Angin berhembus dengan lembut, membiarkan surai pemuda berambut blonde ini terbang dibuatnya. Burung - burung camar yang sedang terbang menjadi atensinya saat ini. Horizon sudah menampakkan kanvas berwarna merah, coklat dan biru yang mulai bercampuran membentuk warna orange, menandakan hari sudah mulai petang. Ombak yang saling kejar-mengejar pun ikut menjadi latar pemandangan matahari terbenam kala itu.
Hah indahnya.
Hanya saja, ini kurang indah apa bila tidak ada 'dia'. Orang yang tiba-tiba datang dalam hidupnya, membawa banyak masalah, dan juga, membawa kenangan manis yang tak dapat dilupakannya saat sampai ini.
Kazune Kujyou―nama pemuda dengan rambut blonde ini―menghela nafas pelan, sesekali kakinya menendang kerikil ke arah bibir pantai. Kedua tangannya yang sedari tadi berada di katung celananya ia keluarkan dan mengarahkannya pada kamera yang sedang disandangnya didada saat ini. Ia mengarahkan kamera itu kearah horizon, melihat objek yang diinginkannya dengan sebelah mata dan―
CKLIK
―satu gambar indah tertangkap oleh lensa kamera tersebut.
Kazune tersenyum miring pada gambar-gambar yang dihasilkannya. Tidak! Bukannya gambarnya gagal atau pun bergerak. Bahkan gambarnya terlihat sempurna jika dimata orang lain yang melihatnya. Hanya saja, ini kurang sempurna. Karena―
Tidak ada 'sosok seseorang'
―yang selalu hadir disetiap karya yang dibuat olehnya.
"Kazune-nii~?" Panggilan itu menyita khayalannya sementara kepalanya ia tengokkan pada sumber suara dan mendapati sosok adik yang disayanginya tengah tersenyum kepadanya. "Kazusa? Kenapa kau tidak di Vila saja?" Tanyanya dengan nada dingin.
Kazusa memberengut, "Ayo masuk, dan apa maksud kata 'saja' heh?!" Tanyanya sambil menggembungkan pipinya―imut―melihat reaksi pemuda yang bernotabene kakak kembarnya. Ia kemudian berjalan kearah sang pemuda tersebut seraya melihat kearah Matahari terbenam. "Indah~!" Gumamnya pelan masih dengan senyum yang kini lebih terkesan tulus, tanpa menyadari―
CKLIK
―Kazune mengambil gambar dirinya bersama pemandangan Sunset tersebut.
"Ah, Kazune-nii, apa yang kau lakukan?"
"Mengambil karya manis yang dibuat kembarannya untuk dibuat sebagai kenangan." Nada bicara yang terlontar dingin dari mulut Kazune memang sudah biasa ditelinga Kazusa setelah kematian seseorang. Tapi setidaknya ada sedikit pujian tersirat didalamnya, eh?
"Terserah Kazune-nii katakan deh.." Kata Kazusa memberengut, ia meraih tangan kakaknya, berniat menyeret pemuda dengan rambut blonde itu ke Vila. Tapi dengan cepat Kazune melangkah menjauh, membuat niatannya gagal.
"Kazune-nii kau-" ia memotong kalimatnya saat melihat kakaknya yang entah sejak kapan sudah berlari menuju Vila duluan. "-merindukan 'dia', benar 'kan?" Lanjutnya lirih kemudian menutup mata sejenak dan ikut berjalan ke arah dimana Vila Kujyou berada.
.
.
Kamichama Karin (Chu)
Belong to Koge Donbo
AU,OOC,Typo(s), nggak memperhatikan EYD, gaje, kurangnya pendeskripsian, alur kecepetan dan banyak yang lainnya.
.
.
Happy Reading~
Kazusa Kujyou tersenyum riang. Ia merentangkan tangannya lebar-lebar, kemudian memutar-mutarkan dirinya pada halaman depan Mansion Kujyou yang menjadi tempat pijakannya saat ini. "Lama sekali rasanya, padahal baru saja ditinggal satu bulan." Gumamnya masih melakukan hal yang sama, seakan ia adalah sosok penari kini tengah menari dengan sempurna dihadapan para penonton—lupakan.
Kazune yang baru saja lewat dengan menyeret dua buah koper pun mendengus kesal kala melihat tingkah adiknya. Bukannya membantu atau apalah, malah bersenang - senang sendiri dengan imajinasi liarnya. "Hentikan kelakuan bodoh mu itu, Kazusa." Hardiknya cepat, menaruh kopernya ditanah seraya menyilangkan kedua tangannya didada.
Kazusa masih sibuk dengan kegiatannya, membiarkan kakaknya memakan katjang yang secara tak langsung disuguhkan olehnya, mentah - mentah. "Ayolah, Kazune-nii~!" Masih saja bersenang - senang, Kazusa mengatakan hal tadi dengan riangnya seakan anak kecil yang baru saja dibelikan mainan oleh orang tuanya, dan juga seakan tak merasakan aura - aura gelap yang menguar dari tubuh saudara kembarnya itu.
"Kazu-"
"Kazusa-chan~!" Suara lembut dari gadis dengan rambut hitam menghentikan kata Kazune untuk memanggil kembarannya itu. Terimakasih untuk gadis itu—tepatnya Himeka Kujyou, yang telah melakukan hal tadi, karena sepertinya akan ada adu argumen antara duo kembaran yang berbeda gender itu melihat seberapa kelam aura yang dikeluarkan Kazune.
Kazusa menghentikkan aktivitasnya, ia memegangi kepalanya, sepertinya kepusingan karena terlalu lama berputar. "Ada apa Himeka-chan~?" Tanyanya seraya mendudukkan diri pada tempat yang dipijakinya tadi. Ia tak memikirkan pakaiannya akan kotor atau akan ada ulat yang menyerang tubuhnya mengingat disitu adalah rumput dan semua ulat yang ada sudah menjadi koleksi gadis cantik dengan nama Himeka tadi.
"Kau tidak apa?" Bukannya menjawab Himeka malah bertanya dengan satu kalimat berintonasi lembut, seperti biasa, khasnya. Sementara yang ditanya masih memegangi kepalanya tak merespon dengan mengucapkan separtah kata melainkan memberi isyarat, menggeleng pelan. Dan Himeka tau kalau sepupunya itu masih kepusingan.
"Dasar," Kazune yang sedari tadi hanya melihat adegan yang dibuat kedua saudarinya mendengus pelan. Ia dikacangi, keberadaannya seakan dilupakan. "Menyebalkan," dan setelah mengatakan satu patah kata itu, ia langsung kembali menyeret dua koper hitam miliknya dan berjalan menjauhi saudari-saudarinya.
Himeka dengan hati-hati mengambil bandana kelinci milik sepupunya yang tengah kepusingan itu, berharap dapat mengurangi beban dan kepusingan yang dialami olehnya. "Aku akan menaruh ini dikamarmu, dan setelahnya akan ku ambilkan minuman untukmu." Kata gadis berambut hitam itu, setelahnya ia langsung melangkah pergi dengan anggunnya, meninggalkan Kazusa yang entah sejak kapan sudah beralih posisi menjadi tiduran atas rerumputan.
"Karin-chan~" satu kata itu diucapkan dengan nada sedih, sendu dan juga menyiratkan kekecewaan, Kazusa menatap gumpalan putih yang tengah berkumpul dilangit. "Aku—bukan. Tapi, kami merindukan mu. Kenapa kau pergi terlalu cep-"
"Hentikan omong kosong mu itu, Kazusa!" Terucap dengan nada tegas tapi menyiratkan nada kemarahan, membuat Kazusa memejamkan matanya sejenak, menikmati hembusan angin yang berlalu.
". . . . . . . . Maaf Kazune-nii, aku tak bermaksud menying-"
"Lupakan," Kazune duduk disebelah Kazusa, ia sudah menaruh koper yang di seretnya tadi pada tempatnya—yang tak lain adalah kamar miliknya, sendiri. Bukan, bukan sendiri, dulu memang kamar itu ditempat Kazune bersama seseorang, akan tetapi—orang itu telah pergi.
"Ngomong - ngomong Kazune, kau masih ingat dengan gadis bermarga Karasuma itu?" Kazune menaikkan sebelah alisnya heran, ekor matanya melirik ke arah Kazusa yang tengah menatap pemandangan yang di suguhkan langit siang.
"Rika Karasuma?"
Kazusa menggelengkan kepalanya pelan seraya mengubah posisinya menjadi terduduk disamping sang kakak. "Kirika Karasuma,"
Hati Kazune mencelos mendengar nama tabu yang diucapkan Kazusa—gadis yang sangat benar-benar mirip dengannya itu, hanya saja memiliki rambut yang lebih panjang. "Orang itu telah membuat Karin terbang tinggi—maksudku mencintainya, tapi kau tau Kazusa? Mendengar penuturannya mengenai gendernya yang sebenarnya—" Kazune menghela nafas pelan sebelum melanjutkan kalimatnya, "—adalah perempuan, aku jadi ingin tertawa ditempat saat itu juga."
Kazusa mendelik kearah Kazune, tetapi ditanggapi dengan decihan. Ia menghela nafas, "Aku setuju dengan perkataan mu itu, Kazune-nii. Lucu sekali mengingat hal tersebut. Tapi disaat yang sama aku juga merasa agak sedih setelah melihat ekspresi Karin-chan saat itu,"
Kazune terdiam untuk beberapa saat, ". . . . . .Tapi yang ingin membuatku tertawa keras hingga aku ingin menangis saat itu juga adalah adalah kebodohanku mengenai perasaanku sendiri." Sahutnya dengan intonasi datar.
"Andai saja saat melangkah pergi, Karin-chan tidak menyebrangi jal-"
"Kazusa-chan, Kazune-chan~!" Suara lembut itu menginterogasi kesibukan duo kakak beradik yang tengah saling curhat secara tidak langsung dan juga memotong kalimat Kazusa yang belum selesai. Himeka membawa tiga gelas jus jeruk disatu nampan. Ia kemudian meletakkan nampan tersebut didepan kedua sepupu yang masih terduduk direrumputan. Kazusa dengan segera mengambil salah satu dari ke tiga gelas yang berada dinampan dan meneguk isinya, "Segar," komentarnya setelah menyelesaikan minumnya dalam satu tegukan. Keren.
Himeka hanya terkekeh kecil, sedangkan Kazune malah mendengus pelan. "Kau itu penerus keluarga Kujyou, Kazusa—yang tentunya dengan kedudukan dibawahku. Sebaiknya jaga sikap mu itu," hardik Kazune membuat Kazusa kini yang mendengus. Kakak yang menyebalkan, pikirnya.
Melihat kelakuan sepupunya yang memang bisa dikategorikan layaknya anak kecil, Himeka menggeleng pelan dan tersenyum. Tapi, tiba-tiba saja senyuman bahagianya itu luntur digantikan dengan senyuman sedih yang menyiratkan kepedihan mendalam. "Andai saja Karin-chan ada disini," Himeka menggumam.
"Ck! Dasar bocah menyebalkan, kapan nilai mu bisa tinggi sih? Bagaimana dengan masa depanmu jika nilai mu ini selalu saja rendah!"
Gadis dengan rambut pirang kecoklatan ini memandangi wanita didepannya sekaligus kertas ulangannya, bersedih. Ia kemudian berlari—meninggalkan wanita itu yang sibuk menggeram kesal—ke kamarnya dan menutup telinganya agar tak mendengar wanita tadi berteriak memanggil namanya dengan intonasi tinggi—menandakan kemarahan.
"Apa salahku sih?" Tanyanya—pada dirinya sendiri. Hidungnya memanas, setelahnya ia dapat merasakan tetesan kristal bening menuruni pipinya. "Ini semua 'kan salah otakku yang memang cepat lupa," ia melempar gulingnya kearah tembok. "AKU BENCI KECELAKAAN SIALAN ITU," geramnya kesal dipenuhi dengan aura-aura dendam yang menguar dari tubuhnya.
Karin Hanazono—nama gadis itu—memang mengingat bagaimana ia kecelakaan, hanya saja tak secara detail. Tapi dilubuk hatinya paling kecil, ia sangat bersyukur, karena dirinya selamat, dalam kecelakaan beruntun yang terjadi saat—entah kapan, Karin sendiri tak ingat.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued?
Idenya pasaran? Saya tau. Hohoho, tentu saya tau, mungkin nanti saya akan buat cerita ini susah dan rumit. Maafkan penulisan saya yang buruk, dan saya nggak pake beta, hehe. Saya juga ngetiknya maupun update dari ponsel, maaf berantakan ya ..
Kebetulan saya New Bie, jadi, mohon kritikannya, saran, dan yang lainnya, senpaicchi, senseicchi~
