Hai minna-san…

Perkenalkan aku ojou…aku author yang baru mencoba menulis tentang Tenten, walaupun aku sudah suka sama Tenten sejak lama…

Maaf kan aku ya,,,

Ini cerita persembahanku untuk kalian yang mengijinkan aku bergabung di Tenaissace…

Sekali lagi, mohon bimbingannya semua….

Selamat membaca…

===*** Aku Tahu ***===

Disclaimer : Masashi Kashimoto

Rate : M

Pairing : Gaara/Tenten, Gaara/Matsuri, dan Sasori/Tenten…

Warning : hanya ada Tenten, Gaara, Sasori dan Rin…karena author Cuma suka sama Tenten… ada banyak typo, EYD yang masih belum benar, diskripsi yang mengecewakan dan alur cerita yang biasa aja…

Sabaku no Tenten, istri dari Sabaku no Gaara. Menikah selama dua tahun dan belum dikaruniai anak. Tenten adalah seorang perawat di rumah sakit yang sama dengan suaminya-Sabaku no Gaara. Setahun setelah pernikahan mereka, Tenten mengundurkan diri dan fokus pada rumah tangganya.

Tenten meletakkan majalah yang ia baca di meja. Meminum tehnya, "Aku sudah membaca majalah itu, setelah ini akan banyak wartawan yang akan bertanya kenapa kalian masih belum punya keturunan,"

Tenten menatap nenek tua yang merupakan tetua di keluarga Sabaku- Nenek Chiyo. "Kami-sama belum percaya pada kami, Gaara-sama juga masih sibuk. Kami tentu juga mengharapkannya,"

Nenek Chiyo menatap tenten, "Pergilah ke kuil, berdiam diri disana. Berdoa dan jangan lupa untuk mawas diri,"

Tenten mengangguk, "Saya akan berangkat ke kuil besok, sekarang saya akan pergi ke rumah sakit untuk mengantar makan siang. Saya permisi dulu, Nenek,"

Tenten membungkukkan badan dan undur diri, Tenten harus menyiapkan makan siang. Ia harus menjadi istri yang baik, kan?

Tenten selesai dengan makan siangnya, ia menaruh di kotak bekal dan di bungkus dengan sapu tangan. Rumah ini mempunyai dua puluh asisten rumah tangga yang bertugas untuk membersihkan rumah, berbelanja, mencuci, supir, tukang kebun, penjaga keamanan dan sebagainya.

Keluarga Sabaku mempunyai tradisi yang luar biasa ketat, setiap keluarga Sabaku harus tinggal bersama tetua mereka di masion Sabaku yang menyerupai istana dengan banyak kubah.

Mereka akan tinggal di istana jika mereka mulai bekerja di Rumah Sakit Suna, rumah sakit terbaik di distrik Sunagakure, Jepang. Keluarga Sabaku mempunyai tujuh puluh persen saham di rumah sakit tersebut, sehingga menjadikan keluarga Sabaku secara turun menurun menjadi CEO di Rumah Sakit Suna dan bergelar Kazekage, atau sering disebut Kaze.

Gaara-suami Tenten yang menjabat sebagai Kazegake ke lima di Suna Hospital yang bergelar Yodaime Kazekage. Tidak ada yang berubah pada diri Tenten, ia memang menjadi istri dari dari seorang Yodaime Kazekage yang tampan dan kaya. Bukan hanya itu, ia mempunyai kemampuan yang luar biasa, selain menjadi seorang dokter bedah saraf, Gaara juga mampu meningkatkan pelayanan publik sekaligus meningkatkan kesejahteraan pegawainya.

Gaara dikenal sebagai sosok yang bertangan dingin, mempunyai sikap tegas dan serius. Semua orang menghormati Gaara, ia bahkan sering menghadiri rapat pemerintahan yang membahas mengenai kesehatan nasional dan kesejahteraan sosial. Keluarga Sabaku merupakan keluarga terkuat karena pengaruhnya di Jepang.

Usaha Sabaku meliputi industri makanan dan minuman serta rumah sakit internasional yang tersebar di dunia. Industri makanan dipegang oleh Kankuro, kakak tertua Gaara dan industri minuman oleh Temari. Gaara mengurus rumah sakit, ia juga menjabat sebagai kepala tim bedah saraf di Suna Hospitals yang juga sering dipanggil ke rumah sakit lainnya untuk membantu operasi.

Tenten berasal dari keluarga yang berada, keluarganya secara turun temurun mengurus pabrik farmasi terbesar di Jepang. Hanya saja, pemimpin sekarang bukan dari keluarga Tenten, melainkan sepupunya. Kakak Tenten yang bertugas mengawasi dan bekerja di pabrik, pria selalu diutamakan menjadi pemimpin di keluarga Tenten.

Tenten sudah sampai di lobi rumah sakit, semua orang mengenalnya sebagai mantan perawat yang cakap juga ramah. "Selamat siang nyonya, Kaze-sama sedang melakukan operasi. Mungkin dua jam lagi selesai sesuai rencana," ucap sekertaris Gaara yang sudah menjemputnya di lobi.

Tenten mengangguk, "Aku akan ke poli rehabilitasi,"

Pria yang berumur pertengahan tiga puluh yang selalu menggunakan masker untuk menutup saluran pernapasannya agar tidak tercemar udara rumah sakit yang menurutnya kotor tersebut mengangguk paham, "Aku akan langsung ke ruang Kaze-sama setelahnya,"

Kakasih-sekertaris Gaara membungkukkan badannya menghormati tenten yang langsung pergi meninggalkan Kakasih.

Tenten langsung masuk dan mendapatkan pelukan hangat dari mantan rekan kerjanya. "Apakah kami masih boleh tertwa bersamamu lagi?"

Tenten mendengus, "Kalian pikir aku apa?"

Salah satu rekan Tenten yang bersurai kuning menjawab, "Kenapa lama tidak berkunjung ke sini?"

Tenten tersenyum, "Aku harus menyiapkan segala keperluan yang berhubungan dengan Sabaku,"

Mereka ikut tersenyum, mereka mulai duduk melingkar dan bercerita banyak hal sampai waktu telah terlewatkan hampir tiga jam.

"Maaf, aku harus pergi," pamit Tenten.

"Kau akan menemui suamimu?"

Tenten mengangguk, "Aku sudah telat satu jam, ia akan ada rapat nanti malam. Aku akan kembali lagi,"

Sepanjang perjalanan Tenten ke ruang Gaara, semua orang yang berpapasan dengannya selalu menyapa dan tersenyum. Tenten tentu membalas semua sapaaan para karyawan yang juga mantan rekan kerja Tenten.

Gaara mempunyai asisten yang letak meja kerjanya diluar ruangan Gaara. Kakasih-asisten Gaara-akan berdiri menyambut tamu dan akan memberitahu bosnya apabila ada tamu yang berkunjung.

Tapi kali ini, Kakashi tidak ada ditempat, maka Tenten dapat memastikan kalau ada kegiatan lain di dalam ruangan Gaara. Bukan berpikir negatif tentang suaminya tetapi Tenten sudah mendapati suasana seperti ini beruang kali. Awalnya Tenten akan menunggu sampai pintu ruangan Gaara terbuka dan mendapati Matsuri keluar dengan beberapa bercak merah di lehernya. Tapi sekarang, Tenten akan mengetuk pintu Gaara dan menghentikan kegiatan mereka.

Tentu, tentu saja setelahnya Tenten akan mendapatkan cacian dari Gaara, tapi dengan keyakinan penuh, telinga Tenten sudah terlalu kebal dengan semua cacian itu. Tenten mengetuk pintu ruangan Gaara secara bar-bar. Tiga menit kemudian Matsuri keluar dan berjalan tergesa-gesa menjauhi ruangan Gaara.

Tenten masuk dan mendapatkan tatapan tajam dari Gaara, "Aku mengantar makan siangmu,"

Gaara menatap bungkusan tangan yang Tenten letakkan di meja tamu, "Jangan lakukan lagi di rumah sakit. Kalian bisa lakukan di apartemen kalian berdua. Aku takut ibu atau ayahmu yang memergoki kalian,"

Gaara berjalan ke arah Tenten,"Siapa kau?"

"Siapa?" Tenten membeo.

Gaara mencengkram lengan atas Tenten, "Jangan pernah membalas ucapanku!"

"Jadi aku harus diam? Karena Matsuri adalah wanita pertamamu? Karena Matsuri kekasihmu? Kenapa tidak kau nikahi saja dia?"

Gaara menampar pipi kiri Tenten, "Kau menamparku?"

"Kenapa?" tantang Gaara.

Tenten menghapus air mata yang terlanjur keluar, "Aku pulang," pamit Tenten keluar dari ruangan yang terasa sesak walaupun sebenarnya ruangan tersebut sangat luas.

Tenten tau, setiap ia memergoki suaminya dengan Matsuri pasti akan ada pertengkaran hebat diantara keduanya. Ah, Matsuri adalah salah satu perawat yang bekerja di Suna, ia juga teman sejawat Tenten. Matsuri adalah kekasih Gaara sejak mereka berdua masuk pertama kali di Universitas yang sama. Disana mereka berkenalan dan akhirnya menjadi kekasih sebulan setelahnya.

Tenten tahu semuanya, dulu sebelum Tenten dijodohkan dengan Gaara lalu mereka dipaksa menikah. Tenten dan Matsuri adalah teman dekat, sungguh, Tenten tidak tahu siapa kekasih Matsuri. Matsuri hanya bercerita betapa ia mencintai kekasihnya itu dan sebaliknya.

Tapi sekarang, Matsuri dan Tenten tidak saling menyapa. Awalnya Tenten tidak tahu, sampai untuk pertama kalinya Tenten memergoki mereka saling mengecup di salah satu lorong rumah sakit yang sepi.

Tenten sakit hati, tentu saja. Bagaimanapun Gaara sekarang adalah suaminya, seharusnya Matsuri menjauhinya bukan malah terus menempel seperti karet. Tenten mengerti itu sangat tidak adil bagi Matsuri, tapi sekarang pria yang dulu miliknya sudah menikah.

Apa susahnya jika Matsuri mencari pria lain? Matsuri cantik, ia perempuan yang baik, ramah dan terampil dibidangnya. Tentu tidak susah mencari pengganti Gaara.

Entahlah, Tenten pernah membicarakan masalah ini dengan Matsuri, setelahnya Gaara marah besar dan menguncinya di kamar selama sepekan, sebulan ia hanya di rumah bersama nenek Chiyo.

Tenten mempunyai kesibukan sosial dibeberapa panti jompo dan panti asuhan. Tenten akan meluapkan segala sesak dan sakit hatinya disana, merawat para manula dan bermain bersama dengan anak-anak polos yang selalu tersenyum ceria.

Itu lebih baik daripada harus di rumah besar yang sepi, lalu malam harinya ia akan mendengar semua cacian dari suaminya.

Tenten keluar dari toilet, ia harus menampilkan wajah yang segar sebelum bertemu dengan orang lain. Tenten melihat bekas tamparan Gaara di pipi kirinya, ia menambahkan foundation dan bedak yang lebih tebal dari sebelumnya. Setelah terlihat samar Tenten keluar dan mendapati Matsuri akan masuk ke toilet.

"Bagaimana rasanya bercumbu dengan suami orang lain?" Tanya Tenten dengan nada dingin.

Matsuri tersenyum, "kau yang merebutnya dariku, aku yang telah menjadi kekasihnya hampir sepuluh tahun,"

Tenten menatap tajam Matsuri, "Kenapa kau tidak datang ke keluarganya dan memintanya dariku? Aku bisa bercerai darinya, kau tidak perlu merendahkan dirimu seperti balon*!"

"Akan ku pastikan aku akan merebutnya darimu, tentunya setelah kau merasakan sakitku. Aku wanita dan kau juga wanita, aku akan membuatmu merasakan apa yang ku rasakan saat aku mendengar berita bahwa kau akan menikah dengannya,"

Tenten tersenyum, "Merebut? Akan kupastikan aku tidak akan merasakan apa yang kau rasakan!"

Tenten keluar dari toilet, meninggalkan Matsuri. Tenten tidak langsung meninggalkan toilet. Ia bersandar di dinding samping pintu, meremas dadanya yang sesak. Pertama kali saat Tenten dipindahkan dari rumah sakit Konoha ke rumah sakit Suna ia merasa kesepian, saat itu ia bertemu dengan Gaara, Gaara adalah sosok pria idaman, ia tampan, terampil dan berkharisma. Jangan lupakan kekayaan yang berlimpah ada di sakunya. Gaara membuat Tenten betah di rumah sakit Suna, karena ia mempunyai seorang yang ia kagumi. Hanya kagum.

Setelah setahun ia bekerja di Suna, keluarga besarnya melakukan pertemuan jodoh untuknya. Tenten tidak menolak, wanita seusianya memang sudah seharusnya menikah. Ia juga tidak mempunyai kekasih, maka Tenten menerima perjodohan itu dan siapa sangkah pria itu adalah Gaara, pria yang ia kagumi. Tenten menerima dengan antusias perjodohan itu sampai mereka menikah.

"Kau pikir ini adalah keputusan yang tepat?" bisik pria mengunakan tuksedo berwarna putih gading.

Wanita disampingnya hanya membalas dengan senyuman, senyuman menantang. "Tidak ada yang tahu, kau bukan Kami-sama!"

Mereka berjalan dengan hati-hati menuju pendeta yang akan menikahkan mereka. "Apakah kalian siap?" Tanya pendeta berbaju hitam berwajah teduh.

Wanita dengan tudung kepala itu mengangguk, "Atas nama Kami-sama, aku akan mengikat janji setia kalian. Setia dalam duka maupun suka dan setia dalam sedih maupun senang sampai maut yang memisahkan. Apakah kalian bersedia?"

Pria bersurai merah mengangkat tangan kanannya, "Aku Sabaku no Gaara, berjanji setia kepada Tenten Tian dalam duka maupun suka, sedih maupun senang sampai maut yang memisahkan."

Tenten-pegantin wanta menatap sekilas pria yang mengucap janji dengannya, ia tersenyum dan mengangkat tangan kanannya. "Aku Tenten Tian, berjanji setia kepada Sabaku no Gaara dalam duka maupun suka, sedih maupun senang sampai maut yang memisahkan."

"Lewat berkah dari Kami-sama, aku menyatakan kalian sah menjadi sepasang suami istri."

Gaara menghadap istrinya, membuka tudungnya dan mencium kening istrinya. "Ini hanya formalitas," bisik Gaara.

Tenten tersenyum, mengangguk dan mengecup pipi suaminya membuat hadirin tertawa melihat tingkah konyol Tenten.

Tenten berjalan dengan penuh percaya diri, ia adalah Nyonya Gaara. Bukan Masturi tapi Tenten. Melupakan sekilas semua yang baru saja terjadi.

Tenten menyiapkan peralatannya untuk ke kuil, berdiam diri, tidur, makan dan yoga untuk menghilangkan segala sesak di dadanya.

"Kau sudah siap?"

Tenten mengangguk sopan, "Aku harap kau benar-benar menjalankan ritual ini, jangan kabur atau mengurangi prosedurnya,"

Tenten mengangguk, tidak perlu ia mengingat semua prosesnya, akan banyak pelayan yang mengingatkannya.

Nenek Chiyo merapikan ikatan obi kimono Tenten. "Kami benar-benar mengharapkan keturunan darimu,"

Tenten mengangguk, tersenyum dan memeluk nenek Chiyo. Ia harus segera berangkat sebelum senja. Begitu aturannya.

Tenten berjalan menyusuri lorong penghubung kediaman nenek Chiyo dengan gerbang utama, "Kau akan ke kuil?" Tanya pria bersurai merah menyerupai Gaara, hanya warna mata mereka saja yang berbeda.

"Kau tidak akan mempunyai keturunan dengan Gaara,"

Tenten hanya menatapnya, "Bisakah kalian menyiapkan barang-barangnya, aku akan menunggu kalian di mobil," perintah Tenten pada para pelayan yang bertugas mendampinginya.

Pria itu tersenyum mengejek, "Menjadi nyonya?"

Tenten hanya memandang pria dihadapannya tanpa ekspresi. "Aku hanya menjalankan apa yang seharusnya aku lakukan,"

Tenten menatap dengan tatapan menantang, "Aku permisi," pamitnya melewati pria itu.

Pria itu langsung mencekal lengan Tenten, "Kau tidak akan pernah disentuh oleh Gaara!" bisiknya tepat di telinga Tenten.

Tenten tersenyum, "Kau tidak perlu bersusah untuk memberitahuku, Sasori-sama. Aku sudah paham tentang itu, aku hanya menjalankan apa yang Nenek Chiyo inginkan,"

Sasori-pria bersurai merah-hanya tersenyum, melepaskan cekalan tangannya. "Malang sekali nasibmu,"

Tenten menggeleng, "Kau menyukai Matsuri dan Matsuri lebih menyukai Gaara karena ia yang menjadi pewaris. Kurasa nasibmu lebih malang, Sasori-sama,"

Sasori menatap marah kepada Tenten, "Kalian selalu menyukai barang yang sama dan wanita yang sama dan Gaara akan mendapatkan semuanya lebih dulu daripada dirimu yang hanya pendamping pewaris,"

Sasori mengepal kedua tangannya. "Kau tidak perlu marah seperti itu, Sasori-sama. Aku pergi dulu," pamit Tenten.

'Kau tidak akan pernah disentuh oleh Gaara!'

Tenten memegang dadanya ketika memorinya mengulang kata itu, "Gaara tidak akan menyentuhku, ia hanya akan menyentuh Masturi," ulang Tenten layaknya mantra.

Tenten berjalan memasuki kuil pribadi keluarga Sabaku, ia memandang sekilas bangunan tua itu. Miris.

Kami-sama akan menertawakannya di atas sana, bagimana mungkin ia hamil sedangkan suaminya tidak pernah menyentuhnya.

Tenten duduk bersimpuh didepan patung budha. Ia menyalakan dupa dan lilin yang menemaninya merenung, duduk bersila dan mata yang terpejam. Tenten manangis. Ia bodoh. Terlalu bodoh karena memilih jalan ini, seharusnya ia lebih bersabar menunggu pria lain yang dijodohkan dengannya, bukan langsung menyetujui Gaara ketika ditawarkan untuk pertama kalinya.

Tenten tertidur didepan patung budha, ia merasakan badannya remuk. Ia tidur diatas lantai kayu. Tenten berdiri, membenahi kimononya, ia segera masuk ke kamar yang sudah disediakan untuknya.

Tenten menatap langit-langit kamarnya, mengambil ponselnya.

'Nii-san, bisakah kau membatalkan pernikahan ini?'

Send

Tenten menghembuskan napasnya lelah, tujuh hari di kuil.

Tbc

Haiiiiii

Salam kenal semua,,,,

Tinggalkan review kalian sebagai komentar atas kehadiranku…

Maaf jika pendek…

Happy Eid Mubarok

Taqobballahuminna wa minkum

Minal aidin wal faidzin