CHECK IN

A SVT fanfic by Kim LeeNa

Wonwoo memasuki rumahnya yang terlihat lenggang. "Aku pulang...", Wonwoo membuka sepatunya lalu berjalan ke kamarnya.

Tiba-tiba sepasang lengan kecil memeluk kaki Wonwoo. "Wonwoo oppa, aku kangen...", gadis kecil dengan mata berkilau berkata sambil membenamkan wajah di kaki Wonwoo.

Wonwoo mengangkat gadis kecil itu lalu memberikan ciuman di kedua pipinya. "Sweetie, sudah makan?"

"Belum, menunggu Wonwoo oppa. Aku sudah memasak makan siang." Gadis kecil itu berkata sambil menunjukkan wajah antusias yang menggemaskan.

Wonwoo menjawil pipi chubby gadis gadis kecil itu,"Kamu kok pintar sekali, Sayang. Yang manis dan pintar ini Sweetie-nya siapa?"

"Wonwoo oppa." Gadis kecil itu berkata semangat sambil memeluk leher Wonwoo erat-erat.

"Ibumu memakan apa sebenarnya ketika mengandungmu, kenapa kamu manis sekali sih?" Wonwoo berjalan sambil menggendong gadis kecil ke ruang makan.

"Oppa.."

"Apa Sweetie?"

"Aku mau turun.."

"Kenapa? Sweetie tidak suka digendong oppa?" Wonwoo bertanya dengan wajah sedih.

"Aku sudah sepuluh tahun, oppa. Nanti oppa pegal karena menggendongku terus." Gadis kecil itu merajuk sambil menunjukkan pout lucu.

"Siapa bilang? Sweetie ringan kok." Wonwoo berkata sambil menggenggam tangan gadis kecil itu. "Lagipula dengan begini aku bisa melakukan yang aku suka."

"Yang oppa suka? Apa?"

"Ini," Wonwoo mencium pipi gadis kecil itu dengan gemas.

"Ahh, Oppa.." gadis itu menyembunyikan wajahnya di leher Wonwoo dengan wajah memerah. Wonwoo hanya tertawa lalu mendudukkan gadis kecil itu di kursi.


/CI/


"Sweetie..."

"Ye, Oppa.."

Wonwoo mengeringkan tangannya setelah mencuci peralatan makan. Lalu duduk kembali di kursi menghadap gadis kecil itu.

"Apakah kamu tahu tentang kekasihku?"

Gadis kecil itu terdiam, lalu berekspresi seperti mengingat sesuatu, "Ah, yang fotonya ada di kamarmu Oppa? Namanya Min...Goo? Aniya, Mingyu ne oppa?"

"Hmm, Kim Mingyu namanya. Dia sangat tampan, baik, dan pintar sepertimu." Wonwoo berkata sambil menumpukkan dagunya di punggung tangannya yang berada di atas meja.

Gadis kecil itu mencoba meraih kepala Wonwoo lalu mengusap rambutnya pelan,"Apakah aku membuatmu sedih, Oppa?"

"Tidak, kau membuatku terhibur dan melupakan fakta kalau aku kehilangan kekasihku..." Wonwoo menatap gadis kecil itu tepat di matanya. "Tetapi mengapa kau sangat mirip dengannya, Hong Minyoo?" Tanpa sadar setetes air mata jatuh dari pelupuk mata Wonwoo.

Tangan Minyoo membeku, lalu ia menarik perlahan tangan kirinya yang berada di kepala Wonwoo, "Aku...tidak tahu..." Gadis kecil itu menundukkan wajahnya, menggigit bibirnya menahan tangis.

"Ah, mengapa aku menangis.." Wonwoo terkekeh pelan sambil mengusap air matanya. Minyoo memandang Wonwoo dengan mata berkaca-kaca. Wonwoo bergerak mendekat kearah Minyoo, lalu mendudukkan Minyoo diatas pangkuannya. Ia memeluk Minyoo sambil menepuk-nepuk punggungnya pelan. "Maafkan aku, aku membuatmu bingung, ya? Pasti kau tidak mengerti apa yang kukatakan."

" Tidak, Oppa. Maafkan aku.." Suara gadis kecil itu pecah. Minyoo meremat kemeja Wonwoo di bagian punggung.

"Minyoo tidak perlu minta maaf." Wonwoo mengusap rambut panjang Minyoo. "Minyoo bahkan tidak melakukan kesalahan."

Mereka berdua tidak menyadari suara pintu dibuka.

Tiba-tiba terdengar suara deheman seseorang. Wonwoo melepaskan pelukannya.

"Aku tidak mau mengganggu sebenarnya. Tapi ini waktunya Minyoo pulang," itu adalah tetangganya sekaligus kakak sepupu Minyoo, Hong Jisoo.

Wonwoo melepaskan pelukannya pada Minyoo. "Oh, Jisoo Hyung...Apa Hyung tidak ingin makan dulu?"

"Tidak, terima kasih Won-ah. Ada banyak yang harus aku kerjakan." Jisoo tersenyum memohon maaf.

"Ah, baiklah." Wonwoo menurunkan Minyoo dari pangkuannya.

Minyoo mencium pipi Wonwoo. "Aku pulang dulu Oppa, annyeong!" Minyoo menerima uluran tangan Jisoo.

Ketika sudah diluar unit Wonwoo, Minyoo mengeratkan tautan tangannya dengan Jisoo. "Apa yang harus kulakukan Oppa? Aku sudah menyakitinya. Dia bahkan merindukanku meskipun aku sudah menyakitinya." Minyoo terisak pelan.

Jisoo merendahkan badannya, bertumpu pada lututnya untuk menyamai tinggi anak manis itu. Menghapus airmata Minyoo, lalu mengusak rambut panjangnya pelan. "Semua akan baik-baik saja, Mingyu-ya... Kau akan kembali padanya. Kita akan menemukan caranya bersama..."


/CI/


Di ruang musik kampus, Jihoon sedang termenung di kursi kesayangannya, di depan seperangkat komputer yang selalu dipakainya untuk mengkomposisi lagu. Jihoon memikirkan kejadian di masa lalunya yang membuatnya selalu dihantui rasa bersalah.

Jihoon berjalan mendekat ke sofa di ruangannya, lalu merebahkan diri disana. Ia memandang langit-langit ruang musik yang baru dicat warna kuning mentereng. Ini usulan sepupu konyolnya-yang-sayangnya-tampan dan anggota klub musik, Lee Seokmin namanya. "Supaya kau tidak tambah suram hyung, kau itu imut. Sekali-kali cerahkanlah auramu sedikit." Itu kata Seokmin. Setelah itu, Jihoon mengejar Seokmin dengan gitar di tangan, dibumbui dengan Jisoo yang mencoba melindungi adik kesayangannya dan teriakan ramai dari Jeonghan dan Seungkwan.

Tapi akhirnya Jihoon tidak bisa menolak permintaan Seokmin. Jadilah dinding ruang musik berwarna hijau muda dengan langit-langit kuning mentereng.

Jihoon menutup matanya dengan punggung tangan. Mencoba mengarungi lautan mimpi. Tetapi niatnya tidak bisa terlaksana ketika pintu ruang musik terbuka dan menunjukkan sosok Jeonghan.

"Ji, ayo ke kantin! Kau harus makan dengan kami." Jeonghan berjalan ke arah sofa, lalu menarik tangan kanan Jihoon yang menutup matanya.

"Aahhhh, Hyung... aku ingin disini saja, mengantuk..." Jihoon mendadak memunculkan aegyonya yang sangat precious itu. Tapi sayangnya Jeonghan sudah kebal dengan rengekan manis ala Lee Jihoon itu.

"Tidak, Lee. Minggu kemarin kau sakit karena melewatkan makan siangmu, jadi sekarang kau harus ikut denganku. Ayo," Jeonghan menarik Jihoon, membuatnya berdiri, "bayi besar.. Kita makan bersamaaaa..." Jeonghan menarik tangannya dengan tidak berperi-ke-Jihoon-an.

Diluar Seungkwan, Jisoo, dan Seokmin menunggu Jeonghan dan Jihoon. "Jihoon-hyung sudah ada, ayo jalan! Aku lapar!" Seungkwan sudah berjalan duluan dengan Seokmin yang mencibirnya, 'Apa di pikiranmu hanya ada makanan?' Seungkwan menjambak rambut Seokmin sambil berjalan cepat menuju kantin yang membuat Seokmin berteriak kesakitan.

Jeonghan, Jisoo, dan Jihoon berjalan beriringan di belakang mereka berdua sambil tertawa kecil melihat tingkah Seokmin dan Seungkwan.

Ketika mereka sampai di pintu masuk kantin, mereka berlima melihat sekelompok laki-laki yang sedang berdiri di tengah selasar kantin.

"Wow, itu anak klub dance!" Seungkwan memekik senang dan memanggil salah satunya yang ia kenal. Laki-laki tinggi dengan wajah cute, dan aksen korea lucu.

Jisoo menarik tangan Jihoon, "Ji, ayo duduk." Jisoo bisa merasakan lengan Jihoon yang menegang. Jeonghan dan Jisoo menatap Jihoon yang membeku di tengah-tengah kantin dengan mata terpaku ke depan. Seokmin memegang bahu Jihoon. "Hyung.. waeyo?"

Mereka bertiga mengikuti arah pandang Jihoon. Terlihat laki-laki bersurai abu-abu dengan tampilan atraktif berjalan ke arah mereka berempat. Oh, lupakan Seungkwan yang tengah berbincang seru dengan kenalannya di dekat konter pudding.

Ketika laki-laki itu tepat di depan Jihoon, mereka bertiga refleks mundur ke belakang Jihoon, aura laki-laki itu begitu kuat sehingga membuat mereka merinding.

Kepala bersurai abu-abu itu condong ke depan, mendekat ke arah Jihoon. Badan Jihoon mulai bergetar kecil. Bibir laki-laki itu mendekat ke telinga Jihoon, dan berbisik, "Lama tidak bertemu... Jihoonie..."

Jihoon merasakan lengan kanan laki-laki itu melingkar di pinggangnya. Kepalanya mulai pening, hal terakhir yang diingatnya adalah hidungnya yang menabrak bahu laki-laki itu, menyisakan bau musim gugur bercampur air laut di penciumannya.

"Soonyoung..."

TBC

ehem, ehem...

hallo semua! Kim LeeNa here.

aduh deg-degan,aku debut!

tadinya yang cuma baca sekarang nulis,uhuuukkk

jadi maafkan kalo banyak kekurangan ya

feel free to massage me

awas lho ya kadang-kadang cerita aku bisa terlalu cheesy, awas mual

hiiihiihii