kuroko no basuke (c) fujimaki tadatoshi.
Kagami berteriak di antara kebisingan, bahwa Riko harus lari, apapun yang terjadi, lari dan jangan pernah menoleh ke belakang.
Riko tidak menurut. Dia menyambar kerah Kagami, memaksa laki-laki itu membungkuk hingga mata mereka sejajar, dan Riko berteriak, bahwa tidak ada apapun yang dapat memaksanya pergi. Tidak sebuah bom. Tidak tanah yang terus berguncang oleh hunjaman misil. Tidak segala perang yang meletus. Termasuk Kagami sekalipun. Dia akan tetap berada di sini, bersama orang-orang yang tidak akan dia tinggalkan, bersama tanah tempat dia dilahirkan, dan tidak lama lagi, tempat dia akan menutup mata.
Kagami mendecak keras. Wajah lelaki itu belepotan oleh tanah dan lumpur dan asap. Riko sudah berusaha membalut kening Kagami sebaik mungkin, tapi rembesan darah di sana terus menebal, membasahi perban. "Kau akan mati!"
Riko tersenyum. Tegar, penuh tekad, namun pahit. Mungkin hanya dia satu-satunya perempuan yang Kagami kenal yang masih dapat menarik senyum di tengah carut-marut peperangan. Tangan Riko menangkup pipi Kagami, lembut namun lugas, dan sorot matanya, sorot mata itu, Kagami tahu lebih dari siapa pun bahwa tidak akan ada yang dapat mengubah pendirian Riko.
"Kalau begitu," bisik Riko, dan Kagami seketika mengerti. "Kita mati bersama."
