Disclaimer: I own nothing but the story


Chanyeol mengeratkan genggaman pada bungkusan berwarna merah muda. Beberapa member berjalan mendahuluinya menuju ruangan sebelah untuk beristirahat. Tersedia jeda satu jam sebelum latihan dimulai lagi. Pandangannya diam-diam diarahkan pada lelaki yang sempat memberinya massage sukarela pada bahu pegalnya selama beberapa detik dalam siaran vlive.

Baekhyun tengah meregangkan tangan—sepertinya dilakukan dengan sengaja karena kepalan tangannya menabrak dada Jongdae sampai pria pemilik mullet baru itu mencibirnya. Baekhyun tertawa kecil, merapatkan tangan, melindungi dirinya dari pukulan balasan.

Chanyeol mengeratkan genggaman lagi. Meyakinkan diri. Memberi keberanian pada diri sendiri. Tarik napas. Netralkan detak jantung. Buang pelan-pelan. Fokus. Langkahnya tanpa diseret mengikuti bayangan Baekhyun bagai sudah diprogram.

Bahu diketuk, mulutnya terbuka kecil untuk memanggil. "Baek…"

Baekhyun menoleh separo, mendapati Chanyeol memegangi sejumput lengan kaos hitamnya. Ia memutuskan berbalik sepenuhnya, menetap di tempat sementara member lain sudah keluar melewati pintu.

"Iya?"

Sipit itu berkedip, menjernihkan pandangan. Entah kenapa menguatkan keinginan Chanyeol. Ia membuka bungkusan, menarik biskuit stick berlapis krim stroberi dari sana. Ia menghabiskan bagian biskuit yang berlumur krim lalu menyisakan ujungnya tanpa memberi instruksi apapun kepada lawan bicara. Baekhyun menunggu dengan raut bingung.

"Kau tahu ini tanggal berapa?"

"Uhm, sebelas."

"Ya.. sebelas November. Sebelas-sebelas." Tangannya bergerak membawa sisa biskuit, "Let's play pepero game!" kemudian mata bulatnya merapat berikut bibir mengapit biskuit pendek itu.

Yeah.

Sudah dari tadi Chanyeol berpikir untuk mendapat jatah ciuman dengan permainan klasik di tanggal khususnya. Sepertinya tidak masalah bermanja dengan kekasihnya kali ini. Biasanya Baekhyun memilih untuk bermain komputer atau sibuk dengan gadget lainnya ketika waktu istirahat tiba. Namun tidak. Kali ini Chanyeol merasa bahwa kekasihnya itu bisa diajak kompromi.

Mood Baekhyun terlihat sangat sangat sangat baik. Ia banyak menebar tawa manis—bagi Kyungsoo seperti klakson tronton—selama siaran vlive. Juga menuruti keinginan Chanyeol ketika pria itu memberi gestur agar memijat bahunya.

Sudah pasti pepero game bukan sebuah masalah, kan?

Toh Chanyeol juga mempersingkat waktu dengan menyisakan biskuit saja supaya Baekhyun tidak perlu repot-repot memakan pepero dulu baru menciumnya. Ini namanya efisiensi waktu. Pintar sekali kan Park Chanyeol.

Tapi tetap saja menunggu ciuman dari Baekhyun itu sangat mendebarkan. Chanyeol menerka-nerka dibalik mata terpejamnya. Apa Baekhyun mendengus atau menyanggupi keinginannya. Apapun itu cepat putuskan!

Chanyeol tidak bisa berdiam lebih lama lagi dengan posisi begini. Ia ingin mengintip tapi juga terlalu takut untuk mengangkat kelopak matanya. Sungguh konyol karena biasanya ia menjemput bibir Baekhyun dalam ciuman tanpa sepatah izin.

Sepuluh detik berlalu tanpa pergerakan apapun, ia pikir Baekhyun sudah meninggalkannya sendirian di ruangan itu. Jengah dengan permintaan konyolnya.

Ia baru ingin mengintip ketika dirasa telapak tangan Baekhyun menyentuh sisi lehernya. Jantung bekerja keras memompa aliran darah, berdegup kencang ditambah bayangan Baekhyun menggigit ujung biskuit membuatnya tak bisa menahan seulas senyum tipis.

Lalu sisa pepero ditarik keluar, dibuang ke sembarang arah oleh tangan Baekhyun.

Chanyeol membuka mata seketika, memperlihatkan raut kecewa dan bingung bersamaan.

"Baek, kenapa—"

Tangan merambat naik menangkup wajah, Baekhyun menyambar bibir Chanyeol tanpa peringatan. Chanyeol terkejut, refleks menarik mundur namun Baekhyun tetap mengejar untuk mengulum dan menghisap bibir itu dalam pagutan lebih. Sipitnya terpejam menghayati selagi ibu jari bergerak membuka celah agar lunak tak bertulang bisa menginvasi. Lewat beberapa detik, Chanyeol sadar sudah sebasah apa bibirnya.

Tunggu. Chanyeol tidak mengekspetasi hal luar biasa seperti ini. Ia tidak mengira Baekhyun benar-benar memegang kendali.

Ia hampir menguasai dirinya sendiri untuk bereaksi, sayangnya Baekhyun melepaskan pagutan mereka. Bibir itu sama basahnya, terlihat lebih sintal. Oh shit. Tolong kontrol ekspresi itu sebelum Chanyeol hilang kewarasan.

Baekhyun tersenyum polos disela napas rendahnya, "Aku tidak mau makan biskuitnya saja, Yeol. Pepero ini rasa stroberi, sayang tahu."

Ia merampas bungkusan. Mengambil satu untuk dimakan dan mengarahkan satu lagi ke depan bibir Chanyeol dengan ekspresi paling lempeng. "Kau mau makan lagi?"

Persetan!

Kepalang tanggung. Baekhyun membuat keinginannya tambah durasi.

Baekhyun masih mengunyah ketika Chanyeol tiba-tiba mengangkatnya ke dalam gendongan. Bungkus makanan yang jatuh ke perut cepat-cepat digenggam kepalan lima jari lentik selagi tangan satunya bergerak mencari pegangan. Baekhyun mengangkat wajah, melihat garis rahang tegas milik kekasih tingginya.

"Kau mengagetkanku—"

"Satu jam ke depan, kau milikku."

Bariton rendah tepat di depan telinganya. Chanyeol memberikan kecupan sekilas hingga cuping telinga itu memerah.

Baekhyun tertawa pelan. Memasrahkan dirinya untuk dibawa bersantai bersama Chanyeol. Sudah pasti pria tinggi itu menuntut banyak peluk-cium tanpa ingin diganggu. Baekhyun mendongak lagi, memberikan senyuman manis.

"You can kiss me without these pepero thing, cheesy-Yeol."

.

.

.

.

.


Sekian.


Dedikasi untuk pepero day yang terlewat satu minggu. Muah.