"OBSESSION"
..
By: Lavenderviolletta
Naruto By Mashashi Kishimoto
Romance/Hurt/comfr
Hinata.H x Sasuke.U
..
WARNING
.
OOC, Miss Typo
..
Happy Reading
Tap
.
.
"Kau tau kau dapat masuk sekolah ini karena prestasimu."
.
.
Tap
.
.
"Lalu apa yang kau lakukan pada orang ini? Kau tau dia ini siapa? Pemegang saham terbesar yayasan sekolah kita."
.
.
.
"Kau itu pintar, cerdas tapi sangat disayangkan kau itu brandal."
.
.
Tap
.
.
"Kali ini tidak ada toleransi lagi untukmu"
.
.
"Kau di droup-out.. Gomen'ne Sasuke."
.
.
Sasuke mengehentikan langkahnya dan mendudukan dirinya pada sebuah kursi taman kota yang telah usang, tas ranselnya ia selempangkan dengan pakaian seragam yang acak-acakan, rambut bermodel raven itu tampak berantakan dengan pandangan mata yang kosong, ia tak tau apa yang harus ia katakan pada Mikoto.
"Tadaima." Ucapnya seraya menggeser pintu dan melepaskan sepatunya,
"Sasuke-kun, kau sudah pulang? Cepat sekali? Tak seperti biasanya."
Tanpa membalas perkataan Mikoto Sasuke memasuki kamarnya, ia melempar tasnya sembarang dan menjatuhkan tubuhnya diatas futon, matanya terpejam, "Gomen'ne Okasaan." Lirihnya, ia tak mau Mikoto mengetahui bahwa dirinya telah di DO dari sekolah, otaknya berpikir keras tak ada gunanya ia melanjutakan sekolah pikirnya, yah.. Dia bertekad untuk mencari pekerjaan besok, mungkin untuk saat ini dia belum bisa mengatakan yang sebenarnya pada Mikoto, sampai dia bisa mencari sekolah yang mau memberinya bea siswa. Mungkin hanya itu satu-satunya jalan, kedua onyx nya menutup. Ia sangat lelah.
..
.
Enam jam ia berputar-putar mengelilingi kota dengan megayuh sepedahnya dan terhenti di sebuah restoran Itali yang ramai di kunjungi pengunjung, Sasuke memarkirkan sepedahnya di samping parkiran sepeda motor, seorang petugas keamanan menghampirinya.
"Gomen'ne, apa disini membutuhkan tenaga kerja?"
"Kau mau melamar kerja disini?"
"Hai."
"Hm, ikuti aku."
...
Dengan perasaan senang Sasuke akhirnya bisa mulai bekerja disana besok, dia mulai bekerja jam 8 pagi hingga jam 4 sore dengan upah yang lumayan besar.
..
Hari pertamanya bekerja di sebuah restoran Italia, namun sayang,, Sasuke harus mendapat masalah di hari pertamanya bekerja, ia menumpahkan Pasta pada jas seorang tamu asing hingga dimarahi touris mancanegara itu habis-habisan, kejadian ini membuatnya di panggil oleh manager, Asuma.
"Ini adalah hari pertamamu bekerja, bagaimana bisa kau begitu ceroboh?"
"Gomen'ne."
"Hm, selain bahasa inggris, kau juga menguasai bahasa spain, itu yang ku dengar dari pegawai lain ketika kau berdebat dengan bule itu."
Sasuke mengangguk.
"Berapa banyak bahasa yang kau kuasai."
"Inggris,Spain dan German."
Hening. Jeda beberapa menit antara keduanya, Asuma mengusap wajahnya dengan meneguk secangkir kopi panas.
"Aku tau apa yang harus aku lakukan."
Sasuke berdiri, diikuti oleh Asuma.
"Kau mau kemana?"
"Pulang, bukankah aku telah dipecat?"
"Yah, seharusnya memang seperti itu."
Sasuke kembali melanjutkan langkahnya dan terhenti ketika Asuma memanggilnya kembali.
"Kenapa kau tak melanjutkan sekolahmu?"
"Hm?" Sasuke menoleh tak mengerti
"Kau pintar, cerdas, sangat disayangkan jika kau tak melanjutkannya-"
"Aku tak punya biaya untuk itu." Sasuke memotong pembicaraan
"Begini Sasuke." Asuma menghela nafas seraya mengajak Sasuke untuk kembali duduk.
"..." Sasuke kembali duduk dan mendengar dengan seksama penjelasan Asuma
"Yang mempunyai restoran ini adalah seorang pengusaha kaya, selain membuka usaha restoran dan juga beberapa hotel di Jepang dia juga mendirikan sebuah sekolah yang sangat terkenal di Konoha."
"Lalu?"
"Apa kau berminat? Melanjutkan sekolahmu disana?"
"Pertanyaan bodoh."
Asuma menepuk jidatnya, "Sasuke, kau bisa menjadi murid beasiswa disana aku bisa menguruskannya untukmu, dan kau masih bisa bekerja sore harinya."
"Kau bercanda?"
Asuma tertawa, "Tentu saja tidak."
"Apa yang harus aku lakukan untuk membalas semua ini."
Asuma terkekeh, "Ini semua bukan hal yang sulit untuku Sasuke, kau hanya perlu belajar dengan benar, mengejar cita-citamu dan jika kau sukes nanti, bawa aku bersamamu."
Sasuke tertawa kecil, "Hn, Arigatou."
...
.
.
Sasuke mengayuh sepedahnya dengan perasaan senang, dewi fortuna berpihak padanya hari ini dan sepertinya dia harus berterimakasih pada bule yang telah memarahinya karena atas insiden itu Asuma memanggilnya dan mengajukan penawaran yang menggiurkan itu, yah.. Harus diakui bahwa ia beruntung, bisa memasuki sekolah terfavorit yang hanya bisa dimasuki oleh kalangan ekonomi atas, kini.. Tak ada lagi yang ia sembunyikan pada Mikoto, Mikoto mendukung keinginan Sasuke untuk kembali melanjutkan sekolahnya disana.
...
Konoha International Senior High School
Sasuke menatap datar sederetan mobil mewah yang terparkir di KISHS, style dan gaya mereka juga sangat berkelas.. Berbeda dengan dirinya, ia hanya mendecih dan memarkirkan sepedahnya di samping mobil Bugatti Veyron berwarna merah, Sasuke menatap kagum mobil mewah itu sebelum dirinya pergi meninggalkan parkiran.
...
"SECURITY !"
Teriak seorang pria pemilik mobil termewah satu sekolah
"Hai Gaara Sama."
"Siapa yang berani memarkirkan barang sampah ini disini?"
Satpam itu terlihat bingung, merasa kesal dengan jawaban nihil itu ia mengibaskan tangannya, menyuruh satpam itu pergi.
Sebuah mobil Lambhorgini berwarna kuning berhenti disamping mobilnya, pria itu keluar dan tersenyum menyapa sahabatnya
"Aku pikir hari ini cerah, tapi begitu melihat mukamu kenapa menjadi suram yah?"
"Berhenti bicara atau kau benar-benar akan menjadi suram hari ini."
Pria bermata Shappire itu terkekeh, "Ada apa denganmu eh?"
Gaara menunjuk sepedah yang terparkir diantara mobil keduanya itu dengan gerakan dagunya.
"Sugoii... Langka sekali, apa itu peninggalan Napoleon Bonaparte dulu eh? Kau mendapatkan barang itu dari-"
"Baka ! Sampah itu bukan milikku."
Naruto memiringkan kepalanya bingung, "Lalu?"
Tid..tidd..
Keduanya menoleh ketika sebuah mobil Mclaren-F1 berwarna hitam terhenti dibelakang keduanya, "Ohayou." Sapa pria ramah senyum itu ketika jendela mobilnya terbuka, "Bukan saat yang tepat untuk memamerkan senyum palsumu Sai, cepat keluar ! Tak lihatkah kau muka bos kita yang satu ini Hah?"
Sai kembali menutup kaca jendela mobilnya dan memarkirkan mobilnya disamping mobil Naruto.
"Ada masalah?" Sai mendekati keduanya
"Ada tugas untukmu." Gaara menyeringai
Sai masih tak mengerti, ia kemudian melihat ke arah jarum jam 12 mengikuti arah mata Gaara, "Aa wakatta." Ujarnya dengan senyum yang sulit diartikan.
...
"Atashi no namae wa Uchiha Sasuke desu. Yorroshiku nee." Sasuke membungkukan setengah tubuhnya ketika perkenalan pertama di depan kelas.
"Gomen'ne, Uchiha-san? Nama margamu itu asing sekali, aku belum pernah mendengarnya, mungkin jika kau menyebutkan perusahaan keluargamu kita akan mengetahuinya, bukan begitu kan? Teman-teman?" Ucap wanita berambut blonde Yamanaka Ino.
"Saya hanya murid bea siswa disini, tidak ada perusahaan dan mobil mewah, saya juga harus bekerja ketika pulang sekolah nanti." Balas Sasuke datar.
"Ooowwww.. Miskin eh?" Ino mengejek, membuat penghuni kelas seketika itu juga menertawakannya.
"Tampan sihh, tapiii gembel." Shion menimpali, dan kelas kembali ricuh karena kelakuan mereka, Kakashi hanya menghela nafas karena tindakan murid-muridnya yang notabene sudah biasa memandang sebelah mata, memandang seseorang dari status dan tahta.
"Sasuke, kau bisa menduduki bangku kosong yang berada di belakang Hyuuga Hinata."
"Eh?" Sasuke memandang ke arah sekumpulan orang di kelas bingung
"Ohh tuhann.. Dia bahkan tak mengenal Hyuuga Hinata Hime." Kali ini wanita bercepol dua yang mengejeknya, Tenten.
"Sensei, dia tak akan mengenal Hinata yahh mungkin dia berasal dari pedalaman dan tidak mempunyai Televisi di rumahnya." Kiba membuat seisi kelas kembali menertawakan Sasuke.
"Cukup ! Kalian semua keterlaluan !" Hinata berdiri ia memandang Sasuke seraya tersenyum.
"Saya Hinata, Hyuuga Hinata. Kau bisa menduduki kursi kosong di belakangku."
"Arigatou." Balas Sasuke datar
...
Sasuke bersumpah, demi apapun ia tak akan pernah melupakan mereka yang telah menghina dan menertawakannya, ia berjanji suatu saat nanti ia akan menjadi lebih sukses dari mereka, membeli mulut mereka yang menghinanya dengan uang hasil jerih payahnya sendiri, bukan sombong dengan hasil usaha orangtua, ia mendecih, matanya menatap punggung wanita bersurai indigo yang ada di depannya, hanya dia.. Hanya wanita ini yang tak menertawakan dan memojokannya. Hyuuga Hinata.
...
Teng ... Teng .. (Bell istirahat berbunyi)
Hinata membereskan bukunya-bukunya dan bergegas keluar untuk mendapatkan makanan di kantin, namun ia teringat akan seseorang.. Yah teringat akan murid baru yang di bully di hari pertamanya sekolah, ia berbalik, pria bea siswa itu tengah menyatap bentonya dengan lahap, Hinata tersenyum, ia mendekati Sasuke.
"Uchiha-san." Sapanya
Sasuke menoleh, "Hn?"
"Kau membawa bekal?"
"Menurutmu?"
Hinata tersenyum, ia mengambil kursi dan mendudukan dirinya disamping Sasuke
"Apa kau sendiri yang membuatnya?"
"Okaasan yang menyiapkannya untukku."
"Ooo.. Ibumu pasti sangat menyayangimu."
"..."
"Aku bahkan belum pernah merasakan masakan seorang ibu."
Sasuke berhenti mengunyah, ia melirik Hinata
"Okasaan meninggal ketika melahirkanku, aku bahkan tidak tau bagaimana rasanya mempunyai seorang ibu." Hinata tertunduk, namun ia kembali mengangkat wajahnya seraya tersenyum.
"Mau mencobanya?"
"Eh? Apa boleh?" Hinata terlihat senang
"Hn, anggap saja tanda terimakasihku untuk tadi pagi."
Dengan perasaan senang Hinata mengambil sumpit yang di berikan Sasuke dan mengambil satu onigiri di dalam kotak bekal Sasuke, namun saat onigiri itu akan masuk ke dalam mulutnya seseorang menarik tangannya kuat, mengambil sumpit itu dan melemparnya kasar.
"Gaara-kun !" Hinata kaget dengan sikap Gaara yang tiba-tiba datang dan menarik tangannya.
"Kau akan keracunan jika memakan sampah itu."
"Apa?!"
"Ohh jadi kau pemilik barang rongsokan itu?" Naruto berkata mengejek
Sasuke terdiam, "Tahan Sasuke, kau harus bisa mengontrol emosimu, tujuanmu adalah sekolah jangan sampai kau kehilangan bea sisiwa itu lagi." Ujarnya dalam hati, Sasuke menghela nafas dan menghembuskannya perlahan, ia berdiri dan berjongkok untuk mengambil sumpitnya yang tergeletak di lantai.
"GAARA-KUN !" Hinata membentak Gaara ketika Gaara menginjak sumpit milik Sasuke dan menendangnya kasar.
"Kita pergi." Ucapnya pada Sai dan Naruto dengan menyeret tangan Hinata kuat
...
"What the~" Ino memutar tubuhnya seraya berkacak pinggang ketika lagu berhenti berputar, menghentikannya untuk berlatih cheersleaders.
"Kalian tak bisa berlatih tanpa aku, kau lupa aku adalah leaders disini."
Ino terdiam, ia memberi jalan untuk Sakura dan Saara.
"Untuk yang terakhir kalinya, saya tegaskan pada kalian semua Cheersleader dan Dancer KISHS, DIA-" Sakura menunjuk Ino , "Adalah wakil ketika aku tidak ada di sekolah, jika masih ada aku Haruno Sakura, selama aku masih menginjakan kakiku di KISHS selama itu juga Tim Cheersleaders dan Dancer KISHS ada di bawah kuasaku, apa kalian mengerti !"
Sakura berjalan mendekati Ino, "Apa maksudmu melakukan ini?"
"Gomen'ne , aku pikir kau masih sakit." Ujar Ino seraya menundukan kepalanya
"Tch, kau bahkan melihat aku memarkirkan mobil di sebelah mobilmu."
"..." Ino mengepal kuat tangannya, ingin rasanya ia menjambak rambut merah muda itu, namun sayang ia tak punya keberanian lebih, yah.. Dia tak ingin di keluarkan dari Tim Cheersleaders KISHS oleh Sakura.
...
Hinata hanya diam, tak banyak bicara ketika Gaara terus membawanya ia juga tak memperdulikan semua orang yang telah menatapnya hal ini sudah biasa untuknya, yah .. Menjadi tontonan semua orang ketika Gaara memperlakukan Hinata sesuka hatinya.
"Cukup." Hinata menghentikan langkahnya, membuat Gaara menoleh dan membuat langkahnya juga terhenti
"Ini sakit." Ujar Hinata seraya menarik tangannya dari cengkraman Gaara
"Apa yang kau lakukan dengan pria miskin itu?"
"Sasuke, namanya Uchiha Sasuke, apa ada masalah jika aku ingin mempunyai seorang teman?"
Gaara mendecih, ia memegang kedua bahu Hinata
"Hei, ada aku, Gaara, Naruto dan juga Sai.. Kau tak akan pernah kesepian Hime, satu KISHS ini memujamu, mereka menghormatimu, kau tak sendiri-"
Hinata menepis tangan Gaara yang membelai pipinya lembut.
"Mereka hanya memandang margaku, yang mereka tau hanya Hyuuga, bukan Hinata, yang mereka semua tau adalah aku anak keturunan bangsawan, yang mereka tau aku adalah pewaris utama Hyuuga, yang mereka tau aku adalah anak dari pemilik KISHS, yang mereka tau aku adalah kekasihmu, kekasih seorang pria tampan,populer, dan terkaya satu sekolah, dan ditakuti oleh semua penghuni KISHS."
"Hinata-"
"Aku belum selesai bicara Gaara, tolong.. Jangan terlalu mencampuri kehidupanku."
Hinata meninggalkan Gaara, Naruto dan juga Sai.
"Hei, are u okay?" Tanya Sai pada Gaara dan hanya dibalas tatapan deathglare olehnya.
"Kau terlalu memaksanya Gaara, harusnya kau bisa bersikap lebih lembut pada wanita selembut Hinata." Naruto memberi saran, namun Gaara menghiraukannya, ia berjalan dan tetap di ikuti oleh Naruto dan juga Sai
..
.
"Uchiha-san." Hinata berlari mengejar Sasuke ketika bell pulang berbunyi, merasa namanya dipanggil Sasuke menghentikan langkahnya seraya menoleh.
"Gomen'ne, tadi Gaara-"
"Lupakan."
"Eh?"
"Tch, aku telah melupakannya." Sasuke kembali melangkahkan kakinya. Dan kembali berhenti saat ia menyadari Hinata berjalan di sampingnya, ia menatap Hinata datar.
"Ada apa?" Tanya Hinata bingung
"Sebaiknya kau tak berjalan disampingku."
"Eh? Tapi-"
"Kau membuatku risih."
"Eh?" Hinata membulatkan matanya tak percaya, Sasuke hanya menatap Hinata datar, tak memperdulikan raut wajah Hinata yang memandangnya bingung, ia kembali berjalan meninggalkan Hinata.
..
Hinata menepis segala pikiran buruknya, ia yakin Sasuke adalah orang yang baik, terlalu lama bergelut dengan pikirannya sendiri ia berlari menyusul Sasuke, dengan nafas yang terengah-engah ia akhirnya dapat menyusul Sasuke sampai di parkiran,
"Sasuh-" Nafasnya memburu, namun ia berhenti berkata saat melihat Sasuke bingung mencari sesuatu.
"Ada masalah?" Tanya Hinata lagi ketika Sasuke masih sibuk mencari sepedahnya yang hilang
"Sepedahku." Ujarnya seraya terus mencari
"Eh? Sepedah?" Hinata semakin bingung
Sasuke berlari menuju pos satpam, ia menanyakan sepedahnya,
"Sepedahmu tergantung disana."
Sasuke menyipitkan matanya saat melihat sepedahnya tergantung di atas pohon.
"Bagaimana bisa ada disana? Siapa yang melakukan ini?" Hinata meminta jawaban pada satpam itu, namun satpam itu hanya menggelengkan kepalanya.
"Kau harusnya tau, kenapa sepedah itu bisa tergantung disana, bukankah kau ini penjaga keamanan disini eh?" Hinata merasa kesal dengan sikap satpam yang menurutnya tak mempunyai rasa tanggung jawab itu
"Gomen'ne Hinata-sama, tapi saya benar-benar tidak mengetahuinya." Balasnya bohong
"Tapi-"
"Sudahlah, tak ada gunanya berdebat." Sasuke berlari menuju lapangan dengan Hinata yang masih setia mengikutinya
"Bagaimana cara mengambilnya?" Hinata menoleh pada Sasuke yang masih terus menatap sepedahnya diatas sana
"..." Tak memperdulikan perkataan Hinata Sasuke menaiki pohon itu untuk mengambil sepedahnya
"Uchiha-san." Hinata menatap Sasuke cemas,
Dengan susah payah akhirnya Sasuke kembali dapat mengambil kembali sepedahnya yang tergantung di atas pohon, ia menaiki sepedahnya dan pergi meninggalkan Hinata begitu saja, Hinata hanya diam mematung melihat Sasuke pergi mengayuh sepedahnya semakin menjauh, "Hinata." Suara berat seseorang membuyarkan lamunannya saat ia menyadari ada yang menepuk bahunya, tak begitu memperdulikan Hinata hanya menoleh sekilas dan bermaksud pergi meninggalkan pria yang menurutnya menyebalkan itu,
"Bisakah kau berhenti menghindariku?" Gaara mencengkram tangan Hinata kuat. Menghentikan langkahnya
"Apa maumu?"
"Tsk. Pertanyaan bodoh."
"..." Hinata menepis tangan kekasihnya itu dan kembali melangkahkan kakinya. Namun Gaara juga tak mau kalah, ia menarik kembali tangan Hinata dan menghempaskan tubuhnya hingga punggungnya membentur dinding, gerakannya kini terkunci oleh kedua tangan Gaara yang berada di samping kiri dan kanan bahunya.
"Aku tau kau yang melakukannya."
"Tsk."
"Apa yang dia lakukan padamu sehingga kau melakukan hal itu padanya?"
"Sejak kapan kau begitu menjadi simpatisan seperti ini eh?"
"Sudahlah, aku lelah, aku ingin segera pulang."
"Biar aku yang mengantarmu."
"Arigatou, tapi Neji- "
"Neji yang menyuruhku untuk mengantarmu pulang."
Hinata tak bisa mengelak lagi, mau tak mau ia sekarang harus pulang bersama Gaara, melihat Hinata yang kini terdiam Gaara tersenyum dan membawa Hinata ke pelukannya, "Gomen'ne, ku mohon jangan marah padaku lagi." Ujar Gaara seraya membelai rambut Hinata lembut.
.
.
.
.
TBC
O genki desu ka Minna \(^▿^)/ terimakasihh telah membaca Fict terbaruku, see u next chap
Lavenderviolletta
