Cowok berambut coklat ini berjalan cepat menyusuri lorong kampusnya. "Apa maksudnya ini pak? Kenapa bisa-bisanya ada orang yang mempunyai nilai sempurna sama sepertiku?"kesalnya sambil membuka pintu ruang sekretaris dengan cepat dan keras sampai pintu itu terbanting dan di dalamnya ada orang yang benar-benar nggak ingin dia lihat sekarang.
"Wah! Tuan Yagami sang anak kebanggaan perfektur, keluarga, dan kampus ini marah denganku yang menyaingimu ya?" ucap cowok berambut abu juga mata sinisnya yang abu menghiasi senyum meledeknya.
Light sangat kesal melihat kebuyutannya yang sangat menyebalkan dan suka merendahkannya itu. "Near, kau masih berpikir kalau aku yang membunuh onii mu yang abnormal itu? Dan kau ingin balas dendam dengan cara membuatku kesal? Kau sampa-sampai pindah dari Amerika dan meninggalkan kuliah disana dan masuk ke kampus ini hanya demi aku? Kau itu sangat hebat dan sama anehnya—walaupun kau jauh lebih mending dari onii mu—ya."
"Yah, yah, walaupun nggak ada bukti kalau tuan 'Baik Hati' sepertimu itu menjadi pelaku dari kasus pembunuhan onii, tapi karena onii adalah sempai-mu yang akan menjadi saninga-mu untuk menjadi kepala kepolisian di Jepang ini."
Light menghela nafas. "Terserahlah... Tapi apa kau tahu kalau ada rumor bahwa kamu itu brother complex? Yah, memang orang akan menyangka seperti itu jika melihat tingkahmu dengan hal yang berhubungan dengan La..."
Near langsung menutup mulut Light dan berbisik pelan, "Jangan ucapan nama itu di depan orang lain selain orang yang mengetahuinya dan bagaimana kau tahu nama itu?"
Light tersenyum menang dan mengangkat pundaknya. "Ya, dia sendiri yang memberitahu."
"Onii nggak akan memberitahu orang yang bukan sangat dia percayai sepertimu."
"Tapi benar-benar dia sendiri yang memberitahuku dan jika dia masih hidup, silakan kau menanyainya sendiri..."
Near menatap sinis Light. "Yah, yah, wajar saja jika ada kabar kalau kau mempunyai hubungan khusus dengan onii."
Light kaget banget mendengarnya. "Ya nggak lah! Mana mungkin aku jadian dengan cowok apalagi abnormal sepertinya!"
"Lagipula mana mungkin onii mau pacaran dengan cowok bermuka sinis sepertimu!"
"Kayak nggak bertampang sinis aja..." batin Light.
EHEM! Deheman itu membuat kedua cowok itu melihat sumber suara. "Sepertinya kalian melupakan orang lain yang berada di ruang ini dan dia yang mempunyai ruangan ini."
"Ruangan ini milik kampus bukan milikmu!" serempak mereka berdua.
"Ya, ya, para murid yang tidak sopan, setidaknya aku yang menempati ruangan ini. Dan bisakah kalian para murid teladan menjadi akrab dan tidak saling membenci lagi sebagai icon kampus ini yang mempunyai nama yang sangat baik?"
Light dan Near saling bertatapan dan langsung saling memalingkan muka juga mereka berdua merinding membayangkan kalau mereka berdua akrab.
Sekretaris itu hanya menggeleng-geleng melihatnya dan tertawa. "Ngomong-ngomong gosip tentang kalian gay itu bisa kalian hilangkan tidak? Itu adalah gosip yang sangat-sangat tidak sedap dan bisa membuat nama kalian menjadi buruk."
"Nggak akan ada yang percaya kalau itu benar kok..." tenang Light sambil keluar ruangan.
"Kalau aku sih cuek-cuek aja sih..." tenang Near sambil menyusul Light.
"Bukannya mereka berdua yang cocok di bilang mempunyai hubungan khusus ya?" batin si sekretaris.
Light berjalan semakin lama semakin cepat. Tapi orang yang tidak diharapkan masih mengikutinya. "Ngapain sih kamu ngikutin aku?" kesal Light akhirnya sambil menghentikan langkahnya yang membuat orang di belakangnya tidak sengaja menabraknya.
"Duh! Jangan berhenti tiba-tiba dong! Dan siapa lagi yang ngikutin kamu? Aku tuh mau ke kelas aku—atau kita lebih tepatnya—dan kita mengambil mata pelajaran yang sama dengan waktu, kelas, dan waktu yang sama... Kalau kita nggak sekelas, nggak sudi banget aku ada di dekatmu." ucap Near sambil melewati Light.
Light menghela nafas. Dia lupa kalau dirinya dan musuh kebuyutannya itu selalu serba sama dengannya.
"Kalian berdua ya! Walaupun kalian murid teladan, tapi jangan terlambat dong! Tenang-tenang aja lagi... Kalian seharusnya mencontohkan hal yang baik kepada yang lain! Bukannya hal buruk seperti ini!" kesal sensei mereka ketika mereka masuk ke dalam kelas.
"Maaf Matsuda-sensei. Kakak iparmu itu tadi menggangguku di ruang sekretaris." ucap Near sambil menunjuk ke Light.
Light tetap cuek dan berjalan menuju bangku langganannya—bangku yang berada di pojok belakang di samping jendela—. Di sekeliling dekat bangku Light, semua bangku-bangku itu di pasti di tempati oleh cewek-cewek.
Sebenarnya tadi Light ingin membantah perkataan Near, tapi dengan hanya melakukan hal itu dia akan mencemarkan nama baik 'cool'-nya.
Tota menghela nafas. "Light, walaupun kamu kakak iparku, tapi jangan kira kalau kamu tidak akan mendapatkan hukuman."
Light ikut-ikutan menghela nafas. "Tapi kami hanya telat lima menit dan ini pertama kalinya kami terlambat, juga nilai kami selalu sempurna. Jadi apa masalahnya yang membuat kami harus mendapat hukuman?"
Tota pun kesal dan mendekati Light. "Bukannya untuk menuruti sensei mereka itu juga adalah tugas murid?"
"Cih! Apa-apaan sih nih orang?" kesal batin Light. "Ah... Ya sudahlah. Lalu apa hukuman kami sensei..."
"Kalian dapat hukuman untuk membuat makalah tentang kasus di dunia ini yang belum terpecahkan! Jangan lupa ngerjainnya harus bareng dan kalau kalian ketahuan nggak ngerjain bareng, hukumannya adalah nilai kalian di kurangi!"
Light dan Near kaget mendengarnya. Ya, nilai dikurangi—alias tidak sempurna—adalah malapetaka bagi mereka sang 'Mister Perfect'.
Light dan Near saling bertatapan dan menghela nafas. Mereka harus melupakan kebersitegangan mereka untuk melalui hukuman ini. "Baik Matsuda-sensei."
Selesai kuliah, Light dan Near pergi ke café di dekat kampus mereka itu untuk mengerjakan tugas hukuman mereka.
"Kau tahu kalau kau dan onii mu itu sama... Kau dan dia sama-sama sainganku yang selalu sama denganku. Kecuali di olahraga! Dia sering kalah dariku dengan hal yang berhubungan dengan olahraga. Bagaimana denganmu ya, apa sama dengan kakakmu?" ucap Light sambil tersenyum meledek dan mengetik.
Near pun menjadi kesal. "Kau ingin melihat ke kalahanmu sendiri bukan? Tentu saja aku akan menang melawanmu di bidang apa pun!"
"Bagaimana kalau kau membuktikannya?"
"Ya! Tentu saja! Kau ingin bertanding apa denganku?"
Light berpikir sejenak, "Bagaimana kalau tenis? Pertandingan pertama yang aku lakukan dengan onii mu?" "Ya, itu seingat-ku. Tapi perasaanku tidak sama. Di perasaanku sepertinya kami telah melakukan persaingan sebelumnya." batinnya.
"Baiklah! Kita akan melakukan pertandingannya di lapangan tenis kampus setelah mengerjakan makalah bodoh ini dari adik ipar-mu yang sombong itu!" semangatnya tanpa berpikir terlebih dahulu.
Light menghela nafas. "Ya... Tugas bodoh dari 'adik ipar'ku yang sangat sombong dan mengganggu itu..."
Mereka mengerjakan tugas dengan hening dan serius. Dan beberapa kali—malah sangat sering—Near melihat Light dengan serius tanpa disadari oleh Light-nya sendiri.
Setelah mereka berganti pakaian dari kemeja menjadi baju olahraga—yang mereka pinjam dari anggota klub yang masih berlatih sekalian mereka meminjam raket dan bola tenis—mereka langsung stand by untuk melakukan pertandingan di lapangan.
Orang-orang sudah mengelilingi lapangan untuk menonton pertandingan maut kedua kalinya—setelah Light dengan L sebelumnya—yang akan dilakukan. Dan sama seperti yang dulu, tanpa diminta, wasit telah duduk di tempatnya. Dan begitu pula dengan jumlah set-nya, mereka juga akan memainkan enam set.
"Aku pasti akan memenangkannya dan itu akan membuktikan kalau aku lebih hebat darimu!" ucap Near.
Light hanya tersenyum sinis. "Ya tuan brother complex, terserah kamu saja. Siapa yang lebih hebat dari kita berdua akan kita ketahui setelah pertandingan ini selesai kan?" ucapnya yang langsung melakukan serve pertama yang membuat Near kaget. "Ini langkah awal yang curang kan?" kesal Near sambil mengembalikan bola ke Light. "Bukannya di dunia ini kebayakan orang yang sedikit atau sekaligus curang banyak adalah pemenangnya?" ucap Light sambil mengembalikan bola ke Near tanpa mengganggu senyuman sinisnya.
PLUK! Awal kemenangan bagi Light yang membuat Near kaget melihat kemampuan Light yang mentakjubkan. "Kau kaget dengan kemampuanku? Kalau kau mau tahu, aku adalah juara nasional tenis sampai aku SMP."
"Kalau begitu kenapa kau berhenti?"
"Karena aku bosan selalu menang."
"Dasar kau sombong! Kau nggak ada bedanya dengan adik iparmu itu!"
Light tertawa mendengarnya. "Tentu aja ada karena aku ada prestasi, sedangkan dia hanya 'sampah' yang sombong!"
Near kali ini yang tertawa mendengarnya. "Omonganmu sangat tajamnya."
PRIITT! "Game Set! Won by Yagami! 6-4!"
Ya, angka kemenangan yang sama saat Light melawan L.
"Kau memang nggak ada bedanya dengan onii mu ya..." ucap Light dengan senyum kemenangan yang merendahkan Near.
Tentu Near dibuat kesal oleh itu. "Cih! Menyebalkan sekali dirmu itu Light! Tentu saja nanti aku akan membalasmu dengan kemanangan telak-ku!"
Light hanya tersenyum dan berlari menuju rumahnya, tapi sebelumnya dia kembalikan dulu raket dan bola tenis itu kepada sang pemilik. "Bajunya aku kembalikan besok ya!"
Near hanya menatap Light dengan tatapan yang sama saat mereka di café tadi.
"Kenapa kau berkeringat dan memakai baju olahraga?"
"Ini bukan urusanmu kan?" kesal Light yang baru saja membuka pintu rumah tapi telah mendapatkan Tota yang menanyakan hal yang pasti kalau dia jawab dengan benar akan berkelanjutan panjang.
"Ya, ya, tapi aku ingin tahu kalau apakah tadi kalian mengerjakan tugas hukaman kalian atau tidak." pasrah Tota.
Light memberikan Tota makalah mereka yang telah selesai. "Kau kira kami pemalas? Dan kalau kau tahu, isi makalah itu sangat bagus..." ucapnya sambil mengelap keringat lalu tersenyum dan langsung menuju kamarnya.
Tota sempat terkesima melihat pemandangan itu, tapi dia langsung menarik tangan Light. "Hei! Tunggu! Ini kamu kerjain bareng Near kan?"
"Tentu saja! Kau kira kami ingin nilai kami tidak sempurna?"
"Dasar kalian perfectsionist. Tapi bagaimana kalau kalian juga memecahkan kasus ini? Sekalian mengasah kemampuan kalian kan!" ide Tota.
"Orang ini menyebalkan sekali sih!" kesal batin Light. "Kenapa nggak kamu aja adik-ku? Kamu kan sensei-ku juga yang otomatis kalau kau lebih hebat dariku..."
"KAMU TELAH LUPA PERKATAANKU TADI DI SEKOLAH? DAN KAU MAU NILAIMU DIKURANGI?" teriak Tota yang membuat Light menatap sinis Tota.
Tak lama Sayu datang. "Tota? Kenapa kamu teriak-teriak ke onii?" kesal Sayu melihat ketidak sopanan Tota walaupun Tota lebih tua dari Light, tapi Light tetaplah onii-nya yang sangat dia sayangi dari dulu.
Light menghela nafas pasrah. "Sudahlah Sayu, hal ini tak usah di permasalahkan. Dan Matsuda-sensei, aku akan memecahkan kasus di dalam makalahku itu dengan Near. Dasar adik-ku yang suka menyuruh ini!" ucap Light sambil tertawa dibuat-buat—tapi terlihat sangat natural sampai tidak ada yang menyadarinya—dan menuju kamarnya.
"Sayu, maafkan aku. Aku hanya emosional dengan sikap Light." Tota merasa bersalah. Sayu hanya menghela nafas dan mengangkat bahunya.
Esok harinya, Light dan Near membicarakan kasus yang ada di makalah merekat itu di café yang mereka kunjungi kemarin.
"Kau masih ingat dengan kasus yang ada di makalah kita kemarin itu kan? Kalau kau tidak ingat berarti IQ-mu sangat jongkok."
"Tentu saja aku masih ingat! Pertama karena IQ-ku sangat tinggi dan yang kedua, itu adalah kasus yang aku dan onii selidiki tapi belum kelar-kelar juga sampai onii meninggal." ucap Near sambil meminum milkshake coklat kesukaannya.
"Adik-ku yang menyebalkan itu menyuruh kita untuk memecahkannya. Apa kau sidah memiliki tersangka?" ucap Light dengan muka yang terlihat kesal oleh Near tapi Light sama sekali tidak menyadarinya.
Near menghela nafas. "Belum... Aku masih memikirkannya—atau lebih benar kalau aku habis pikir—siapa yang tega membunuh lima top model Jepang dan tega memotong jarinya." ucap Near. "Seingatku, salah satu korbannya adalah murid kampus kita yang bernama Kiyomi Takada. Apa kau mengenalinya?"
Light sempat berpikir sebentar. "Oh... Dia adalah salah satu mantan-ku yang sangat suka menghabiskan uang-ku."
"Dan sekarang aku telah menemukan satu tersangka. KAU!"
Light kesal mendengarnya. "Kenapa sepertinya kau telah menuduhku kalau aku adalah dalang dari dua kasus pembunuhan? Ini sangat menjengkelkan kau tahu? Dan mana mungkin aku mau membunuh orang yang hanya pernah tidur denganku."
"Lagian kau mempunyai sebuah alasan untuk membunuh di kedua kasus tersebut kan? Berarti nasib-mu jelek sekali ya, sama seperti sikapmu! Lagian juga nggak mungkin kali seorang penggemar berat meraka membunuh mereka?"
Light tersenyum karena mendapatkan ide untuk meledek Near. "Bisa aja kali kalau tuh orang gila... Ah! Apa kau sudah membuang mayatnya?"
Near malah menanggapi lawakan garing itu yang malah membuatnya menjadi malah tambah garing. "Kau kira ia akan di kamar mayat selamanya? Tentu saja tidak!"
"Kukira orang sangat jenius seperti dirimu itu akan menemukan cara untuk menyimpan mayat itu tetap di ruang autopsi selamanya." ucap Light sambil memakai tas-nya dan langsung bergegas pulang.
Near kaget sampai-sampai spontan berteriak, "Hei bodoh! Kau belum membayar minum-mu!"
"Kau saja yang bayar." kata Light sambil tersenyum penuh kemenangan.
Di perjalanan pulang, Light menemukan sebuah buku hitam yang bertuliskan 'Death Note' di tengah jalan.
"Kok sepertinya ini dé javu deh..." pikir Light sambil memungutnya. Tiba-tiba suatu potongan pikiran terlintas di kepalanya dan tiba-tiba seekor shinigami hitam mendatanginya sambil berwajah sumringah. "Kau merindukanku, Light?"
"Masa lalu... dan Ryuk ya? Ya, sepertinya aku tidak kangen dengan kedua hal itu..." ucap Light sambil tersenyum mengejek.
"Kau jahat sekali Light..."
"Dan kukira kau sudah senasib dengan Rem..."
"Kau kira aku bodoh sepertinya."
"Dan bukannya kau yang lebih bodoh darinya Ryuk? Kau tahu, dia hanya termakan cinta yang buta."
"Cinta itu apa?" tanya Ryuk dengan tampang tolol.
Light menghela nafas. "Kau memang bodoh!"
"Ini hanya karena aku sudah lama tidak makan apel dari dunia manusia!"
Light menghela nafas lagi. "Kau tahu, beberapa hari ini aku sering menghela nafas karena dua orang dan sekarang ditambah satu shinigami bodoh sepertimu." ucapnya sambil segera kembali berjalan pulang ke rumah-nya.
"Hei Light! Misa nggak bersama-mu? Tumben sekali..."
Light pun langsung kepikiran dengan Misa dan dia langsung berlari menuju apartemen Misa yang tak terlalu jauh dari tempatnya sekarang. "Hei Light! Ada apa?" bingung Ryuk. "Tidak ada urusan-nya denganmu!" "Kenapa semua urusan-mu selalu bukan urusan-ku?" "Kau diam saja shinigami bodoh yang jarang mengasih ide yang baik!"
"Light? Kau tahu kalau aku sungguh kangen denganmu!" histeris Misa sambil memeluk erat Light yang super duper di kangeninya.
Light menghela nafas. "Satu lagi orang yang akan membuat aku lebih sering menghela nafas." kesal batin Light. "Kita baru tidak bertemu kembali selama dua bulan membuat dirimu sekangen ini dengan-ku?"
"Yah... Bagimu itu dua bulan itu hanya sebentar, tapi bagiku itu lama sekali!" kesal Misa sambil menggembungkan pipinya.
"Kalau begitu kenapa kalau nggak kita ngobrol di ruang tamu-mu?"
"Tentu saja boleh!" senang Misa sambil mendekap erat tangan Light dan berjalan menuju ruang tamunya dengan langkah girang.
Light melihat Misa dengan tampang merasa jijik. "Masih saja tidak berubah ya..." kesal batin Light.
"Misa, apakah kau membunuh Takada dan empat orang mantan-ku yang lain yang adalah 'mantan' top model?"
Misa merasa kesal dengan sangkaan Light. "Light, buat apa aku membunuh mereka? Karena cemburu? Aku sama sekali tak pernah memikirkan untuk membunuh mereka kok! Lagian aku yakin kalau Light pasti akan memilihku daripada mereka!"
Light menghela nafas dan akhirnya dia berbincang-bincang sebentar dengan Misa agar kedatangan-nya tidak terlalu terlihat mencolok.
Setelah Light pulang, Misa segera bergulang-guling kegirangan di ranjang-nya, tapi dia berhenti sejenak untuk memikirkan sesuatu. "Light, maaf... aku berbohong kepadamu... Sebenarnya memang benar aku yang membunuh mereka dan aku memotong jari mereka yang telah memegang dirimu karena cemburu... Aku masih memiliki death note walaupun Rem sudah mati..." ucapnya dengan muka penuh rasa bersalah.
Light masih tidak yakin kalau Misa bukan pembunuh-nya. Menurutnya, Misa sangat menyakinkan untuk membunuh mereka karena Misa sangat sangat mencintai-nya dan dia juga adalah seorang model yang pasti merasa tersaingi.
PLUK! Sebuah buku memukul kepalanya. "Kalau kau berjalan jangan sambil melamun dan menunduk nggak jelas seperti itu bisa-bisa kau ketabrak dan Sayu akan sedih! Aku juga pasti ikut repot..." ucap Tota sambil tersenyum.
"Sial! Kenapa mesti ketemu dia di saat seperti ini sih!" kesal batin Light. "Ya, kalau aku ketabarak atau tidak, itu bukan urusanmu kan? Ya... walaupun kamu adalah adik iparku yang lebih tua dan telah berkerja juga yang membiayai-ku sekarang setelah kematian ayah-ku..." ucapnya tetap melanjutkan perjalanan.
Matsuda hanya terdiam lalu menghela nafas dan menatap Light yang semakin menjauh dengan wajah sedih.
"Onii baru pulang? Kemana saja?" bingung Sayu melihat kakak-nya yang pulang lebih lama dari biasa-nya.
"Tadi aku menyelidiki kasus yang ditugasi oleh suami-mu itu dulu." jawab Light sambil berjalan menuju kamarnya.
"Aku pulang!"
Sayu bergegas menuju depan pintu. "Kamu masih memberikan onii hukuman hanya karena dia sekali terlambat saja?"
"Yah, aku harus mendisiplinkan-nya."
Sayu menghela nafas. "Tapi seperti-nya onii mulai kesal dengan-mu."
"Ya terserahlah..." jawabnya sambil menuju kamar. "Biarinlah dia kesal..." sedih batin Tota.
Light membanting tas-nya ke tempat tidurnya. "Kalau aja ibu-ku nggak masuk rumah sakit dan ayah-ku nggak meninggal juga Sayu tidak memaksa-ku untuk tinggal bersama-nya, aku nggak akan terjebak di rumah ini bersama Tota bodoh itu!"
Lalu Ryuk mengingat-ngingat, "Bukan-nya waktu itu kamu nggak merestui-nya kan..."
Light membanting dirinya ke kasur, "Ya, kalau Sayu tidak 'cinta mati' dengan si bodoh itu, aku nggak akan membiarkan mereka menikah."
"Wah, kata-katamu masih menusuk seperti dulu ya..." Ryuk terkekeh.
Light menghela nafas, "Kau diam saja!" ucapnya sambil melempar apel merah yang segar kepada Ryuk.
"Ya, ya, tuan emosional." ucap Ryuk sambil memakan apel itu.
Tota menatap nanar pintu kamar Light. Sebenarnya dari kemarin bukan maksudnya untuk membuat si empu-nya kamar itu marah.
KRRGG! Pintu kamar itu terbuka. Light keluar dari kamar itu untuk makan malam dan Tota pun tertangkap basah. "Ngapain kamu menatap kamar-ku dengan tampang menyedihkan seperti itu adik-ku? Kau jatuh cinta dengan kamar-ku tapi kamar-ku tidak mau menerima-nya?" ucapnya sambil tertawa.
Tota hanya tetap diam dan bertampang sedih. Light kaget dan bingung melihatnya. "Jadi kata-kataku benar? Nggak mungkin kan!"
Tota menghela nafas dan mendekati Light. "Kalau kata-katamu itu benar, berarti aku ini adalah orang gila kali! Aku bukan-nya jatuh cinta pada kamar-mu bodoh! Tapi yang aku sukai adalah yang..."
"Yang? Jangan-jangan..." sangka Light sambil merasa jijik. "Kamu hanya berantem dengan Sayu dan ingin tahu bagaimana cara berbaikan dengannya dengan baik dan benar tapi kamu malu menanyakannya kan..." ucap Light sambil menghilangkan rasa jijik-nya.
Tota menatap Light dengan kesal lalu menghela nafas untuk mengatur emosi-nya dan mendekati Light lagi. "Kau itu memang bodoh, pura-pura bodoh, atau cuman mau ngelawak garing dan nggak jelas doang?"
Light tertawa, "Yah... Habis muka-mu itu lucu sekali adik-ku tersayang..., sangat menyedihkan sekali muka-mu itu..."
Tota sangat tidak menyukai sifat Light yang suka merendahkannya ini. Dia pun mendekati Light dengan muka sinis yang membuat Light bingung dan mundur satu langkah. Tapi Tota langsung menarik kencang tangan-nya dan mencium-nya sekilas.
Light langsung mendorong Tota, "Apa sih kau Tota? Jadi kamu sudah kesal dengan-ku dan sampai-sampai mau mengasih aku hukuman dengan cara murahan seperti itu?" marah Light.
Tota hanya tetap menatap-nya dengan sinis, tapi Light membalas tatapan itu dengan tatapan yang lebih sinis. Dan tak lama Sayu—yang sebenarnya mau mencari mereka karena belum juga menuju ruang makan—datang. Dia memelototi Tota, "Lagi-lagi kalian berantem... Sudah, cepat makan sana!"
Tota pun langsung menuju ruang makan, sedangkan Light kembali ke kamarnya, "Aku lagi nggak nafsu makan..."
Sayu hanya menghela nafas. Entah sejak mereka tinggal bersama onii-nya itu, Tota menjadi sensitif dan dengan onii-nya mereka jadi suka beradu mulut, padahal dulu biasa-biasa saja, malah mereka sering bercanda bareng.
Tota—sekali lagi—melihat kamar Light dengan wajah nanar sama seperti sebelumnya. Kali ini dia nggak hanya diam aja, tapi memberanikan diri untuk membuka pintu itu. KRRKK... Pintu itu terbuka, tidak terkunci, padahal biasanya Light selalu mengkunci pintu kamar-nya. Ini adalah keberuntungan Tota.
Di dalamnya, Light sudah tertidur dengan keadaan tengkurap dan wajahnya terbenam bantal. "Lucu sekali cara tidurnya itu..." batin Tota sambil tersenyum.
Tota mendekat dan berbisik di telinga Light, "Kau tahu, bukan-nya aku ingin membuatmu kesal atau marah, tapi kadang-kadang aku cemburu melihat dirimu tersenyum kepada orang lain, tapi senyum yang selalu ingin kulihat itu tak pernah muncul untuk ditujukan kepadaku... Aku mencintaimu Light..."
Light yang entah kenapa bisa langsung terbangun mendengar perkataan itu. "Apa maksudmu ah? Kau main-main kan? Kamu kan suami-nya Sayu dan kau seharusnya hanya mencintai Sayu aja! Ngapain kamu menyukai aku? Aku nggak sudi! Dan dengan seenaknya aja kamu masuk ke kamar-ku ini! Menyebalkan sekali!"
Tota kaget melihat Light langsung bangun. Dirinya bukannya lari, tapi malah menyerang Light dengan mendorongnya sampai tembok dan dan menciumnya dengan kasar. Dia memainkan lidahnya di dalam mulut Light. Setelah nafas Light habis, Light mendorong Tota dengan susah payah. "Apa mau mu..."
"Menunjuk-kan rasa cinta-ku kepadamu..." senyum penuh kemenangan Tota sambil memegang penisnya Light. "Aaahh..." teriak Light.
"Terserah kamu mau teriak sekencang apa, tadi Sayu pergi menginap di rumah teman-nya, jadi yang ada di rumah hanya kita berdua..."
Light mendorong Tota sekencang yang dia bisa, "Apa mau-mu? Dengan begini sama saja kalau kamu mengkhianati Sayu!"
Tota tertawa picik, "Aku menikahi Sayu hanya agar dapat lebih lama melihat-mu dan bersamamu! Jadi dari awal aku memang sudah membodohi-nya!"
Light marah mendengarnya. Kalau tahu bakal seperti ini, saat Sayu ingin menikah dengan Tota, pasti akan dia hentikan dengan sekua tenaga sebesar apapun Sayu mencintai orang bodoh itu yang rupanya selama ini cuman pura-pura mencintai Sayu.
Tota membalikan badan Light dan membuka celananya. "Heii! Apa yang mau kau lak..." Sebelum dia selesai berbicara, Tota memasuk-kan penisnya ke dalam lobang belakang Light dengan cepat dan keluar masuk. "AAHHH!"
"Bagaimana Light? Pasti nikmat kan..." ucap Tota sambil terbata-bata dan membuat hickey di leher Light. "He...hen...tikan..." ucap Light semampunya. "Kau kira aku akan berhenti begitu saja ah?" Tota memasukkan penisnya lebih dalam. "AKH...!"
"Lubang-mu sangat sempit ya... Dan di dalam-mu sangat nikmat... Juga puting-mu yang kenyal dan ke-pink-an ini..." gairahnya sambil satu tangan memencet puting Light dan yang satu lagi memencet-mencet penis Light.
"Gyyaa..."
Tota tersenyum, "Teriakan-mu seksi sekali Light." ucapnya sambil mengkeluar masukan penisnya dengan cepat dan memasukan penis Light ke dalam mulutnya. Dia pun memainkannya dengan lidah membuat Light mengeluarkan 'cairan'. Tota mengelurkan penis Light dari mulut-nya, "Hmm... Rasanya enak sekali Light.
Dan dia pun mengubah posisi Light dan memaksakan penis-nya masuk ke mulut Light. Sembari itu, dia mencium Light dengan lumatan dan memasukan dalam keempat jarinya ke lubang belakang Light dengan cepat dan kasar.
