"If you can't see, I'll be your eyes. Because I love you, what ever you look like's"


.

.

見えない

Mienai © Kirigaya Kyuu

Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadoshi

Quoble

.

.


Aku melihatnya menangis.

Ya, dia menangis. Orang yang paling ku sayang menangis di hadapanku. Dan aku tidak bisa melakukan apapun. Badanku kaku untuk digerakkan.

Padahal ini semua salahku. Aku yang membuatnya seperti ini–menangis. Aku… sungguh bodoh.

Aku ingin meminta maaf, namun lidahku kelu.

Hatiku seperti tersayat-sayat melihatnya menangis. Kenapa badanku tak bisa digerakkan? Kenapa mulutku tidak bisa berbicara? Kenapa? Kenapa?!

"Ta-kao…" akhirnya, aku bisa memanggilnya.

"Takao…" Tidak ada respon. Takao terus menangis.

Aku coba menggerakkan badan.

Satu langkah, dua langkah, tiga langkah. Dan aku sudah duduk di sampingnya.

Namun dia tidak menoleh. Dia masih sibuk menangis.

Ku urungkan niatku untuk membelai kepalanya. Sepertinya memberikan air mineral lebih baik.

Aku berdiri. Berjalan kesebuah meja, di sana ada botol air mineral.

Satu langkah, dua langkah, tiga langkah. Aku kembali duduk di samping Takao. Tapi dia sama sekali tidak merespon. Seperti, tidak menyadari keberadaanku. Dia masih sibuk menangis.

Aku membelai lembut surai raven-nya. Dapatku rasakan dia terkejut.

"Shin… chan?" tangisannya berhenti sebentar. Manik onyx itu menatap kosong ke depan.

Aku tersenyum kecil. Tapi aku yakin, dia tidak bisa melihatnya.

"Ohayou, Takao. Ini ada air, kau mau?" aku menyodorkan botol itu di depannya.

"Se-sejak kapan Shin-chan ada disini?" tangan mungil itu cepat-cepat menghapus cairan di pipinya.

"Aku baru datang nodayo." Bohong. "Ini minum dulu, kau pasti haus kan?"

Dia tersenyum. Namun bukan senyum seperti dulu.

Ia menggerakkan tangannya kedepan–mencari botol yang ku sodorkan untuknya–padahal, botol itu tepat di depannya. "Um, iya. Terima kasih Shin–"

Ia berhasil memegang botolnya. Tapi setelah botol itu ku lepas dari genggaman, botolnya menggelinding. Jatuh.

"Ah…" lenguhnya. Cairan bening kembali terjatuh.

Aku tidak bisa menahan ini lagi.

Kutarik badan mungil itu, ku dekap erat-erat. Aku berusaha menyalurkan kehangatan serta semangat padanya.

"hiks…Shin-chan… Shin-chan… semua gelap! Aku tidak bisa melihatmu!"

Ku usap kepalanya. Ku ciumi keningnya. Apapun. Apapun untuk meringankan beban Takao.

"Shin-chan! Aku tidak bisa melihat apapun! Aku… aku… aku buta–"

Ku cium bibirnya. Ku lumat. Apapun. Apapun untuk meringankan bebannya.

"Aku… aku buta… Shin-chan…ahahaha"

Cukup dengan tawa menyedihkan itu Takao.

"Ssh. Dengar." Ku buat wajahnya menghadap wajahku. Meski, dia tidak bisa melihaku lagi. "Aku mencintaimu nodayo. Ingat itu. Aku akan selalu mencintaimu, apapun wujudmu. Mengerti?"

Ku kecup pipinya. Ku hapus air matanya. Akan ku tahan beban ini untuknya.

"Hiks… Shin-chan masih bisa gombal…"

Apapun untuk membuatnya tersenyum seperti dulu lagi.

Jika dia tidak bisa berjalan, aku akan menjadi kakinya. Jika dia tidak bisa mendegar, aku akan menjadi telinganya. Jika dia tidak bisa berbicara, aku akan menjadi mulutnya. Jika dia tidak bisa melihat, aku akan menjadi matanya.

Apapun. Untuk Takao Kazunari-ku.

"Aishite yo, Takao"

Karena aku mencintainya.

END


A/n:

Hellow lage :'v

ini yang kedua :'v

yang feelnya lebih gak kerasa :'v

dan sekali lagi, fic ini sebenernya dah kelar kemaren :'v tapi berhubung kuotah saya se'ep... jadinya iykwim lah ya :'v

auah :'v author lagi puasa jadi ngetik A/n binun :'v

ditunggu yak REVIEW nya~

salam,

KiKyuu