Wonderful Kiss

By: Kimaudrlie

.

.

.

.

Summary : Park Jimin hanyalah seorang siswa yang menyukai sebuah ciuman. Bukan masalah bukan? Toh ciuman itu hanyalah dua bibir yang saling bertemu, bukan begitu? Menganggapnya lelaki brengsek pun percuma, karena tidak ada seorangpun yang membenci ciuman seorang Park Jimin. [BTS fanfic, Park Jimin x Min Yoongi.] Oneshoot! For (late) valentine day. RnR please (:

Rate : T+

Pair : Park Jimin x Min Yoongi.

Genre : Romance, drama, & family.

Warning : OOC, miss typo(s), newbie, dan kesalahan-kesalahan penulisan EYD lainnya. I've been warned!

Note : Saya tidak akan merubah gaya menulis saya, namun akan saya perbaiki jika anda memberikan cara penulisan yang benar. Jika anda tidak suka, silahkan tekan tombol back dari sekarang. Mohon pengertiannya, saya membutuhkan review membangun anda di fanfic saya, thanks! (:

.

.

Wonderfull Kiss

Libur musim dingin ternyata berlalu begitu cepat. Ujian, hari natal dan tahun baru rasanya baru saja dilewati, namun nyatanya ini sudah memasuki pertengahan bulan Januari, dan itu berarti sudah saatnya untuk kembali ke rutinitas seperti biasanya. Bersekolah, tentu saja.

Dan pagi ini, Min Yoongi datang ke kampusnya dengan wajah suram dan uring-uringan. Kebiasaan untuk tidur larut dan bangun siang saat liburan membuatnya terjaga sampai hampir subuh kemarin, dan saat ini ia benar-benar mengantuk. Oh, kenapa semua liburan rasanya berlangsung begitu cepat? Dan pagi ini juga ia harus datang lebih awal, karena setiap semester selalu ada perubahan nomor loker sehingga ia harus melihat loker nomor berapa yang kali ini dia dapatkan.

"670." Gumamnya malas. Loker itu terletak cukup jauh dari kelas-kelas yang harus dihadirinya. Dan ia tidak terlalu suka, kalau tidak salah wilayah loker 600-7000 ada di sekitar kelas dance. Dan seorang Min Yoongi tidak pernah menyukai anak dari kelas dance manapun. Mereka terlalu sombong, arogan dan menyebalkan. Simpulnya.

Masih dengan wajah mengantuk yang kentara, Yoongi berjalan menuju lokernya untuk memasukan buku-buku tebal yang sejak tadi berada di pelukannya. Sungguh, membawa buku-buku tebal ini sedari tadi bukan tidak menguras tenaga, lho. Dengan malas ia memasukan kombinasi angkanya kemudian melempar buku-buku itu, tidak perduli isi loker semester 3 nya kali ini begitu berantakan.

Ia baru saja akan berbalik untuk pergi, namun tiba-tiba ada sebuah dada yang menempel erat pada punggungnya. Yoongi terdiam. Dada orang dibelakangnya ini terasa sangat kokoh, dan Yoongi tahu betul jika orang yang ada dibelakangnya ini adalah seorang laki-laki. Heh, otot-otot yang terasa menelanjangi punggungnya itu bisa menajdi bukti, dan Yoongi sendiri merasa nafasnya mulai pendek.

"Ada apa?" Yoongi berusaha bertanya dengan suara yang begitu pelan, nyaris merupakan bisikan. Namun sepertinya lelaki dibelakangnya ini sama sekali tidak mendengar pertanyaanya, alih-alih dijawab, ia malah disambut dengan suara derit loker yang berisik. Dan seketika Yoongi mendongak. Ternyata laki-laki dibelakangnya ini sedang mengurusi lokernya yang berada tepat diatas loker milik Yoongi. Oh, astaga. Dan setelah selesai dengan urusannya, laki-laki itu berbalik begitu saja, meninggalkan Yoongi yang menatapnya dengan wajah keras,

"Tidak bisakah kau menunggu aku selesai dengan lokerku? Aku tidak lama dan caramu sungguh tidak sopan." Semburnya keras, membuat lelaki berambut orange yang baru kali ini dilihatnya itu berbalik dan tersenyum tipis pada Yoongi. "Maafkan aku, ya?" katanya dengan sebuah wink slow motion yang membuat Yoongi terbelalak. "Kau menjijikan." Tukasnya dengan wajah datar, membuat ekspresi lelaki beramut orange itu berubah heran.

"Apa?"

"Kau tuli? Kenapa malah balik bertanya?"

"Bukannya aku sudah minta maaf?"

"Ya, tapi caramu mengedipkan mata itu terlihat begitu menjijikan."

"Menjijikan?" lelaki berambut orange itu mengernyit dalam. "Kau tidak merasa terpesona atau jantung yang terasa berdegup begitu cepat?" lanjutnya membuat wajah Yoongi berubah kesal. "Jangan main-main!" semburnya keras, Yoongi baru saja akan mendendang tulang kering laki-laki itu, namun seolah bisa membaca pikirannya, laki-laki itu segera berputar dengan gerakan menakjubkan yang membuat tendangan itu meleset dengan sempurna. Dari gerakannya saja, Yoongi tahu jika laki-laki ini anak kelas dance. Cih.

"Ah, minggir." Dengan rasa kesal yang menjadi-jadi ditambah rasa malu karena tendangannya yang meleset, Yoongi segera mendorong laki-laki itu untuk menyingkir, namun laki-laki itu malah menarik tangannya dengan cepat dan mendaratkan sebuah ciuman cepat di pipi Yoongi. "Kurang ajar!" sembur Yoongi dengan suara keras yang menimbulkantatapan heran dari orang-orang yang berlalu-lalang. Ia marah, sangat marah. Bagaimana bisa laki-laki asing ini malah mencium pipinya ditengah publik?

"Huh? Kau tidak tahu kebiasaanku?" tanyanya membuat Yoongi terdiam walau ekspresinya masih menunjukkan kemarahannya. "Memangnya kau siapa?" dan pertanyaan Yoongi itu sukses membuat laki-laki itu membelakakan matanya, "Kau tidak mengenaliku?" tanyanya, heran. "Aku tidak pernah melihatmu di televisi. Lagipula, memangnya apa ada orang yang tahan untuk tidak membanting televisi saat mereka melihat wajahmu disana?"

Masih dengan eskpresi heran, laki-laki itu berdeham kecil, "Namaku Park Jimin."

"Aku tidak bertanya." Yoongi mejawab polos.

"Kau sangat galak, mungil. Aku bertaruh jika kau tidak pernah memiliki seorang kekasih atau paling tidak, sebuah french kiss, bukan begitu?" tanyanya dengan nada menuduh yang membuat Yoongi tertohok begitu saja. "Mungil kepalamu. Kau bicara terlalu banyak. Sifat hingga asmaraku adalah urusan pribadiku dan kau sama sekali tidak memiliki hak untuk mencampurinya. Memangnya kau siapa? Ibuku? Huh!" Yoongi mendengus marah, kemudian berjalan cepat, sengaja menabrakkan bahunya dengan keras pada lelaki itu.

Lelaki berambut orange yang bernama Jimin itu terlihat sangat 'wow' dengan reaksi yang diberikan Yoongi padanya. Dimulai dari dirinya yang tidak mengenal siapa itu Park Jimin, hingga sifat galaknya yang sangat tidak sinkron dengan tubuh kecil dan wajah imutnya. Seriously? Ini adalah yang pertama kali Jimin menemukan orang seunik Yoongi. Ah, jangan lupakan pipi yang sudah ia cium beberapa saat yang lalu. Pipi Yoongi terasa sangat halus, membuat Jimin ingin sekali untuk menciumnya, lagi, lagi, dan lagi.

"Kalau begitu aku akan menjadi first kiss mu, mungil."

Ah, tidakkah Jimin menyadari jika ada seseorang yang terus mengelus pipinya dengan perasaan aneh malam ini?

Keesokan harinya, Yoongi berlari dengan cepat menuju kampusnya, ia nyaris saja terlambat karena buku tugasnya yang teringgal di atas meja belajar, mengharuskannya untuk kembali ke rumah dan memakan waktu dua kali lipat lebih lama untuk kembali ke kampus. Namun sepertinya Dewi Fortuna tidak berpihak padanya, "Ah!" ia jatuh begitu saja saat dirinya bertabrakan dengan seseorang yang juga berlari cepat dari belokan di lorong kelas.

"Ah, mungil?" dan Yoongi merasa mood nya turun begitu saja saat melihat seseorang yang baru saja bertabrakan dengannya itu adalah lelaki berambut orange bernama Jimin kemarin. Dirinya terjatuh sementara lelaki itu berdiri dengan kokohnya, seolah tidak terjadi apa-apa beberapa saat yang lalu. Yooongi segera berdiri, mengabaikan uluran tangan dari Jimin dengan wajah cuek, kemudian menepuk-nepukkan bagian belakang celananya yang menjadi sedikit kotor karena baru saja bergesekan dengan lantai. "Maaf, aku buru-buru." Ucapnya cepat kemudian membungku, dan berlari meninggalkan Jimin yang masih menatapnya hingga kembali hilang di belokan lorong.

"Ah, pria mungilku memang jutek sekali, ya." Jimin hanya menggeleng kecil kemudian berjalan mengikuti Yoongi dengan wajah calm-nya. "Aku tidak tahu seberapa kurangnya teman yang ia punya karena sifatnya itu, tapi apakah ia tidak tahu kalau hari ini tidak ada pelajaran karena ada rapat penting yang dilangsungkan oleh seluruh dosen universitas? Astaga." Jimin menggumam malas sepanjang jalan karena pertemuan kedua mereka yang sama sekali tidak berkesan.

Baru saja akan memasuki kelas Yoongi, Jimin yang akan membuka pintu kelas itu terkejut saat pintu itu terbuka lebih dulu, memunculkan hyung-nya yang kini sudah berwajah masam dan Jimin tahu betul apa penyebabnya. "Biar kutebak. Ketinggalan informasi, hm?" Jimin mendengus geli saat menatap mata Yoongi yang kini berubah menjadi garis lurus karena ia menyipitkannya. "Kenapa kau tidak bilang padaku?" Tanya Yoongi dengan nada kesal, membuat Jimin menahan kekehannya, "Memangnya aku punya timing yang tepat untuk berkata begitu padamu, hyung?" Jimin balik bertanya, membuat Yoongi terdiam dan menghembuskan nafasnya dengan cepat.

"Aku menghabiskan uangku untuk pulang-pergi rumah dua kali hanya untuk mengambil buku tugasku dan sekarang mereka rapat dengan begitu tidak berdosa?" Yoongi memutar kedua bola matanya dan berjalan menjauh dari Jimin, namun laki-laki itu buru-buru menahannya. "Mau kemana?" Tanya Jimin yang hanya jawab hembusan nafas cepat dari Yoongi. "Kau mau pulang? Aku antar." Tawar Jimin lagi, membuat Yoongi menatapnya heran. "Maumu apa, sih?0" tanyanya polos, membuat Jimin menyeringai lebar. "Tidak ada apa-apa, hanya menawarkan bantuan. Berminat untuk menerima bantuanku, hyung?"

Jimin menatap wajah berfikir Yoongi dengan gemas, bagaimana bisa ada anak laki-laki dengan wajah seimut perempuan dengan surai mint-nya yang nampak selembut rambut bayi? Jimin sendiri nyaris saja mengira jika dia adalah seorang perempuan. Dan syukurlah dada yang rata itu memberinya jawaban jika Yoongi itu adalah seorang laki-laki. Ah, jangan lupakan pipi chubby dan bibir tipis merahnya yang sempurna "—enam." Jimin mengerjap saat samar-samar ia mendengar suara Yoongi. Ah, apa ia baru saja melamun?

"A-apa, hyung?" Tanya Jimin, membuat Yoongi menggembungkan pipinya tanpa sadar, "Iya, aku mau. Dan tolong antarkan aku. Aku tinggal di apartemen di Jalan Tulips kilometer enam. Cukup jauh dari kampus dan kurasa kau akan menyesal telah menawarkan diri untuk mengantarku." Ulangnya dalam satu tarikan nafas, membuat Jimin hanya memberikan cengiran kecil padanya. "Kau bicara begitu cepat agar kau kehabisan nafas sehingga aku memberikan nafas buatan untukmu, hyung?" Tanya Jimin kurang ajar, membuat Yoongi ingin melempar wajah jelek Jimin dengan sepatu kets tebal yang dikenakannya.

"Jangan macam-macam, deh. Kau pasti sudah gila." Yoongi menghela nafas kasar, kenapa Jimin suka sekali membuatnya emosi, sih? "Kau menyebalkan." Tukasnya yang membuat Jimin tertawa keras. "Kau unik sekali, sih. Hei hyung-ku yang mungil—" Jimin meletakan lengannya di bahu Yoongi, membuat lelaki kecil itu berontak kecil, namun dengan tekanan lebih pada bahunya, Yoongi paham betul jika Jimin sedang tidak ingin dilawan dan entah kenapa ia malah menurutinya. "—Aku tertarik padamu. Kau tahu itu, kan?" tanyanya dengan bisikan pelan dan suaranya yang dalam sukses membuat Yoongi menunduk. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya, rasanya begitu aneh. Ada sesuatu yang mendidih di perutnya. Ah, entahlah.

Dan Yoongi hanya diam dengan perasaan yang sama hingga keduanya tiba di parkiran kampus.

"Jimin-oppa!" dan langkah Yoongi behenti pula saat Jimin menghentikan langkahnya. Yoongi menoleh pada seorang yeoja yang sangat cantik yang sedang berlari kecil kearah mereka berdua. Siapa perempuan ini?

"Ah, ada apa?" Jimin bertanya santai, membuat Yoongi yang berada di tengah-tengah keduanya kini merasa bingung. "Heum, hari ini kan tidak ada pembelajaran di kampus kecuali kegiatan eskul dan aku malas mengikutinya. Bagaimana kalau kita jalan-jalan ke sekitar pantai?" usulnyua, Yoongi melirik pada Jimin dan sedikit berharap laki-laki itu akan menepati ucapannya untuk mengantar dirinya pulang dan menolak ajakan yeoja –yang boleh ia akui memang cantik ini.

"Boleh juga." Dan jawaban singkat dari Jimin begitu menohok Yoongi yang kini rasanya benar-benar bodoh, ia baru saja akan menepis tangan Jimin dari bahunya, namun ucapan Jimin membuatnya berhenti, "Tapi …aku tidak bisa pergi denganmu. Kau bisa lihat aku ada urusan dengan si mungil ini, kan?" Jimin menepuk-nepuk pundak Yoongi, membuat yeoja itu menatap Yoongi dengan mata penuh selidik.

"Mainan barumu, oppa?" tanyanya sambil memandang Yoongi dengan intens dari ujung rambut hingga ujung kakinya. "Aku tidak tahu jika kau juga berminat pada laki-laki." Tambahnya kemudian mempersempit jaraknya dan Yoongi. "Kau tahu, kan? Jimin-oppa mmeiliki banyak mainan perempuan, walau baru kali ini aku melihat yang laki-laki, dirimu." Katanya sambil menusuk-nusuk pundak Yoongi dengan jari telunjuknya, membuat Yoongi mengigit bibir bawahnya. Emosinya menggebu-gebu, merasa begitu bodoh saat menyadari jika dirinya hampir saja menelan umpan yang dipancing Jimin.

"Aku bukan mainannya! Dan siapa juga yang mau jadi mainan bocah jelek ini?! Jangan sentuh-sentuh aku. Ternyata kau benar-benar menjijikan." Yoongi melepas rangkulan Jimin dengan kasar, kemudian berjalan menjauh meninggalkan keduanya dengan senyum puas dari bibir yeoja itu.

Yeoja bernama Tae Naenji itu tertawa pelan setelahnya, menatap Jimin yang kini berwajah keras, menahan amarahnya. "Kau tahu? Aku masih sangat mencintaimu." Naenji mengelus pipi Jimin menggunakan pungggung tangannya, mengabaikan tatapan datar yang kini diberikan Jimin padanya. "Rasanya begitu tidak rela saat melihat kau mulai mencari pasangan baru sementara diriku disini masih terikat padamu. Bukankah itu lucu untukmu, dan menyakitkan untukku disaat bersamaan?" tanyanya, namun tepisan kasar dari Jimin malah membuatnya tertawa.

"Oh, lihatlah. Kau selalu menolakku tetapi kau tidak pernah menolak yang satu ini—" dan dengan gerakan berani, ia meraih kedua pipi Jimin, sebelum mengeliminasi jarak diantara keduanya, melumat bergantian antara bibir atas dan bibir bawah Jimin dengan gerakan menggoda, dan sesekali menjilatnya, membuat Jimin mengerang keras, sebelum menarik kepala Naenji dan balas melumat bibirnya dengan kasar, menyerah pada gairahnya yang menggebu-gebu, tidak menyadari sebuah tatapan terluka dari Yoongi yang kini menatap keduanya sendu.

TBC.

A/N: Aduh sumpah ini updatenya telat banget QwQ . Banyak tugas sama test, saya kehilangan banyak waktu mengetik. Ini juga saya selesaikan dalam waktu satu jam dan nggak sempat dibaca ulang. Jadi maaf kalo ada typo dan keanehan lainnya. Mana laptop saya error, nyalanya susah, kadang bisa nyala kadang enggak. Kalo udah nyala sering mati sendiri. Dan kali lagi ngetik, bisa keketik ddddddddddddddd gitu terus menerus. Jadi ini ngetiknya pake eksrternal keyboard duh :'v /?

Masalah MinYoon, ini sebenernya mau saya update jadi soneshoot panjang aja, tapi kayaknya waktu tidak memungkinkan. Dan sebelum update saya semakin jauh dari hari valentine, jadi saya akan pisah jadi dua chapter. Silahkan tunggu chap selanjutnya—asap. I'm waiting for your review. Hehe (:

Kalimantan Tengah, 22 Februari 2016.

With Love, Kimaudrlie.

Important? Text me on twitter, kimaudrlie.