selama ini tak sedikitpun masa itu mampir diusianya yang ke enam belas.
Dan kini ia tengah bersiap berangkat sekolah. Konoha High School. Sekolah dimana ia akan mengisi masa remajanya. Masa yang kata orang adalah masa paling indah.
Dengan berpakaian rapi dan mengikat rambutnya dengan gaya pony tail, Naruto siap menuju sekolahnya. Jangan lupakan kacamata berframe hitam melekat di mata sewarna saphire itu.
" Yosh.. KHS.. i'm coming.."seru Naruto semangat.
Tbc.
Ini cerita baru. Dan author juga masih baru. Jadi mohon maaf jika banyak kesalahan.
