Chans.. apa kau sangat lelah hari ini, bahkan disaat kau menuruti ucapanku yang memintamu libur? Kyungsoo menoleh kekanannya, menatap wajah Chanyeol yang sedang memejamkan mata. Udara disini sangat sejuk, banyak pepohonan, hijau adalah yang melingkari mereka berdua-Kyungsoo dan Chanyeol.
Kyungsoo masih menatap lekat satu sisi wajah Chanyeol, betapa bersyukurnya ia, dan betapa herannya bisa dipersatukan dengan orang yang mungkin dulu sangat tidak pernah diperkirakannya. Orang yang tanpa lelah mengganggunya, yang akan memanggilnya sampai puluhan kali dalam satu waktu, orang yang terlalu kagum padanya dan hanya dia satu-satunya yang jadi topik untuk diceritakan pada keluarganya ketika pulang ke rumah.
Dialah Chanyeol yang tanpa henti berjuang untuk apa yang ia butuhkan untuk hidup dan keinginannya. Bukan hanya atensi dari Kyungsoo yang di ingin dan lebih sering mengabaikan puluhan panggilan Chanyeol yang hanya akan menceritakan hal sepele dan terkesan tidak penting. Tapi kebutuhan Chanyeol dan keinginannya untuk memiliki Kyungsoo dalam hidupnya, satu kali lagi bukan hanya atensi.
Kyungsoo mengagumi segala apa yang ada dalam dan dimiliki Chanyeol. Segalanya, pula yang menyebalkan darinya. Mencintai Chanyeol dari apa yang membuatnya mengacuhkan Chanyeol.
Kyungsoo merasa sedih ketika Chanyeol sakit. Hanya Chanyeol yang meski dalam demamnya masih memanggil namanya, itu sangat membuat Kyungsoo terharu. Waktu itu Kyungsoo sampai menitikkan air mata, berpikir bagaimana bisa ada orang yang sangat mencintainya sedalam ini? Dan bagaimana bisa dia bisa terus meresponnya seadanya bahkan menghiraukannya? Kyungsoo merutuki kebodohannya. Setelah lelah menangis dan diakhir kesadaran sebelum kantuk mengambil alih seluruh kesadarannya, Kyungsoo berjanji Aku akan menoleh padamu ketika kau memanggil namaku. Dan jika aku sedang sibuk, maaf mungkin aku akan datang padamu ketika tiga kali kau memanggilku. Aku berjanji. Aku berjanji tidak akan lagi membuatmu lelah hanya karena memanggilku. Itu tidak masalah jika kau hanya akan mengucapkan hal remeh-temeh sekalipun.
Kyungsoo yang saat ini adalah Park, bukan lagi Do. Kyungsoo yang tanpa ragu menjawab 'YA' ketika Chanyeol mengajaknya untuk menikah. Kyungsoo tidak berpikir ingin melewati banyak waktu untuk berkencan dengannya. Hanya ingin segera dan menantikan waktu dimana Chanyeol mengajaknya menikah. Kyungsoo sudah sangat yakin dengan Chanyeol. Yakin.
Sebagai penulis lagu, Chanyeol adalah seorang romantis untuk apa yang di persembahkannya. Chanyeol jarang mengatakannya untuk Kyungsoo, tapi semua lirik romantis yang ia ciptakan adalah persembahannya untuk Kyungsoo. Kyungsoo tahu, dan berterimakasih banyak untuk itu.
Kyungsoo tersadar dari banyaknya pikiran yang silih berganti mengenai suaminya-Park Chanyeol, ketika ada sentuhan hangat pada punggung tangan kanannya. Chanyeol tersenyum masih dengan mata tertutupnya.
"Kau tidak lelah memandangiku, hmm?" Ucap Chanyeol, suaranya serak, khas orang bangun tidur. Mungkin Chanyeol benar-benar tertidur karena suasana disini sangat mendukung, membuatnya rileks. Dalam hati Kyungsoo bersyukur dengan ide cemerlangnya membawa Chanyeol pergi ke padang rumput yang hijau ini.
"Aku tidak akan lelah. Meskipun aku lelah setiap hari mengurus rumah, mengurus cafè dan mengurusmu, kau yang lebih lelah karena terus bekerja keras untukku, untuk rencana kita di masa depan. Terimakasih banyak, untuk segalanya."
Chanyeol membuka matanya dan menoleh kekiri, didapatinya butir air mata Kyungsoo yang akan terjatuh. Butir pertama. "Hei.. jangan menangis.." Chanyeol menyeka butir itu yang sudah terlanjur terjatuh. "Aku seharusnya meminta maaf padamu, maafkan aku jika kehidupanmu sekarang tidak jauh lebih baik ketika dengan orang tuamu. Aku akan bekerja lebih keras lagi, Chagi." Chanyeol kembali menghapus air mata Kyungsoo yang entah mengapa semakin deras. Kyungsoo menggeleng.
"Aku sangat bahagia Chans... sangat, sangat bahaaagia. Terimakasih telah berjuang sejak pertama kali kita bertemu hingga kini, maaf mungkin terlambat, tapi ayo kita berjuang bersama.." Chanyeol tersenyum lembut, mengusak rambut Kyungsoo.
"Apa kau sangat lelah? Aku yakin kau kelelahan.. Apa yang bisa kulakukan untukmu Chans?" Ucap Kyungsoo masih dengan berlinangan air mata.
Chanyeol kembali tersenyum, menggelengkan kepala. "Cukup tersenyum, selalu siap untuk kupeluk dan hidangkan makanan terlezat untuk perutku yang selalu kelaparan ini. Itu sangat cukup untukku."
"Kau tidak ingin ungkapan cinta dariku?"
"Ungkapan cinta hanya perlu sesekali, Nyonya Park.. Yang hadir sebagai pemanis di peringatan hari sakral pernikahan, mungkin?" "Tapi bagiku, senyummu, masakan yang kau hidangkan adalah persembahan dari cinta yang luar biasa darimu. Dan lihatlah, air mata yang mengalir saat ini, dan tatapanmu tadi adalah bagian dari cintamu yang begitu besar." Lanjut Chanyeol, seraya menyibak poni yang menutupi kening Kyungsoo lalu menciumnya penuh perasaan. Kyungsoo bahagia.
"Chans.."
"Hmmm"
"Chans..."
"Hmmmm"
"Chans..."
"Hmmmmm" Chanyeol menoleh memeluk Kyungsoo.
"Coba kau bertanya padaku apa yang ku sukai dalam hidup ini."
"Memangnya apa?"
Kyungsoo memukul dada Chanyeol beberapa kali, Chanyeol terkekeh. "Ulangi saja apa yang ku katakan!"
Chanyeol melepaskan pelukannya lalu mencubit pipi Kyungsoo. Gemas. "Apa yang paling kau sukai dalam hidup ini, Chagi?"
"I love three things, The Sun, The Moon and You."
"Oh benarkah?" Tanya Chanyeol, dan Kyungsoo mengangguk semangat meresponnya.
"The Sun for the day, The Moon for the night, and You forever." Senyum Kyungsoo merekah. Senyum yang membuat jantung Chanyeol berdegub akan selalu lebih cepat.
"Kenapa kau sangat romantis?" Chanyeol mencubit hidung mancung istrinya, sangat gemas. "Darimana kau belajar menggombal seperti ini, hmm?"
"Aku kan memang romantis, kau lupa? Hobby ku menonton film, dan terakhir hobbyku bertambah."
"Memangnya apa hobby barumu, hmm?" Tanya Chanyeol memotong kalimat Kyungsoo.
"Dengan mendengarkan lagu-lagu karyamu, juga membaca banyak sampah kertas di studio musikmu yang berserakan jadi ku bersihkan, lirik yang kau tulis."
"Haha istriku sangat jujur. Aku sudah menulis bayak lirik, terkadang aku meremas kertas-kertas itu lalu membuangnya karena tidak cocok dengan aransemen musiknya." Chanyeol terkekeh melihat ekspresi imut istrinya. "Aaaaaaakk.. aku mencintaimu Park Kyungsoo!" Chanyeol mengguncang-guncang bahu Kyungsoo gemas.
"Apa kau merasa kesepian akhir-akhir ini?" Chanyeol membawa Kyungsoo dalam pelukannya. Kyungsoo mengangguk sebagai jawaban.
"Iya sangat kesepian. Aku harus tidur larut malam hanya untuk menunggumu pulang dan mendengarkan segala apa yang kau lakukan seharian." "Jangan terlalu lelah, Oppa." Kyungsoo mengusap bisep Chanyeol dengan lembut.
"Hmmm.. begitukah?" "Apa kau mau membantuku?" Tanya Chanyeol melonggarkan pelukannya.
Kyungsoo memandanga Chanyeol heran. "Hmm oppa, apa kau sedang ada rencana baru?"
"Ya. ini tidak bisa ku pikirkan sendiri. Ini menyangkut masa depan. Ini adalah Project besar."
Kyungsoo mengangguk cepat-cepat. "Tentu saja, Chans, kau harus melibatkanku dalam perencanaan masa depan dalam project mu itu."
Chanyeol tersenyum setuju. "Kupikir, kita harus mulai memikirkan project Chanyeol junior atau Kyungsoo junior agar kau tidak kesepian." Chanyeol tertawa.
Kyungsoo mengerucutkan bibir. "Disaat kuajak kau kesuasana romantis kau malah menghancurkan endingnya! Padahal sejauh ini sudah berjalan dengan mulus. Kau tahu tidak, aku sudah menantikan kata-kata romantismu sebagai penutup yang manis!" Chanyeol malah semakin tertawa melihat ekspresi Kyungsoo saat ini.
"Take my hand, take my whole life too. For I Can't help falling in love with You." Ucap Chanyeol dwngan sedikit bernyanyi, Kyungsoo tersenyum tersipu, Chanyeol kembali tertawa terbahak memegangi perutnya. Chanyeol tidak pernah menghilangkan sisi jahilnya kepada Kyungsoo meskipun sudah menikahinya.
Chanyeol senang melihat Kyungsoo yang tersipu malu.
The End
One shoot ;)
