QUESTO MOMENTO
Cast :
Kim Jong Dae – Byun Baekhyun
Oh Sehun – Xi Luhan
Kim Jong In – Do Kyungsoo
Support Cast (just mention):
Park Chanyeol
Zhang Yixing
Tao
Genre :
School-life, fluff, romance
Rate :
K++ or T
Desc :
Cast milik tuhan, ide cerita milik penulis.
Muda-mudi itu berjalan bersebelahan. Langit keemasan menemani setiap langkah mereka berdua yang pelan. Mereka terlihat sangat menghargai waktu sempit yang bisa mereka
habiskan bersama. Suasana lingkungan sekolah kini telah ada lagi Zhang Yixing yang selalu menghabiskan waktunya untuk berlatih sampai sore menjelang. Sehingga murid yang tersisa kali ini di sekolah hanyalah mereka berdua. Kim Jongdae dan Byun Baekhyun.
Muda-mudi yang kini telah memiliki sebuah ikatan jauh lebih dalam dari kakak dan adik. Walau agak ragu, Jongdae memecah kesunyian.
"Besok upacara kelulusan akan berlangsung. Tidak terasa ya, Baekhyun ah"
Kemilau cahaya di kedua irisnya yang berwarna senja terlihat begitu mempesona. Baekhyun
menatapnya dan mengangguk.
"Ya, tidak terasa."
Baekhyun memasang sebuah senyuman kecil.
"Aku... ingin minta maaf kalau selama ini aku merepotkan Baekhyun ah."
Jongdae tersenyum malu sambil mengusap ubun-ubunnya.
"Jongdae oppa lebih seperti ingin mati daripada ingin lulus."
Baekhyun tertawa kecil melihat kelakukan senior di sampingnya.
"He?"
Rasa kaget yang didapat Jongdae akibat mendengar perkataan Baekhyun hampir membuat bibirnya mencium bata-bata berwarna cokelat karena entahlah tubuhnya condong ke depan tiba-tiba.
"Jongdae- oppa !"
Baekhyun langsung menahan tubuh Jongdae sehingga Jongdae tidak terjatuh.
' Mengapa aku yang harus ditolong? Memalukan sekali.' Batin Jongdae menahan malu dan terus mengutuki dirinya yang ceroboh ini. Tanpa Jongdae sadari, jarak antara
wajahnya dengan Baekhyun amatlah dekat. Dengan cepat ia menjagajaraknya dengan Baekhyun. Walau harus ia akui, ia menikmati melihat Baekhyun dengan jarak sedekat itu. Wajahnya
masih memerah akibat kejadian tadi. Baekhyun hanya tertawa kecil.
"Ma-maaf!" kata Jongdae, tersenyum malu-malu.
"Eh, Baekhyun ah ganti shampoo ya?" Jongdae bertanya dengan polosnya. Baekhyun mencium aroma rambutnya lalu menatap Jongdae. 'Bagaimana ia tahu?'
"eh apa?" Jongdae bingung sendiri karena ditatap seperti itu oleh –ehem– kekasih pertamanya. Ia kemudian mengingat-ingat perkataannya yang membuat wajahnya merona malu.
"A-aku tidak bermaksud yang aneh-aneh! A-aromanya enak kok! Aku suka... Eh? Ma-maksudku..."
Jongdae mendadak speechless karena bingung harus mengatakan apa.
"Terima kasih, Oppa." Baekhyun tersenyum geli melihat kelakuan Jongdae.
Jongdae menatap senyuman milik Baekhyun itu. Pikirannya melayang mengingat-ngingat kejadian-kejadian yang pernah terjadi padanya dengan Baekhyun.
Jongdae POV
Wajah tersenyumnya itu yang selalu membuatku ingin melindunginya. Saat ia mengatakan terima kasih padaku,entah kenapa aku jadi semakin bersemangat. Awalnya aku kira ia menyukai Chanyeol. Karena pada malam itu ia terlihat begitu sedih sesaat setelah Chanyeol mengakui pada banyak orang tengah berkencan dengan Tao, salah seorang hoobae di sekolah kami. Matanya sembab. Dan aku, hanya bisa berdiri mematung melihat keadaannya yang menyedihkan. Ingin sekali aku menggerakkan kedua lenganku untuk memeluknya. Tapi apa hakku untuk melakukannya. Tanpa aku sadari, Yixing berada di belakangku berbisik.
"Kalau kau tidak pergi aku akan merebutnya, Dae ah"
Walau ia tertawa sambil mengatakannya, aku tahu ia tidaklah bercanda. Ia serius. Aku memberanikan diriku untuk melakukan invasi ke-dua(?). Mungkin terlalu berlebihan menyebutnya invasi, ya? Tapi memang begitulah perasaan yang aku rasakan ketika dulu melakukan invasi pertama. Saat di taman ketika lenganku terluka dan ia mengobatinya. Aku meminta izinnya untuk memanggil menggunakan namanya seperti sekarang aku memanggilnnya 'Baekhyun ah' bukankah itu terdengar manis. Ia mengangguk setuju diiringi sebuah rona merah yang terus memenuhi setiap sisi di pipinya bagaikan kuncup mawar yang sedang , ketika aku memintanya untuk memanggilku dengan namaku ia terlihat ragu. Sesuai dugaanku, ia menolak. Dan saat itu aku tahu, ia telah menolakku jauh sebelum aku menyatakan perasaanku secara langsung padanya. Rasanya sakit. Benar-benar seperti prajurit yang kalah perang. Mereka selamat tapi tidak dapat mendapatkan apa yang mereka harapkan.
Itulah mengapa, saat aku menghampiri dirinya yang terus menangis diselimuti kegelapan aku
ragu untuk melangkah. Aku takut kalau invasi ke-dua ini gagal. Tapi aku juga tidak mau dirinya menjadi milik orang lain. Walau aku tahu mengenai perasaannya dengan Chanyeol. Jauh lebih dulu sebelum mereka berdua menyadari perasaannya masing-masing.
Aku benar-benar ragu saat tanganku bergetar saat ingin membuka kenop pintu ruang latihan musik ini. Untunglah Yixing telah pergi. Kalau ia masih di sini, bisa-bisa aku diledekinya habis-habisan atau diteror olehnya. Terkadang aku sendiri tak kuasanya bertanya dalam hati. Mengapa bisa-bisanya aku berteman dengan seseorang seperti Yixing. Dan mataku terbelalak ketika melihat dirinya yang jauh lebih kacau dari apa yang kulihat sebelumnya (aku seharusnya mengenakan kacamata).
Saat itu juga aku bertekad. Aku akan melindunginya. Aku akan menjadikannya sebagai milikku. Memang terdengar begitu posesif, egois, atau kekanak-kanakan. Tapi memang begitu perasaanku padanya. Ah, lebih baik kini aku mengingat kenangan manis dengannya.
Sekiranya... sekitar dua bulan lebih setelah Chanyeol mendadak mulai menghilang dari lingkungan sekolah (Invasi ke-dua ku berhasil! ^o^/ ). Aku sering kali menghabiskan waktu bersama Baekhyun ah. Seperti pada hari itu. Kami berdua duduk di atap sekolah yang sepi. Hanya ditemani angin, langit, bunga, dan benda-benda bisu lainnya. Saat itu aku bertekad untuk melancarkan invasi ke-tiga. Aku memecah kesunyian dengan sebuah pertanyaan.
"Baekhyun ah, apa kamu menyukai Chanyeol?"
Walau aku tahu apa jawabannya, aku tetap bertanya. Aku ingin memastikan semuanya, langsung dari dirinya.
"Ya," aku tidak berani melihat wajahnya. Aku yakin, ia mengatakannya dengan senyuman yang tulus walau menahan rasa pedih di hatinya ya karena Chanyeol sudah bersama yang lain.
"–––Bagaimana... dengan aku?" Aku menundukan kepalaku semakin dalam.
"Aku mencintaimu."
"Oke"
Aku terdiam sesaat. Kata-katanya menggema di kepalaku. Aku baru sadar apa yang ia katakan tadi dan wajahku langsung memanas. Bukan hanya aku, dia pun begitu.
Itu, invasi terindah yang pernah aku lakukan.
Hh...
Hal yang terus mengusik hatiku adalah kelulusan. Setiap kali aku memikirkannya, aku selalu merasa sedih. Aku begitu takut kehilangannya. Aku takut, tidak bisa berdiri di sampingnya, menghabiskan waktu makan siang bersamanya, menemaninya membaca, dan berjalan bersebelahan di sampingnya.
Aku takut kalau ada orang lain yang berada di sampingnya, menggantikan diriku. Bahkan setiap kali aku mengatakan 'selamat tinggal' aku selalu merasa sedih. Padahal keesokan harinya kami masih bisa bertemu lagi. Tapi aku selalu merasa tak ada besok. Aku selalu memikirkan hal-hal pesimis dan terus mencoba mengusirnya dengan hal-hal yang lebih itu benar-benar membuatku bingung.
Padahal aku sudah berjanji untuk menjadi kuat. Menjadikanmu sebagai seorang putri dan akulah pangerannya. Pemikiranku begitu naif. Benar kata Yixing, aku terlalu naif. Apabila Chanyeol tidak pergi meninggalkannya. Apabila ia tidak menangis pada malam itu.
Apabila Yixing lah yang menghampirinya. Apa pandangannya akan ia tujukan padaku? Apakah senyumannya itu hanya ada untukku? Apa ia akan... mencintaiku seperti yang ia katakan waktu itu?
Normal POV
Jongdae terdiam cukup lama. Baekhyun berkali-kali telah memanggilnya. Namun Jongdae terus termenung. Baekhyun benar-benar tidak menyangka kalau Jongdae dapat memberikan ekspresi beraneka ragam ketika ia sedang termenung seperti ini.
Terkadang ia terlihat senang dan bersemangat, tiba-tiba berubah menjadi masam, sesekali ia tersenyum namun langsung menggigit bagian bawah bibirnya, lalu ia menghela napas lega namun tersentak kaget. Baekhyun tak mampu menahan tawanya.
"Jongdae- oppa ? Kamu baik-baik sajakan?"
Baekhyun mengibaskan tangannya di depan kedua bola mata milik Jongdae.
Jongdae mengerjapkan matanya berkali-kali. Untunglah kini ia telah kembali. Jongdae terdiam melihat Baekhyun yang menahan geli melihat wajahnya. Jongdae ikut tertawa. Tangannya tiba-tiba bergerak memeluk tubuh mungil milik Baekhyun.
"Baekhyun ah, a..ku. sangat menya..yangimu"Bisik Jongdae di tengah pelukannya.
"Aku akan memberikanmu apapun yang kamu mau. Karena itu, jangan pernah melupakanku atau mencari orang lain untuk menggantikanku."
Jeda mengisi namun tak lama. Baekhyun kali ini benar-benar tak tahan. Ya, memang daritadi ia terus tertawa.
Tidak... bukan hanya tadi, melainkan kemarin, kemarin, dan kemarinya lagi ia juga tertawa. Setiap kali Jongdae berada di sampingnya. Setiap kali Jongdae menunjukan ekspresi
manisnya. Setiap kali Jongdae melakukan sesuatu, Baekhyun selalu tertawa. Ia selalu merasa bahagia dan hangat. tapi untuk yang satu ini, ia tertawa lebih keras (yang untungnya di dalam dekapan Jongdae sehingga tak begitu terdengar).
Jongdae melepaskan pelukannya. Ia menatap Baekhyun penuh kebingungan.
"Baekhyun ah, ini perasaanku saja atau kamu memang senang sekali menertawaiku." Jongdae terlihat depresi.
"Itu membuatku sedih,"
Jongdae menundukan kepalanya.
"Oppa ... aku tidak bermaksud menertawaimu, tapi setiap kali Oppa berada di sisiku aku selalu ingin tertawa. Aku selalu merasa senang."
Baekhyun menyentuh wajah Jongdae sehingga mata mereka bisa bertukar pandang.
"Lagipula Oppa ... Oppa -kan akan melanjutkan kuliah di Universitas Donhwa, dan itu letaknya bersebelahan dengan sekolah ini." Baekhyun tersenyum menahan tawanya.
Jongdae baru menyadari hal itu. Menyadari kalau letak Universitasnya nanti dan SMA Saebeom bersebelahan.
"Kamu membuatku semakin terpuruk Baekhyun ah." Jongdae menunduk lagi.
"Tuh kan, Jongdae- oppa seakan-akan ingin mati besok."
"Kamu mengharapkan aku mati ya, Baekhyun ah? " aura gelap semakin menyelubungi Jongdae.
"Oppa , bukan maksudku... Aku minta maaf Oppa!" Baekhyun terlihat bersalah dan membungkuk.
"Kamu harus menemaniku ke bioskop minggu depan." Jongdae tersenyum lebar sambil mengeluarkan dua buah tiket dari saku celananya.
"Baik-baik... eh? Bioskop? Oppa !"
Baekhyun baru menyadari maksud awal Jongdae. Jongdae berlari meninggalkan Baekhyun dengan diselingi tawa yang begitu lepas.
"Aigoo , mereka lebih terlihat seperti anak TK dibandingkan SMA, ya semoga kau berbahagia Baekhyun ah, lupakan Chanyeol oppa. Si bodoh romantis dan naif itu tak begitu buruk untukmu" komentar Lu Han yang muncul entah dari mana melihat sahabatnya Baekhyun bersama kekasihnya Jong Dae.
Seseorang menarik ujung baju bajunya dari belakang membuatnya mendongak melihat pada sosok tinggi yang menjadi pelakunya. Sosok yang familiar dan seharusnya Lu Han mengenalnya namun maklumlah kadangkala Lu Han tak peduli terhadap lingkungannya.
Lu Han memberi tanggapan lewat matanya yang seolah berkata ada-apa, Lu Han sedikit kesal karena membuatnya kehilangan moment mencari sesuatu untuk jadi bahan ejekannya pada Baekhyun.
"aku menyukaimu"kata sosok tinggi tampan berkulit seputih susu itu tanpa ekspresi.
Lu Han tersedak yougurt cair yang baru saja ia minum. Ia menatap pada laki-laki tersebut dengan seksama, menelisik dari bawah sampai keatas.
'tidak buruk'ujar inner Lu Han. Harusnya menambahkan nyaris sempurna di belakangnya.
"baiklah siapa namamu?"
"Oh Sehun"jawabnya masih saja dengan wajah datar. Lu Han tersenyum padanya manis.
"oke Sehun, kau pacarku sekarang"menggaet tangan Sehun pergi, barulah disana Sehun mengulas senyum manisnya tipis, heran jika jawabannya begini dan segampang ini rugi sekali ia menjadi gugup sebelumnya.
"wah, senyummu manis. Ingat itu hanya untukku"titah Lu Han.
Sehun mengangguki, di matanya Lu Han sangat manis sementara di mata yang lain mungkin gila.
Cup!
Lu Han mencuri ciuman dari bibir innocent Sehun, membuat Sehun terdiam membatu. Lu Han melambaikan tangannya di depan wajah Sehun. Sehun menangkap tangan tersebut tiba-tiba membuat Luhan terkaget, dan mata Lu Han membola ketika Sehun mengecup bibirnya persis sama seperti yang ia lakukan tadi.
"yak! apa yang kau lakukan?"protes Lu Han kaget.
"melakukan hal yang sama dengan yang kau lakukan"jawab Sehun yang menjadi kalimat terpanjang dari mulutnya hari ini. Sehun mengenggam tangan Lu Han cuek, dan seolah lupa Lu Han mengamit tangan Sehun.
Lu Han melewati Kantin bersama Sehun dalam gandengannya, jujur saja entah kemana dan semoga Sehun tetap aman namun ia lupa tentang fakta jika Sehun cukup terkenal disana.
"Lu Han? Sehun? Wah, sepertinya dunia ini sudah mulai gila tapi tak apa aku bisa meminta traktirannya nanti"komentar seorang perempuan berambut pendek yang duduk di kantin menunggu makanannya.
"Kyung Soo ah, apa kau sudah memesan dengan benar mengapa mereka lama sekali"gerutu laki-laki yang duduk di hadapan Kyung Soo benar-benar tak peduli pada hiruk pikuk orang yang berkomentar pada Lu Han dan Sehun.
"yak! tentu saja sudah. dasar kau ini. Kau tak terkejut Lu Han dan Sehun terlihat seperti itu?"kesal Kyung Soo.
"tidak, Si brengsek itu memang berencana menembaknya kok, setelah hampir 2 tahun aku mendengar curhatan tentang Lu Han terus. Syukurlah kalau di terima "jawab Jong In malas.
Mata Kyung Soo membola mendengarnya, ia lupa fakta Jong In adalah sahabat dekat Sehun. Sungguh beruntung Lu Han jika begitu.
Kyung Soo membuka sebuah permen dan memasukannya ke mulut, sementara Jong In sudah menyatukan pipinya dengan meja, benar-benar lapar dan lelah menunggu. Kyung Soo mengetuk kepala Jong In dengan jari telunjuknya. Membuat Jong In mendongak menatapnya.
"kau mau ini?"
Kyung Soo menjulurkan lidahnya, menunjukan permen rasa mint yang di dalam mulutnya. Jong In meneguk ludahnya kasar, pikiranya entah menuju kemana-mana sekarang. ia pelan mengangguk penuh keraguan.
"oh, oke. Ambil sendiri kalau begitu"
Mata Jong In berbinar terang mendengarnya. Ia segera mendudukan badannya lalu mencondongkan tubuhnya ke Kyung Soo mendekatkan bibirnya ragu-ragu ke bibir Kyung Soo. Kyung Soo awalnya kebingungan dengn tingkah Jong In yang menjijikan menurutnya mendekatnya bibirnya, memonyong-monyongkan tak jelas dan menutup buka matanya aneh. Kyung Soo baru menyadari ada yang salah dengan Jong In yang lapar.
Tuk!
Kyung Soo menggeplak kepala Jong In sadis. Membuat Jong In mengaduh dan menggerutu.
"yak! apa yang barusan kau pikirkan?"protes Kyung Soo.
"kau yang mengatakan ambil sendiri"jawab Jong In kesal masih mengelus kepalanya.
"ambil disana"
Kyung Soo menunjuk permen yang berada di atas meja. Oke, Jong In salah paham. Dan mungkin lapar adalah penyebabnya. Namun, tetap saja menggerutu 'sepertinya aku yang gila berpacaran dengannya'
Pesanan datang, dan keduanya menyambut dengan suka cita. Jong In menyantap habis hidangannya. Kemudian menatap pada Kyung Soo yang entah mengapa mengingatkannya pada setiap yang telah mereka lalui bersama ya mungkin efek dari Sehun dan Lu Han yang baru memulainya. Kyung Soo tersenyum melihat Kyung Soo yang makan belepotan dan ya seenaknya. Jong In menyadari 'aku mungkin gila karena berpacaran denganmu namun lebih gila lagi jika tidak denganmu' sambil terus menatap Kyung Soo yang makan sungguh sangat tidak beraturan dan bisa memakan apa pun yang ada.
"Kyung Soo ah"panggil Jong In membuat Kyung Soo terbuat menatapnya.
Cup!
Jong In mengecup pinggir bibir Kyung Soo dan Kyung Soo masih membatu karenanya.
"aku akan mengambil soda dulu"kata Jong In bergetar dan langsung pergi meninggalkan Kyung Soo.
Kyung Soo tersenyum tipis, sementara Jong In yang entah kemana bersorak konyol menghilangkan rasa gugupnya.
Yeah! Ppoppoe is done.
Fin.
Questo momento itu bahasa italia artinya This Moment
Ya, begitulah one shoot ini berakhir dengan begitu saja. jujur saja tak tau mau di kasih judul apa ini fanfiction. Cocok gak sih? Isi sama judulnya nyambung? Entahlah lagi ngawur kali eh ke bikin deh ini.. bahkan nama filenya di laptop Se Ra aja juga 'entahlah' lho..
Hahahha XD
Semoga aja pada suka..
Hm.. Se Ra kurang bersemangat menulis akhir-akhir ini entahlah kenapa mungkin karena kurang dukungan nih.. hahah XD malas aja tuh paling kan.. hehe..
Hmm... tinggalin review nee... gumawoooo...
Saranghaeee love love love ~
