One piece belongs to Oda
Dua minggu berlalu semenjak Luffy membunyikan Ox Bell dan silent pray di Marineford. Luffy dengan setia menunggu para nakamanya untuk berkumpul lagi. Setiap hari Luffy selalu melihat ke arah lautan, dan setiap ada kapal yang singgah di Sabaody, dia menjadi sangat excited berharap yang ada di kapal tersebut adalah teman-temannya.
Satu per satu nakamanya kembali dan bergabung lagi dengannya. Brook sampai di Sabaody Archipelago lebih dulu dari yang lain. Setelah itu berurutan muncul Franky, Robin, Chopper, Sanji, Ussop dan Nami. Mereka semua saling berpelukan dan bersyukur akhirnya dapat berkumpul kembali. Mereka bergantian menceritakan pengalaman mereka selama terdampar di Pulau. Sanji, Nami, Ussop, Robin, Franky, Chopper dan Brook cukup bijak untuk tidak mengungkit-ungkit soal Ace. Mereka sudah saling mengerti satu sama lain, walaupun Luffy terlihat sangat senang sampai menangis ketika bertemu lagi dengan nakamanya, tetapi mereka semua tahu kalau hati Luffy masih sangat sakit akibat ditinggal kakak yang sangat dicintainya. Membiarkan Luffy sendiri yang membuka pembicaraan mengenai Ace adalah keputusan yang sangat tepat.
"tinggal menunggu Zoro, setelah itu kita bisa melanjutkan petualangan kita" kata Luffy sangat semangat. Tiga hari menunggu tetapi nakama yang ditunggu-tunggu itu belum juga menampakkan batang hidungnya.
"kemana ya Zoro itu, sudah tiga hari tapi belum muncul juga" Luffy mulai mengkhawatirkan Zoro yang memang terkenal dengan kebuta arahannya yang sangat parah.
"dia kan buta arahnya parah, mungkin tersesat" Nami menjawab, terdengar nada kekhawatiran yang sma dalam ucapannya.
"tapi kita dia kan punya vivre card, tidak mungkin tersesat" kata Robin.
"dasar marimo sialan, menyusahkan saja, seharusnya kita sudah berangkat tiga hari yang lalu" Sanji yang mulai habis kesabarannya daritadi hanya menggerutu.
"aku harap dia baik-baik saja" kata Chopper khawatir. "lukanya sangat parah ketika kita bertarung di Thriller Bark dan bertambah parah ketika kita bertarung melawan cyborg Kuma dan Kizaru"
Jantung Luffy hampir berhenti berdetak mendengar ucapan Chopper. Dia kembali mengingat kejadian mengerikan itu, kejadian dimana teman-temannya menghilang satu per satu di depan matanya tetapi dia tidak bisa melindungi mereka, dia kembali mengingat betapa pengecutnya dia menyuruh semua nakamanya untuk kabur.
Keadaan ini langsung disadari teman-temannya. Chopper hanya bisa berucap "maaf" dengan lemah. Nami mendekatinya dan mencoba untuk menenangkan Luffy "ini bukan salahmu, setelah kupikir kalau Kuma tidak mengirimkan kita ke Pulau-pulau itu, mungkin kita semua tidak akan berkumpul lagi disini. Ini bukan salahmu Luffy". Luffy hanya mengangguk mendengar pernyataan Nami. Ia berharap Zoro segera muncul dan mereka dapat berpetualang bersama lagi.
Luffy memutuskan untuk menunggu Zoro di Sunny Go, dengan begitu mereka bisa langsung berangkat ke Pulau selanjutnya ketika Zoro tiba.
Ring ring.. ring ring.. suara den den mushi terdengar memanggil dari arah dapur. Sanji yang sedang memasak untuk makan malam mereka mengangkat den den mushi itu.
"Ya, siapa ini"
"aku Trafalgar Law. Bisa kau panggilkan Mugiwara?"
"Hey Luffy, Law mencarimu" teriak Sanji memanggil Luffy yang sedang tidur-tiduran di kepala sunny Go"
Karena Luffy sedang sangat malas beranjak dari kepala Sunny Go, dia memanjangkan tangannya dan mengambil den den mushi dari Sanji. "Ya ini Luffy"
"Luffy, aku menemukan anak buahmu mengapung di lautan"
Luffy yang sedang malas-malasan beranjak bangun dan turun dari kepala Sunny Go dan berkumpul dengan teman-temannya yang sedang berkumpul di dek kapal. "kau menemukan Zoro? Apa dia baik-baik saja? Aku ingin bicara dengannya"
"Banyak sekali pertanyaanmu. Kan tadi aku sudah bilang menemukannya, dia tidak baik-baik saja dan sekarang dia tidak bisa bicara denganmu"
"kenapa tidak bisa bicara denganku? Kau tidak menculiknya kan?
"hwoaaa... kau menuduhku sembarangan Mugiwara. Temanmu Zoro, aku menemukannya pingsan di sebuah kapal kecil di lautan, lalu aku memeriksanya ternyata dia luka parah. Tapi sekarang kau tidak usah khawatir karena dia bersamaku, aku sudah melakukan operasi terhadapnya dan mengobati semua luka-lukanya. Seharusnya kau berterima kasih kepadaku, bukannya menuduhku yang bukan-bukan"
Mendengar pernyataan Law, Luffy agak sedikit shock. Ternyata lukanya malah bertambah parah, batin Luffy. "Err.. terima kasih Law, maaf aku tadi asal bicara. Kau ada dimana? Biar aku kesana menjemput Zoro"
Setelah Law memberitahu dimana lokasinnya berada, Luffy menutup den den mushi itu dan mulai berpikir. Ia melihat wajah para nakamanya satu persatu yang menampakkan ekspresi kelegaan karena mendengar kabar tersebut dan ekspresi yang mengatakan kalau Zoro hampir saja mati di tengah lautan. Melihat ekspresi Sanji dan Robin yang tidak biasa serta tingkah Brook yang sepertinya menyembunyikan sesuatu, Luffy angkat bicara kepada nakamanya itu "Brook, aku ingin kau mengatakan kepadaku apa yang sebenarnya terjadi di Thriller Bark setelah aku pingsan"
Brook dan Sanji saling berpandangan. Brook tidak tahu apa sebaiknya menceritakan kejadian itu kepada Luffy atau tidak sebelum akhirnya Luffy habis kesabaran dan meneriakkan "It's an order! Tell me what happened!" Brook tidak berani berbohong dan menceritakan detail kejadian di Thriller Bark kepada kaptennya itu.
Luffy jatuh berlutut ketika Brook selesai menceritakan kejadian tersebut. Ia merasa dirinya sangat tidak berguna. Tidak bisa menyelamatkan kakaknya, meninggalkan temannya sendirian di Imple down, dan kegagalan sebagai seorang kapten yang tidak dapat melindungi anak buahnya. Air mata menetes jatuh di pipinya. Bukan hanya Luffy yang menitikkan air mata, tetapi Nami, Ussop, Chopper dan Franky yang ikut mendengarkan dan sama tidak tahunya dengan Luffy ikut meneteskan airmata.
"AKU SUNGGUH TIDAK BERGUNA" teriak Luffy sambil meninju permukaan dek. "Aku gagal sebagai seorang adik, gagal sebagai teman bahkan gagal sebagai kapten"
"Luffy…" bisik semua para nakamanya lemah
"Luffy, itu hanya perasaanmu saja.. kami semua tahu kau berusaha sekuat tenagamu untuk menyelamatkan Ace, melindungi kami anak buahmu, kau juga setia kawan. Tetapi hidup ini berputar Luffy, ada saatnya di atas dan ada saatnya kita di bawah. Kejadian yang menimpamu belakangan ini akan menjadikanmu lebih kuat, bukan menjadikanmu lemah" kata Nami yang masih terisak. Luffy masih diam menundukkan kepalanya.
"Ace, Bon-chan, Zoro melakukan hal itu karena mereka punya kepercayaan terhadapmu Luffy.. mereka tahu kaulah yang akan menjadi Raja Bajak Laut di masa yang akan datang. Mereka tidak mempertaruhkan nyawa mereka dengan sia-sia. Kau tahu Zoro bilang apa waktu melawan Kuma di Thriller Bark? Dia bilang kalau dia tidak bisa menyelamatkanmu, membiarkanmu mati sia-sia, maka mimpinya menjadi pendekar pedang terhebat di dunia juga akan mati bersamamu. Aku yakin bukan hanya Zoro yang rela mempertaruhkan nyawanya. Kami semua, nakamamu, rela mempertaruhkan nyawa kami untukmu Luffy" Sanji mencoba menjelaskan kepada kaptennya.
Luffy mengangkat kepalanya, mencoba perlahan-lahan berdiri walaupun agak sedikit terhuyung. "Aku adalah Kapten kalian, tugaskulah melindungi kalian" Luffy berkata tegas menekankan kata kalian sambil melihat para nakamnya satu per satu.
"kau salah jika berpikiran seperti itu Luffy. Tugas kami melindungi kapten kapal ini, tugas mu meraih impianmu karena jika impianmu terwujud, impian kami juga akan terwujud" kata Sanji yang sekarang sudah menyalakan rokok ke-empatnya sejak pembicaraan ini dimulai. Nami, Ussop, Robin, Chopper, Franky dan Brook juga iku mengamini perkataan Sanji.
Luffy terpaku mendengar perkataan Sanji dan dukungan dari yang lain. Ia sangat beruntung mempunyai nakama terbaik yang ada di dunia. Ia sadar mendengar perkataan Sanji. Banyak yang sudah membantunya, bahkan mengorbankan nyawanya untuk membantu Luffy. Itu semua semata-mata hanya karena mereka percaya bahwa Luffy akan menjadi Raja Bajak Laut di masa mendatang, bahwa Luffy akan membawa perubahan besar pada era Bajak Laut. Luffy berjanji pada dirinya kalau pengorbanan kakak dan teman-temannya tidak akan sia-sia, Ia harus menjadi Raja Bajak Laut dan memastikan impian para nakamanya juga tercapai bersama impiannya.
