My Wife, My Husband, or My Enemy?
Chapter 1: Pernikahan?!
Author : aya-kuchiki chan
Disclaimer : punya Ay lah, tolong… digebukin fansnya om tite
Iye-iye.. Ni punya om tite kubo, Ay cuma author imut yg minjem tokoh-tokohnya
ditimpuk sandal ma om tite
Pairing : IchiRuki, slight HitsuRuki n HitsuHina
Hehe.. Maaf ya kalo Ay malah bikin fic baru ditengah-tengah fic lain yang belum selesai..
Oiya, ini adalah RUKIA'S ada POV lain, akan ada !
Okkkkkk!! R&R ok!
.: Chapter One .:
My Wife, My Husband, or My Enemy?
Pernikahan?!
Aku melangkahkan kakiku memasuki rumah yang sudah kutinggalkan hampir selama lima tahun. Rumah yang memiliki kenangan indah sekaligus pahit. Tempat dimana aku menghabiskan waktuku dengan nee sanku dan tempat dimana pula aku kehilangan nee san ku. Aku kembali kesini karena perintah dari nii sama. Semenjak kematian nee san ku, pribadiku berubah 180 derajat. Aku begitu membenci diriku sendiri. Kalau saja aku mempunyai sesuatu kekuatan, maka nee san ku tidak akan meninggal karena menyelematkanku. Sejak itu, aku memutuskan untuk menjadi kuat, dan di saat itulah aku bertemu dengan dia. Orang yang mengubah jalan hidupku. Aku meninggalkan nii sama sendiri dan hidup dengan orang itu. Kami mempunyai cita-cita yang sama, menjadi dewa kematian bagi para sampah dunia. Dan saat ini aku kembali ke rumah karena nii sama ingin membicarakan sesuatu yang penting padaku, berhubungan dengan pesan terakhir nee san.
"Akhirnya kau pulang Rukia." Nii sama sudah menungguku di ruang tengah.
"Apa aku tidak boleh mengunjungi rumah ini lagi nii sama?" aku begitu rindu dengan nii sama. Selama ini jalan hidup yang kutempuh berbalik dengan apa yang dipilih nii sama. Tetapi nii sama selalu melindungiku. Maafkan aku nii sama.
"Kau adalah bagian dari hidupku dan rumah ini. Aku akan selalu manantikan saat kau kembali ke rumah ini." Nii sama memandangku.
"Terima kasih nii sama. Maafkan aku." Hanya kata-kata itu yang bisa kuucapkan. Aku tidak bisa kembali ke rumah ini. Aku selalu terbayang akan kematian nee san bila berada di rumah ini. Aku tahu bukan hanya aku yang menderita akibat kematian nee san, tapi nii sama juga. Tapi tetap saja, karena akulah nee san meninggal. Kalau saja aku bisa melawan para jahanam itu, nee san tidak akan meninggal. Tanpa sadar aku mengepal erat kedua tanganku.
"Itu semua bukan salahmu Rukia." Seolah bisa membaca pikiranku, nii sama menenangkanku.
"Hhmm.."
"Rukia, aku ingin menyampaikan pesan Hisana." Aku menunggu kata-kata berikutnya dari nii sama. "Hisana ingin kau menikah dengan anak dari sahabatnya di saat kau berusia 23 tahun." ucap nii sama. Aku tertegun mendengar perkataan nii sama. Menikah? Apa tidak salah?
"Dengan siapa aku harus menikah?" ini adalah pesan dari nee san, aku tidak akan menolaknya sekalipun harus menikah dengan seseorang yang cacat atau sebagainya. Karena bagiku, satu-satunya menebus rasa bersalah dan terimakasihku pada nee san hanya dengan melaksanakan pesan terakhirnya.
"Kurosaki Ichigo." Aku sama sekali tidak mengenal nama itu. Tapi itu tidak penting. Pernikahan ini kulakukan hanya untuk memenuhi pesan nee san.
"Baik. Kapan pernikahan itu akan dilaksanakan?"
"Kau setuju?" nii sama kelihatan ragu akan persetujuanku.
"Tentu saja." Aku tersenyum untuk meyakinkan nii sama.
"Pernikahan akan dilaksanakan dua hari lagi." Waktu yang sangat singkat, tapi aku tidak peduli.
"Baik." Aku lalu berbalik, merasa urusanku di rumah ini sudah selesai aku berniat untuk pergi.
"Sebaiknya kau tinggal disini sebelum pernikahanmu." Aku menghadap kembali kea rah nii sama.
"Terima kasih nii sama. Tapi aku harus menyelesaikan dulu urusanku."
"Apa ini ada hubungannya dengan orang itu?" nii sama memang tidak menyukainya.
"Aku berjanji setelah menyelesaikan urusanku dengannya, aku akan kembali ke rumah ini sebelum pernikahanku. Setidaknya, aku tidak jatuh cinta dengannya." Aku mengucapkannya sambil tersenyum. Padahal, aku begitu sakit karena aku tidak akan bisa mencintainya lagi. Mencintai orang yang sudah mengkhianatiku.
Sementara itu di kediaman Kurosaki
ICHIGO'S POV
"Tadaima.." aku melangkahkan kakiku masuk ke rumahku.
"Whuaa..Ichigo anakku!!" aku dengan sigap menghindari pelukan konyol ayahku.
"Sudahlah ayah, jangan mengganggu Ichi nii. Ichi nii kan baru saja pulang, biarkan dia beristirahat."
"Whua…Misaki, Ichigo dan Yuzu sekarang jahat padaku. Whuaaa.." Aku, Yuzu dan Karin hanya bisa sweatdrop melihat kelakuan ayah yang sama sekali tidak pernah berubah.
"Ehmm ayah, bukan itu maksudku. Aku.."
"Sudahlah Yuzu, biarkan saja orang tua itu seperti itu." Karin berusaha menenangkan Yuzu yang merasa bersalah pada ayah.
"Benar kata Karin. Biarkan saja dia seperti itu." Aku lalu duduk di kursi sebelah Karin. Yuzu pun duduk kembali di kursinya. Sedangkan ayahku masih meratap di depan poster besar ibuku yang ditempelkannya di dinding.
"Ayah, bukannya tadi kau ingin bicara mengenai pernikahan itu dengan Ichi nii." Apa yang diucapkan Karin membuatku bingung. Pernikahan? Pernikahan siapa?
"Ah.. Kau benar Karin." Tiba-tiba saja ayahku sudah duduk kembali di kursinya.
"Hei, tunggu pernikahan apa maksudnya? Dan tepatnya pernikahan siapa?" tanyaku pada ayahku.
"Tentu saja pernikahanmu Ichigo. Misaki, anak kita sudah besar."
Bbbwwrrr.. Aku menyembur air yang kuminum ke arah ayahku yang tepat duduk di hadapanku karena kaget mendengar perkataan yang baru saja disampaikan olehnya.
"Pernikahanku?!" aku benar-benar terkejut mendengar perkataan ayahku! Bagaimana mungkin pernikahanku?! Siapa yang akan menikah denganku?!
"Benar anakku Ichigo. Dua hari lagi kau akan menikah.." ayahku memberikan pernyataan yang sanggup membuatku mati rasa. Menikah? Dua hari lagi? Ini gila..
To be continue
Gimana ceritanya? Bagus ga.. Maaf ya kalo ceritanya sedikit gaje..
Tolong diripiu ya, biar Ay semangat nerusinnya..
Arigato..
