Edge of Night

© Uchiha Vnie-chan

.

.

.

Standard Disclaimer Applied

.

.

Alternative Universe, Out of Character

.

.

Prologue

.

.

.

Ketika cinta menemukanku, aku tidak bisa bersembunyi lagi.

.

.

.

Sepasang pria dan wanita itu berhadapan. Ada ketegangan yang menguar di udara, mungkin saja berasal dari tatapan keduanya yang saling mengunci. Sang pria sarat akan emosi, dan tidak satupun di antara keduanya berniat menyusutkan bara.

"Apa ini?" Laki-laki itu berkata dengan nada yang berat, nyaris menggeram. Telapak tangannya menggenggam─atau lebih tepat jika dikatakan mencengkram─erat kotak kecil yang berhiaskan pita berwarna emas. Di antara pita itu, tersemat sebuah kartu bertuliskan namanya: Touya.

Sang wanita mengerling padanya, sebelum kembali berkutat dengan pakaian yang tengah ia kenakan─menarik resleting panjang pada bagian belakang gaunnya, tanpa susah payah. "Hadiah untukmu. Bukalah."

"Aku tidak butuh hadiah darimu."

"Bukalah," nada wanita itu terdengar begitu mengintimidasi─memerintah.

Touya─laki-laki itu, memutuskan untuk membuka kotak tersebut dengan kasar. Matanya sedikit melebar ketika menangkap benda yang terdapat di balik kotak hadiah tersebut. Sebuah testpack─dengan sebuah tanda positif berwarna merah pada pusatnya.

Ia menatap tajam wanita itu, "aku tidak menyentuhmu."

"Kau tidak perlu melakukannya," sang wanita tak menghiraukan tatapan Touya yang semakin menggelap─emosi terkumpul pada sepasang manik cokelat itu─dan berbicara dengan nada tenang.

"Bullshit," kini Touya tidak bisa menjaga nada suaranya untuk tidak meninggi, "permainan apa yang sedang kau coba lakukan padaku?"

Wanita itu masih saja tidak menunjukkan perubahan emosi. Membuat Touya semakin geram, marah. Wanita itu mengelus perutnya yang masih tampak rata, memberikan tatapan sugestif pada pria di hadapannya.

"Aku mau tes DNA," Touya melempar testpack di tangannya. Mata kecokelatannya yang membara masih menatap wanita itu, menyalurkan seluruh emosi yang dirasakannya saat ini. Wanita itu licik.

"Aku suka tes," kini seulas senyum tipis─Touya tidak mengerti untuk apa senyum itu, tapi ia yakin itu hanya salah satu trik omong kosong lain─tercipta di bibir wanita itu.

"Kau─" kali ini Touya benar-benar berkata dengan menggeram, "─bisa membuat semua orang membenciku semaumu, terserah, aku tidak peduli. Aku akan meninggalkanmu."

"Jika kau meninggalkanku, kau tidak akan pernah melihatku lagi," sepasang emerald wanita itu mengkilat menantang.

Touya mendengus, "Kau pikir aku peduli?"

"Bagaimana bisa kau meninggalkanku begitu saja?" wanita itu melangkah mendekat, "Bagaimana bisa kau melakukan ini semua padaku?!"

"Aku tidak bisa bersamamu lagi."

"Aku tidak perlu mengajari anakmu untuk membencimu kelak. Dia pasti akan membencimu dengan sendirinya," wanita itu hanya selangkah di hadapan Touya.

Satu detik kemudian, Touya telah kehilangan kendali. Ia mencengkram dagu wanita itu, lalu mendorongnya keras hingga wanita itu menghantam dinding di belakangnya. "Dasar pelacur!"

"Aku pelacur yang kau nikahi, Brengsek," kali ini ekspresi wanita itu mengeras─runtuh sudah pengendalian dirinya. "Selama ini kau bilang mencintaiku, kau bilang akan bersamaku sampai akhir. Itu semua bohong, ya?"

Pemuda itu memilih diam. Kalimat yang terlintas dalam benaknya tertahan di ujung lidahnya.

"Aku─" Touya menggigit bibir bawahnya dan mendesah berat, "─pernah mencintaimu. Tapi yang kita lakukan saat ini hanya membenci satu sama lain dan berusaha mengendalikan satu sama lain. Lalu menyakiti satu sama lain. Kau pikir kita bisa hidup selamanya seperti ini?"

"Apa maksud─" kata-kata wanita itu tertahan di ujung tenggorokannya. Kepalanya tiba-tiba terasa begitu berputar tanpa fokus yang jelas. Ia tidak bisa lagi mengamati ekspresi pria di hadapannya. Penglihatannya semakin kabur. Dan sedetik kemudian─

─semuanya menjadi gelap bagi wanita itu.

"Cut!"

"Sakura!"

Dalam waktu singkat, sekeliling latar scene itu berubah kondisi menjadi panik. Beberapa orang berhamburan mendekati sosok wanita yang telah sepenuhnya berada dalam pelukan lawan mainnya─sosok yang sebelumnya dipanggil Touya itu dan tak menunjukkan pergerakan berarti.

"Sakura! Hey, Sakura!" Mereka sibuk memeriksa, memanggil-manggil nama wanita tersebut tanpa mendapat respon darinya, dan beberapa yang lain membawakan tandu untuk memindahkan tubuh itu menuju tempat yang lebih aman untuk melakukan pertolongan pertama.

"Segera hubungi rumah sakit!"

.

.

.

Dia adalah Haruno Sakura, seorang aktris yang namanya sering disebut-sebut paling tidak dalam tujuh tahun terakhir sejak debutnya. Dia cantik, tentu saja, didukung dengan tubuh ideal serta kulitnya yang indah dan rambutnya yang mencolok unik berwarna merah jambu alami, membuat ia kerap kali dinobatkan sebagai wanita yang paling ingin dikencani para pria muda di seantero Jepang. Bukan hanya mengandalkan fisiknya yang nyaris sempurna, tidak sedikit orang yang mengakui talenta yang dimiliki wanita muda itu. Kemampuannya dalam seni peran sudah banyak ia buktikan melalui sederet film-film yang dibintanginya selalu mampu disejajarkan dengan karya-karya bergengsi lainnya dan mencetak angka box office. Namanya sudah banyak tercatat dalam nominasi-nominasi di berbagai penghargaan untuk para pelaku dunia seni peran.

Sebagai seorang aktris, Sakura tidak banyak memiliki cela dengan mengumbar skandal. Orang-orang menilainya sebagai wanita terhormat yang tidak gila akan ketenaran─yang mampu melakukan apa saja agar namanya tetap melambung tinggi dan menjadi bahan pembicaraan─dan membuktikan diri bahwa ia layak menjadi seorang aktris berkualitas dengan prestasi-prestasi yang ditorehkannya.

Selain kemampuannya dalam bidang akting, Sakura juga dikenal sebagai sosok publik figur yang bersahaja. Dia ramah, baik hati, dan tidak pernah segan mengulurkan bantuan kepada yang membutuhkan. Tak heran dia mendapat julukan Bidadari Tokyo, karena kecantikan dan kebaikan hatinya yang mempesona banyak orang.

Pembicaraan-pembicaraan mengenai Haruno Sakura bukanlah sesuatu hal yang aneh. Wanita itu selalu menjadi salah satu topik pembicaraan paling hangat di jagad hiburan. Kehidupan pribadinya menjadi salah satu hal yang penting untuk dikonsumsi publik─tentu saja selain karya-karyanya yang selalu dinanti. Kisah cintanya selalu menjadi kabar yang gencar diburu oleh nitizen. Hanya saja, sayang sekali, semenjak kisahnya dengan Uchiha Sasuke yang berakhir tanpa konklusi yang pasti, kehidupan percintaan Sakura menjadi begitu langka untuk diteliti.

Hari ini, wanita nyaris sempurna itu terbaring di ranjang putih sebuah kamar VVIP Rumah Sakit Internasional Tokyo. Sebuah selang infus terjulur rapi dan berakhir menusuk punggung tangan kirinya. Wajahnya masih terlihat pucat, tapi tampak lebih baik dibandingkan kondisinya dua hari lalu─insiden saat pemeran utama wanita itu tersungkur tak sadarkan diri di lokasi syuting yang menjadi headline berita entertainment hingga hari ini.

"Kau harus menghentikan diet ketatmu, Forehead. Makanlah yang benar karena itu tidak akan membuatmu tiba-tiba menjadi gendut seperti Chouji," suara Ino memasuki indera pendengaran Sakura. Nada menyindir bercampur cemas tak mampu disembunyikan oleh seseorang yang dapat Sakura katakan sebagai sahabat wanita terbaik yang ia miliki.

Sakura tertawa kecil sebelum berniat menimpali ucapan wanita berambut pirang itu. Rasanya aneh mendengar seseorang seperti Ino yang menyuruhnya mengabaikan diet. Ia menciptakan senyum lelucon mengejek pada Ino. "Tapi yang menasihatiku untuk berhenti diet ini adalah orang yang juga mati-matian menjaga bentuk tubuh rampingnya. Ah, kau ini cuma takut tersaingi oleh keseksianku, kan?"

Ino mengangkat bahunya tak acuh, "Ya, aku ini seorang model, Forehead. Tentu saja tubuh adalah asetku yang paling berharga." Ia menyodorkan sepotong apel yang telah dikupasnya pada Sakura. "Lagipula aku tidak sampai jatuh sakit karena hal itu. Tidak seperti kau ini, dasar."

Sakura menggelengkan kepalanya pelan dan kembali terkekeh. Ia memasukkan potongan apel tersebut ke dalam mulutnya dan mengunyahnya perlahan. "Sebenernya aku ini sakit bukan karena diet, Bodoh. Aku hanya kelelahan karena jadwal yang terlalu padat. Sepertinya, Shizune-nee harus merombak ulang jadwalku selanjutnya," wajahnya tampak berpikir serius sebelum melanjutkan perkataannya. "Apa sebaiknya aku pensiun saja, ya?"

"Yang benar saja! Aku tidak yakin kau rela melepaskan pencapaian dan popularitasmu saat ini. Dan kau, si ambisius ini, tak akan sanggup menjadi pengangguran─okay, kita sama-sama tahu kalau membangun karirmu sebagai dokter akan membutuhkan waktu yang lama karena kuliahmu yang berantakan─dan kau juga tidak akan bisa menahan tekanan dari fans fanatikmu di luar sana. Bisa-bisa mereka bunuh diri massal jika kau berhenti jadi aktris sekarang."

Tawa Sakura semakin keras. "Kau ini berlebihan sekali, Miss Drama."

Ino mendelik ke arahnya dan mendengus kecil, "Yang Miss Drama itu kan dirimu, Nona. Siapa yang paling hobi bermain peran di sini?"

Sakura melemparkan senyum tulusnya untuk Ino. Ia sangat bersyukur karena insiden sakitnya ini membuat ia bisa bertemu dengan Ino di tengah jadwal sibuk keduanya. Padahal dalam beberapa bulan terakhir ini, Sakura begitu sulit untuk bertemu dengan Ino karena kegiatan syutingnya yang menyita waktu dengan dominan dan juga Ino yang berkutat dengan fashion tour di tanah Eropa. Setelah mendapat kabar Sakura perlu mendapatkan perawatan di rumah sakit, Ino segera mengatur ulang jadwalnya agar bisa kembali ke Tokyo untuk beberapa hari dan menemui sahabatnya itu. Dan Sakura sangat beruntung memiliki sahabat yang begitu memperhatikan dirinya seperti Ino─hingga ia sanggup menomorduakan karir untuknya. It is what friends for, isn't it?

"Ya ya ya, aku mengaku─" ucapan Sakura terhenti ketika suara pintu yang dibuat terbuka menginterupsi kedua sahabat yang sedang bercengkrama tersebut.

Sosok pemuda berambut merah terlihat dari balik pintu itu dan melangkah masuk. Wajah dengan ekspresi datarnya sedikit berubah emosi saat menyadari dua pasang mata menatapnya sebagai objek utama tanpa menyembunyikan rasa penasaran mereka.

Ino mengangkat sebelah alisnya menyadari bahwa laki-laki itu tidak termasuk dalam daftar orang yang cukup dikenalnya. Aquamarine wanita itu beralih menatap Sakura yang juga terlihat tidak mengenali sosok itu. Lalu siapa sebenernya dia? Tanya mereka dalam hati. Ruangan Sakura termasuk dalam kawasan VVIP dengan pengamanan yang ketat, tidak mungkin sembarang orang dapat melewati pos penjagaan di lobi kawasan tersebut.

Pria itu berjalan mendekat dua langkah, memasuki ruangan itu dengan sempurna. Wajah tampannya kini menampilkan ekspresi ragu. "Bukankah kamar 213 ini ditempati Sabaku no Temari?" Ia bertanya dengan suara berat yang terdengar tenang.

"Aa, sepertinya Anda salah kamar. Ruangan ini milik Haruno Sakura," jawab Ino. Rasa penasarannya akan sosok itu sudah sedikit terjawab. Ino tersenyum kikuk kepada pemuda tampan itu.

"Ah, aku mengerti─" kalimat pemuda itu terputus karena suara ponselnya yang mengalihkan fokus. Dia mengecek layar ponselnya untuk melihat ID calling sebelum mematikan nada deringnya dengan tetap menahan panggilan dan kembali berfokus pada dua wanita di hadapannya. "Maafkan aku karena menganggu waktu kalian. Permisi."

Ia lalu berbalik pergi dan menghilang di balik pintu yang kembali tertutup. Namun, samar Sakura dan Ino bisa mendengar sedikit percakapan pemuda itu dengan ponselnya, "Halo, Nee-san. Kau bilang kamar 213 tapi kau tidak ada di sana. 215? Kau seharusnya menghilangkan kebiasaan typo-mu yang semakin mengerikan, Nee-san."

Sakura dan Ino kembali saling melemparkan pandangan. "Kau dengar, Sakura? Sabaku no Temari? Apa itu adalah Temari yang kita kenal?"

Sakura mengangkat bahunya dan tersenyum kecil. "Aku pikir tidak banyak yang bernama Sabaku no Temari di dunia ini─jadi, kurasa, ya."

"Sebenarnya siapa dia? Bukankah dia sangat tampan?" Aquamarine milik Ino sedikit berbinar dan sebuah seringai menggoda dibentuk bibir tipis berpoles lipstik nude itu.

Tawa terdengar dari arah Sakura. "Ya, Ino, dia sangat tampan."

Dalam benaknya, terlintas potret ingatan sosok pemuda itu yang masih sangat jelas. Rambut merahnya, tattoo Ai dalam kanji di dahi kirinya, sepasang iris hijau kebiruan yang menatap dalam, hingga wajah menawan yang nyaris tanpa ekspresi.

Dan begitu mirip dengan dia.

Ia mencoba menormalkan detak jantungnya yang tiba-tiba berubah ritme. Ia merutuki dirinya dalam hati merasakan reaksinya. Sebenarnya apa yang tengah kupikirkan?

Dan kepalanya terasa berat.

"Ino─" ia berkata pelan, "kurasa aku ingin tidur lagi." Dia menyembunyikan fakta bahwa kepalanya tiba-tiba terasa berdenyut menyakitkan.

"Ya sudah, kau istirahat saja. Aku akan pergi ke tempat Sai dan nanti malam aku akan kembali untuk menemanimu, okay?" Ino mulai membereskan tas tangannya dan memakai coat coklat yang sengaja ia buka sebelumnya. Ia melangkah mendekati Sakura, membantu membenarkan letak bantalnya dan menyelimuti tubuh wanita itu. "Sampai nanti, Forehead."

Kepala Sakura mengangguk ringan dan bibirnya memberi senyum tulus untuk Ino. "Sampai nanti, Ino-pig. Berhati-hatilah di jalan."

Ino melambaikan tangannya sebelum menghilang di balik pintu putih gading yang kini telah tertutup sempurna.

"Yang paling kubutuhkan saat ini adalah tidur," Sakura mendesah pelan dan memutuskan menutup penuh kedua emerald-nya dan mencoba memasuki dimensi gelap dalam mimpinya.

.

.

Sasuke-kun─

"Seandainya kau tahu bahwa dunia akan berakhir, dengan siapa kau ingin menghabiskan hari terakhirmu?"

Sasuke-kun.

"Kuharap aku selamanya bisa bersama Sasuke-kun."

"Aku memang ingin menjadi seorang dokter. Tapi, untuk Sasuke-kun, aku akan menukar mimpiku. Aku akan menjadi aktris agar bisa selalu menemani Sasuke-kun."

"Aku menyukaimu. Sangat menyukaimu."

Apa yang akan terjadi ketika kau jatuh cinta?

Aku mencintainya. Mencintai senyum tipis yang langka ia tampilkan. Aku mencintai rambutnya. Aku mencintai bagaimana dia berbicara dengan suara beratnya. Aku mencintai sepasang onyx-nya yang terlalu dalam dan sanggup menenggalamkanku dalam dunianya. Aku mencintai cara dia memanggil namaku.

Aku mencintai Sasuke-kun.

.

.

Dan lalu dia pergi begitu saja, tanpa sepatah kata.

.

.

So they say that time,

Takes away the pain

But I'm still the same.

.

.

Bagaimana cara agar aku bisa melupakanmu

Sasuke-kun?"

.

.

And they say that I will find another you

That can't be true.

.

.

Setetes air mengalir dari sudut emerald yang terpejam sempurna, mengalir pada pipi pucat miliknya yang tampak rapuh. Ia tidak mengerti mengapa fragmen-fragmen masa lalu itu tiba-tiba menyeruak tak beraturan menghantam mimpinya. Deru napasnya terdengar sesak, menguap di udara.

Aku merindukanmu. Dan rasanya begitu menyakitkan.

.

.

To be continued.

.

.

.

Heartache © One Ok Rock

.

.

Author Notes:

Halo!

Prolog ini saya harap dapat menjadi pembuka yang cukup baik untuk kisah mereka. Karakter utama yang menjadi fokus dalam cerita ini adalah Haruno Sakura, Uchiha Sasuke, dan Sabaku no Gaara. Belum semua karakter inti saya tampilkan, tetapi semoga cukup untuk merangsang rasa minat pembaca untuk mengenal mereka.

Sebelum ada yang bertanya, saya akan menjelaskan bahwa pada awal bagian cerita ini, saya mengadaptasi salah satu scene dari film Gone Girl (2014) dengan beberapa ubahan pada dialog dan penyesuaian pada cerita. Jadi, anggap saja bahwa Sakura saat ini memang tengah merampungkan pekerjaannya sebagai pemeran utama wanita pada film tersebut. Alasan saya adalah agar pembaca dapat membayangkan film seperti apa yang dibintangi oleh Sakura saat ini. Semoga hal tersebut dapat diterima.

Cerita ini mengusung pairing straight dan berada pada alternative universe dengan latar utama tempat adalah Tokyo pada masa sekarang. Akan cukup banyak karakter dari Naruto yang saya tampilkan pada cerita ini dan mulai diperkenalkan satu per satu. Oh ya, saya tetap berusaha untuk membangun masing-masing karakter tanpa membuat mereka terlihat terlalu sempurna─mary sue ataupun gary stue─meskipun saat ini mungkin memang terlihat seperti itu. Tapi saya harap seiring berkembangnya plot, saya bisa memperlihatkan bahwa karakter mereka manusiawi. Tidak ada manusia yang sempurna dan setiap orang pasti memiliki kelemahan dan kesalahan kan?

Terima kasih bagi kalian yang sudah bersedia membaca dan saya berharap fanfic ini cukup dapat dinikmati. Saya sangat menghargai saran maupun kritik dari kalian karena akan membantu saya untuk memperbaiki kesalahan dan mengembangkan cerita menjadi lebih baik.

Review, please?