This Present By shclyod_

Valentine Baekkie

.

.

.

Park Chanyeol X Byun Baekhyun

Shounen-Ai

Oneshot

T

Italic – Flashback

.

.

.

Chanyeol Baekhyun

Nama itu terdengar cocok jika disandingkan. Tapi mungkin hanya nama mereka. Nyatanya mereka tak cocok satu sama lain. Baekhyun yang cinta akan kebersihan dan Chanyeol yang pemalas. Tapi mungkin itu adalah salah satu penguat diantara mereka. Dan jangan lupakan sepasang kaki kecil mereka.

.

.

Langkah-langkah kaki kecil mulai terdengar menyusuri lorong dan benar saja. Setelahnya gadis kecil berambut sebahu itu tiba-tiba sudah bergelayut manja di kaki lelaki manis yang sedang sibuk membuat pancake untuk sarapan mereka.

"Appa!" Gadis itu memanggil lelaki dewasa itu manja, mencoba mencari perhatian Appa-nya yang sibuk memasak.

Lelaki dewasa itu hanya berdehem sebagai respon untuk putri kecilnya.

"Appa, kapan Daddy akan pulang? Mercy rindu."

Baekhyun-lelaki dewasa itu-berjongkok dihadapan putrinya dan mengelus rambut panjang itu sayang. Menatap gadis kecil itu sendu. Ia masih kecil dan tak mengerti apapun. Dan Baekhyun tak bisa menjelaskan pada gadis kecilnya. Mercyana Park.

"Mercy harus jadi anak baik. Daddy pasti akan pulang dengan cepat." Baekhyun memberi senyuman lembut pada gadisnya. Dan gadis berumur empat itu mengangguk mengerti.

"Mercy akan jadi anak baik untuk Daddy. Appa juga." Mercy mengecup pipi Baekhyun dan berjalan ke arah meja makan, dan Ia sudah siap dengan piringnya menanti pancake hangat buatan Baekhyun. Appa-nya.

.

.

"Mercy menanyakan itu lagi. Terakhir kali Ia menanyakannya, Ia bahkan sampai jatuh tertidur karena kelelahan menangis. Tak bisakah kau datang? Sebentar saja dan ajak Ia keluar berjalan-jalan."

Baekhyun mondar-mandir didalam kamarnya sambil menggigit kuku jari dengan khawatir. Mencoba bernegosiasi dengan lelaki tinggi ditelepon itu. Untuk anaknya, putrinya yang berharga.

"Aku akan datang ditanggal 14. Sekarang aku berada dilondon. Jadi tunggu aku oke? Aku akan membawakan oleh-oleh untuk Mercy dan membawanya jalan-jalan."

Baekhyun akhirnya bisa bernapas lega. Setidaknya itu bisa melepaskan rindu, walau hanya sedikit.

.

.

"Tiga hari lagi hari kasih sayang, Appa. Appa ingin hadiah apa dari Mercy?"

Baekhyun dan anaknya sedang mengobrol dikamar gadis kecil itu. Baekhyun sudah menceritakan tiga dongeng, tapi Mercy bahkan tak ingin menutup matanya untuk tidur.

"Semua hari adalah hari kasih sayang, Mey. Jadi Appa tak butuh hari dan hadiah apapun. Karena hadiah terindah Appa ada disamping Appa setiap hari."

"em em" Gadis itu menggelengkan kepalanya kekanan dan kekiri tanda tak setuju dengan ucapan Appa-nya.

"Mercy harus memberi sesuatu untuk Appa karena merawat Mercy dengan baik." Baekhyun tersenyum simpul mendengarnya.

"Mercy anak Appa. Bagaimana mungkin Appa tidak merawat Mercy dengan baik? Cha, sekarang mari tidur. Ini sudah sangat larut." Baekhyun menarik selimut untuk menutupi tubuh mungil anaknya dan mengecup dahinya lembut.

"Ah, Mercy lupa. Mercy juga harus memberi hadiah valentine untuk Daddy. Jadi Mercy akan menyiapkan dua hadiah. Untuk Daddy dan Appa." Gadis itu tersenyum dan menutup mata untuk masuk kealam mimpinya.

Baekhyun menutup pintu perlahan dan pergi kekamarnya untuk beristirahat. Menjadi orang tua tunggal terasa berat bagi Baekhyun. Dan Ia tak terbiasa dengan itu. Biasanya ada Chanyeol, lelaki itu bisa meringankan beban Baekhyun walau hanya sedikit. Tetapi sekarang tidak lagi. Baekhyun berbaring di ranjangnya menatap nanar sisi sebelahnya yang kosong. Ia menangis. Air mata itu turun dengan sendirinya. Ia menyesal. Kenapa Ia harus berpisah dengan lelaki tinggi itu disaat Ia masih bergantung padanya.

"Chanyeol. Tidak bisakah aku memutar waktu? Aku membutuhkanmu. Mercy pun juga. Aku ingin kita kembali utuh, Yeol." Baekhyun terisak, Ia tak bisa memendam ini sendiri. Ia menangis, meremas sprei disampingnya. Mencoba mengingat rasa disaat Chanyeol masih tidur bersamanya, dengan lengan kekar pria itu membungkus tubuh mungil Baekhyun. Dan Baekhyun jatuh tertidur sambil menangis memimpikan suaminya dan kebersamaan mereka yang indah.

.

.

.

Flashback

.

.

.

'Baekhyun. Itu akan menjadi cocok jika marga di belakangnya adalah Park.

Mau jadi istriku tidak?'

Baekhyun menutup lokernya kasar. Siapa orang gila yang selalu mengirimkan kata-kata penghilang nafsu makan ini ke lokernya setiap hari. Baekhyun tak habis pikir, 'istri'?. Heol! Yang benar saja. Dia laki-laki. Tak perlu diragukan. Ia sudah mengecek itu setiap hari. Dan gendernya tak pernah berubah.

Brukk!

Baekhyun terjatuh dengan tidak elitnya. Dia memandang sinis lelaki tinggi yang baru saja menabraknya, terdiam kaku bak patung liberty. Lelaki itu terkesiap dan menundukkan tubuhnya 90 derajat.

"Maafkan aku Park Baekhyun. Aku tidak sengaja." Lelaki itu terkesiap dengan omongannya sendiri, langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan.

"Park apa?" Dan lelaki itu melewati Baekhyun begitu saja. Lari tunggang-langgang seperti habis melihat hantu.

"Yak! IDIOT! Siapa yang kau sebut Park, eoh?" Baekhyun berdiri dari jatuhnya dan berteriak memanggil lelaki tinggi berkacamata itu, walaupun sudah terlambat karena lelaki itu sudah tak terlihat keberadaannya.

.

.

Surat itu datang lagi. Masih dengan amplop baby blue dan kertas berwarna hijau muda. Tulisan rapi itu menghiasi setiap badan kertas dengan kata-kata penyejuk hati.

'Musim dingin sudah terlewati. Musim semi mulai datang mengganti. Bunga-bunga indah siap untuk bermekaran lagi. Dan Baekhyun masih sama seperti ini. Baekhyun ibarat bunga di musim semi. Seperti sebuah keajaiban yang datang setelah badai menghampiri. Aku mengatakannya karena perasaan ini bukan ilusi. Selalu bertambah seiring berlalunya hari. Jadi tolong jangan menolak lagi. Berhenti mengabaikan perasaanku ini. Aku tahu kau juga menikmati. Karena kau sekarang sedang senyum-senyum sendiri. Jadi untuk terakhir kali. Aku akan katakan ini. Perasaan ironi yang mengiris hati. Baekhyun , maukah kau menjadi kekasih hati?'

.

.

.

Baekhyun membaca kembali semua surat Chanyeol. Yang lelaki tinggi itu kirimkan ke lokernya setiap hari. Dulu. Kata-kata puitis lelaki itu menggelitik perut Baekhyun hingga Ia tak bisa berhenti memikirkan momen konyol itu. Baekhyun mengetahui Chanyeol-lah pengirim rahasia itu saat dihari valentine, ditanggal empat belas di bulan februari. Ada sebatang cokelat tertempel dilokernya tanpa nama dan catatan apapun. Saat Baekhyun membuka bungkusnya, betapa terkejutnya Ia karena didalamnya bukan cokelat seperti perkiraan Baekhyun. Sebuah cincin terletak manis disana. Saat Baekhyun menoleh untuk melihat-lihat kalau mungkin ada seseorang yang salah mengirim hadiah, matanya bersirobok dengan mata jernih Chanyeol. Baekhyun terkejut, Chanyeol menghampirinya dengan percaya diri dan memberikan kertas berwarna hijau muda. Saat Baekhyun membukanya Ia terkejut dengan tulisan tangan itu. Itu seperti tulisan orang yang selalu mengiriminya surat, Baekhyun melihat kata-kata itu lagi.

'Park Baekhyun terimalah cintaku. Aku tak kuat menopang ini sendiri di hatiku. Rasa lelah dibahu serasa lebih ringan saat melihatmu. Jadi mau tak mau kau harus jadi milikku. Karena kau tahu, aku tak bisa hidup tanpamu.'

.

.

Air mata meleleh dipipi Baekhyun. Rindu tiba-tiba menyeruak dalam dada. Baekhyun terisak pelan. Sekarang Ia tak bisa lagi bersama Chanyeolnya. Mereka sudah berpisah. Kenapa hal ini harus terjadi. Baekhyun rindu. Sangat rindu. Tapi Ia tak bisa memperlihatkannya. Jadi hanya menangis yang dapat meringankannya.

.

.

"Appa!" Mercy berlari kearah Baekhyun dengan buku bergambar gadis itu. Baekhyun menoleh, menemukan putri semata wayangnya yang menyerahkan buku bergambarnya kearah Baekhyun sambil tersenyum lebar. "Mercy tidak bisa memberi apapun di hari istimewa ini. Tapi itu tulus dari hati Mercy, Appa."

Baekhyun tersenyum dan membalik sampul buku bergambar itu dan terkesiap. Disana tergambar bentuk hati yang besar hampir memenuhi halaman buku, didalamnya terdapat tiga buah kepala, dua kepala laki-laki dengan ukuran berbeda, dengan jidat dan wajah lebar bertuliskan Daddy, ukuran yang lebih mungil bertuliskan Appa dan ditengah dengan wajah kecil seperti bayi, Mercy. Baekhyun menitikan air mata dan memeluk putri mungilnya.

"Terima kasih sayang. Appa menyukainya. Daddy juga. Pasti." Mercymelepaskan pelukan terlebih dahulu dan bertanya

"Kapan Daddy akan kembali?"

Disaat bersamaan, bel rumah mereka berbunyi. Mercy yang kelewat bersemangat menarik cepat tangan Baekhyun dan membawanya ke arah pintu. Begitu pintu terbuka, senyum Mercy yang terkembang perlahan sirna.

"Hai putri kecil. Ini hadiah untukmu. Hadiah cantik untuk putri kecil yang tak kalah cantik." Mercy mengulurkan tangan mengambil hadiahnya. Lelaki tinggi dihadapannya merentangkan kedua tangan, berharap Mercy mau masuk kedalamnya.

"Mey." Baekhyun menegur anaknya, mengisyaratkan untuk memeluk pria tinggi itu. Jadi mau tak mau Mercy datang kepadanya. Lelaki itu tersenyum senang.

" Happy valentine, Mercy-ku. Hari ini ayo ke taman hiburan."

.

.

Dan benar saja, disinilah mereka. Lotte World. Baekhyun memandang sedih ke arah Mercy dan lelaki tinggi itu. Ia tahu anaknya kecewa, namun apa yang bisa Baekhyun lakukan? Ia tak bisa jujur pada anaknya tentang ini. Bagaimana jika anaknya nanti terguncang.

Lelaki tinggi itu menatap Baekhyun dan berjalan kearahnya.

"Gadis kecil itu sama sepertimu. Terlalu pandai menyembunyikan kesedihan dan kekecewaan tapi tidak handal. Kapan kau mau memberitahukannya?"

Baekhyun kalut. Ia tak tahu harus bagaimana menyampaikannya. Mercy belum mengerti urusan orang dewasa.

"Aku tidak tahu cara menyampaikannya."

"Kau harus Baek. Aku tak bisa terus begini kalau dia menanyakan itu. Belum lagi tatapan matanya saat memandangku. Aku sedih Baek."

"Kau pikir aku tidak? Aku juga sedih. Tak bisakah kau mengerti. Aku juga harus menjaga perasaan Mercy. Ia masih terlalu kecil untuk mendengar bahwa Daddy-nya sudah tiada, YiFan." Baekhyun menangis. Ia tak bisa mengungkit itu tanpa air mata yang terjatuh. Walau sudah setahun berlalu, Baekhyun masih tak bisa melupakannya. Dan YiFan Park, kakak mendiang suaminya memperkeruh suasana hatinya.

"Pikirkan baik-baik dan katakan secepatnya. Ia tak bisa terus-terusan menganggap Daddy-nya masih ada." YiFan berlalu pergi, kembali menghampiri Mercy. Meninggalkan Baekhyun dengan perasaan kalut.

.

.

Setelah pulang dari Lotte World, Baekhyun meminta YiFan memberhentikannya di suatu tempat. Mengatakan bahwa ada yang harus Ia sampaikan pada Mercy.

"Karena ini hari kasih sayang, kita harus berbagi dengan seseorang. Appa ingin memberi sesuatu untuk Mercy."

Dan disini mereka, ayah dan anak itu berdiri di depan sebuah lemari kaca. Didalamnya terdapat guci kecil serta foto-foto lelaki tampan bermata jernih dengan telinga peri yang khas. Di guci itu terukir indah sebuah nama yang keduanya hapal dan ingat dengan baik.

Park Chanyeol

Mercy menganga tak percaya. Ia terpaku memandang guci itu. Ia membuka menutup mulutnya tak mengerti harus berkomentar apa.

"Appa. Apa maksudnya ini? Mercy tak mengerti. Kenapa foto Daddy ada disana?" Mercy menitikan air mata. Mercy masih sulit percaya. Appa-nya bilang Daddy pergi ke Milan untuk perjalanan bisnis. Tapi Mercy tidak pernah mendengar kabarnya lagi. Jadi Daddy-nya sudah meninggal?

Baekhyun berjongkok menghadap putrinya yang telah basah oleh air mata.

"Maaf karena baru mengatakannya sekarang. Daddy meninggal satu tahun lalu saat Mercy ada dirumah nenek. Appa takut Mercy akan terguncang jadi Appa merahasiakannya. Maaf"

Mercy menangis lebih keras, gadis kecil itu meraung memanggil Daddy-nya. Tak ada yang bisa Baekhyun lakukan selain memeluk putri kecilnya sambil terus menitikan air mata.

.

.

.

Februari 2017

.

.

"Ini hari kasih sayang Yeol. Kita harus menjemput Mercy dirumah ibu dan merayakannya bersama."

Hari ini Chanyeol aneh. Lelaki itu terus gelisah dan tak bisa tenang. Ia melarang Baekhyun untuk naik bus untuk pergi kerumah ibunya.

"Kalau kau tidak mau pergi bersamaku. Aku bisa pergi sendiri. Urus saja pekerjaan laknat mu itu." Baekhyun marah. Ia buru-buru pergi untuk kerumah ibunya, mendatangi putri kecilnya yang tiga hari lalu merengek ingin tidur bersama neneknya.

"Tidak. Tidak. Jangan melangkah keluar. Aku yang akan membawanya kemari. Tunggu aku."

Chanyeol terburu untuk pergi tanpa menghiraukan Baekhyun yang mengatakan bahwa lelaki tinggi itu melupakan jaketnya. Baekhyun terkesiap saat menemukan kertas hijau muda di saku jaket itu dan membacanya. Ia mengerutkan dahi bingung. Apa maksudnya ini?

'14 Februari 2017 01.00PM

Bus menuju busan kehilangan kendali dan terjungkir ke jurang. Ada Baekhyun didalamnya. Itu tak boleh terjadi.'

.

.

Baekhyun terduduk lesu. Di siaran televisi itu menampilkan kecelakaan tiga jam yang lalu disebuah jalan tol. Bus yang mengangkut 58 penumpang jatuh terjerembab melewati pembatas jalan, jatuh ke jurang dibawahnya. Beberapa dari korban sudah teridentifikasi dan beberapanya lagi masih belum bisa diamankan karena keadaan bus yang tak berbentuk.

Baekhyun bangkit berdiri mengambil ponsel yang berdering di atas meja dapur.

"Halo Baek." Itu suara Yifan.

"Ya, ada apa?"

"Apa kau sudah lihat berita?"

Baekhyun berbalik menatap layar televisi yang masih menampilkan berita bus itu. Sebelum suara Yifan kembali menginterupsi.

"Chanyeol adalah salah satu korban Baek. Ia ada didalam bus itu. Polisi baru saja menelponku-"

"Ia baik-baik saja kan? Katakan kalau Ia baik-baik saja. Ia masih hidupkan?" Baekhyun memotong cepat ucapan Yifan entah kenapa hatinya risau, kekhawatiran muncul kepermukaan begitu saja.

"Ia tak bernyawa Baek."

Baekhyun jatuh terduduk. Meraung seperti orang kesetanan memanggil nama Chanyeol. Ia buka lagi surat itu. Surat terakhir Chanyeol. Lelaki itu benar, kecelakaan itu terjadi tepat pukul satu siang. Dan seharusnya Baekhyun yang mengalaminya, bukan Chanyeol.

.

.

.

Hari kasih sayang pertama kau memberiku surat cinta

Hari kasih sayang kedua kau menyatakan cinta

Hari kasih sayang selanjutnya kau pergi meninggalkan cinta

Selama-lamanya

oOo

oh my god demi apa ini cheesy sekali.

Maafkan kata kata alay yang ada di remahan biskuit ini.

Mari menghujat ramai-ramai di kotak review.