Don't Know Why

by

N-Yera48

Main Cast(s) :

Min Yoon Gi

Park Ji Min

Other Cast(s) :

BTS Member(s), EXO Member(s)

Rate T

Genre :

Romance, Drama

Summary :

Yoongi tidak tahu mengapa ia membeku melihat seseorang di altar sana. Yoongi tidak tahu mengapa ia bisa berada di altar sekarang. Dan Yoongi tidak tahu mengapa ia mengeluarkan dua kata "Saya bersedia." dari mulutnya. Yoongi tidak tahu mengapa. Semuanya terjadi begitu saja.

WARNING!

Shounen-ai/BL/Boys Love

Don't Like, Don't Read

It's so simple, right?

.

.

.

© N-Yera48

.

.

.

Suara alarm yang berasal dari handphone mengusik tidur seorang Min Yoongi yang masih menyembunyikan tubuhnya dalam selimut, enggan beranjak. Mencoba mengabaikan, Yoongi mengeratkan pelukannya pada bantal guling sampai suara alarm itu berhenti dan Yoongi tertidur kembali.

10 menit kemudian, suara alarm kembali memenuhi ruang kamar yang tak terlalu luas itu, memasuki indra pendengaran Yoongi–lagi–. Yoongi mencoba mengabaikannya, tetapi ia merasa melupakan sesuatu.

SRET!

Yoongi tiba-tiba bangun dan meraih handphone-nya yang masih berbunyi di atas meja nakas. Matanya melotot selebar ia bisa.

"Mampus! Hari ini jam pertama ada kelas!"

Tanpa menunggu lagi, Yoongi menyibak selimutnya sembarangan dan bergegas ke kamar mandi.

.

.

.

Yoongi menuruni bus yang berhenti di halte tak jauh dari kampusnya dengan tergesa-gesa. Berlari sekencang yang ia bisa untuk sampai ke kelas. Yoongi baru menyadari bahwa halaman kampusnya –Jeonguk University– lumayan luas. Ah, tidak. Bukan lumayan, tetapi begitu luas. Yoongi berlari sambil melirik jam tangan yang bertengger di pergelangan tangan kirinya.

07:58 am

2 menit lagi kelas akan dimulai. Yoongi meruntuk dirinya sendiri karena mengabaikan alarm yang telah dipasangnya semalam.

Karena terfokus pada jamnya, Yoongi hampir menabrak seseorang yang berjalan berlawanan arah dengannya di koridor. Untungnya Yoongi masih sempat menghindari tabrakan itu.

"Ah! Joeseonghamnida! Joeseonghamnida!" Yoongi membungkuk beberapa kali dan kembali berlari tanpa memperhatikan siapa yang hampir ia tabrak.

"Dia lucu sekali. Terburu-buru pasti karena terlambat." Lelaki yang hampir ditabrak Yoongi tersenyum dan kemudian berlalu.

.

.

.

Yoongi sampai di depan kelasnya yang berada di lantai 3 dengan terengah-engah. Ia melirik jam dipergelangan tangannya.

08.05 am

Ia terlambat 5 menit. Jika saja Yoongi naik lift mungkin ia akan tepat waktu. Namun lift-nya penuh saat Yoongi ingin menaikinya. Ya terpaksa Yoongi harus naik tangga karena tak ingin menunggu.

Yoongi mengatur deru napasnya dan mulai memutar kenop pintu kelas serta membukanya secara perlahan. Hal pertama yang memasuki indra penglihatan Yoongi adalah teman-teman sekelasnya dengan posisi tak beraturan. Ada yang berdiri menyandar di samping jendela, ada yang sedang memasukkan buku ke dalam tas, dan ada juga yang duduk secara berkelompok.

Aktivitas mereka terhenti dan semua mata tertuju padanya. Yoongi masih berada di pintu yang setengah terbuka –karena ia menarik pintu perlahan–.

"Yaaaahhh~"

"Ternyata Yoongi."

"Ku kira dosen."

Keadaan yang semula hening sejenak, kembali ricuh. Yoongi melongo di tempat karena ia belum memahami situasi. Sampai seseorang yang mulanya duduk berkelompok itu menghampiri Yoongi.

"Hei! Hari ini pak Choi tak bisa hadir karena ada urusan keluarga! Kita bebas walau sehari. Yeay~" Baekhyun–yang menghampiri Yoongi– heboh tak karuan di depannya. Yoongi blank. Jadi, perjuangannya untuk sampai ke kelas sia-sia? Begitukah?

Baekhyun yang melihat Yoongi hanya diam di tempat tanpa ekspresi menjadi bingung.

"Yoongi-ya, kau kenapa?"

"Baekhyun-ah, untuk apa aku berlarian dari tadi kalau ternyata tidak masuk? Arrghh~" Yoongi mengerang frustasi seraya menjambak rambutnya sendiri. Ia menghampiri Hoseok, Namjoon, dan Taehyung yang sedari tadi memperhatikan Yoongi yang tampak kacau.

"Kenapa tak ada yang mengirimi aku pesan bahwa hari ini tak jadi masuk?"

"Kami juga baru tahu. Kau tak lihat semua telah hadir? Kami baru mendapat pemberitahuan beberapa saat yang lalu." Namjoon mencoba menjelaskan. Yoongi mengedarkan pandangannya. Terlihat teman-temannya mulai keluar dari kelas, sepertinya hendak pulang.

"Ya sudah. Karena tak ada kelas lagi, aku mau pulang saja."

"Eits, tunggu dulu." Hoseok menahan Yoongi yang akan beranjak pergi.

"Sekarang kami berencana mengunjungi Coffee Shop yang baru buka di ujung jalan sana. Kau tak mau ikut?" Tanya Taehyung.

Berpikir sejenak, akhirnya Yoongi memutuskan untuk ikut.

"Aku ikut. Aku tak sempat sarapan tadi."

.

.

.

Disinilah mereka sekarang. Di sebuah Coffee Shop yang tak begitu jauh dari kampus. Sedikit informasi bahwa Yoongi, Taehyung, Baekhyun, Namjoon dan Hoseok sama-sama mengambil jurusan musik modern. Dan ini adalah tahun kedua mereka di Jeonguk University.

Seorang pelayan di Coffee Shop itu menghampiri mereka yang duduk di salah satu meja dekat jendela.

"Maaf, Anda mau pesan apa?"

Taehyung mengalihkan pandangannya pada Baekhyun.

"Kau mau pesan apa, Baek? Aku mau Cappuccino saja." Taehyung bertanya kepada Baekhyun terlebih dahulu. Karena selera mereka hampir sama.

"Hyung! Jangan lupa tambahkan 'Hyung' didepan namaku. Walau kita sepupu, tetap saja aku lebih tua darimu, Tae."

"Iya, Baek Hyung." Taehyung memutar bola matanya malas.

"Samakan saja dengan pesananmu."

Yoongi, Hoseok, dan Namjoon hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah kedua saudara sepupu itu.

.

.

.

Mereka berlima sedang menunggu pesanan datang.

"Menurut kalian menikah saat sedang kuliah itu bagaimana?" Hoseok mengajukan sebuah pertanyaan.

"Maksudmu menikah muda?" Namjoon balik bertanya.

"Yeah, begitulah."

"Hoseok, kau ada rencana menikah muda?" Baekhyun ikut bertanya.

"Tidak lah! Aku akan menikah setelah sukses nantinya. Dan please, aku hanya tanya pendapat kalian."

"Menurutku sih, itu romantis. Kalian tau Joonmyeon Sunbae dan Yixing Sunbae dari jurusan musik klasik? Mereka kan sudah menikah beberapa bulan lalu."

"Iya, Tae. Semua tau itu. Mereka lengket seperti lem super. Kemana saja selalu berdua." –Baekhyun.

"Kata Eomma-ku sih, menikah saat kuliah itu dapat mengganggu belajar. Setelah ku pikir-pikir, benar juga kata Eomma." Yoongi pun ikut bersuara.

"Kau pernah membahas masalah ini dengan Eomma-mu?" Tanya Namjoon.

"Bukan membahas sih. Hanya bercerita. Salah satu teman SMA–ku, Kyungsoo namanya, menikah minggu lalu padahal ia masih kuliah tahun kedua di Daegu University. Ia mengundangku sih, tapi aku tak bisa hadir karena minggu lalu kita ada ujian tengah semester. Aku menceritakan perihal pernikahan Kyungsoo kepada Eomma, dan begitulah katanya."

"Aaaaa~" Yang mendengar cerita Yoongi mengangguk mengerti.

Tiba-tiba handphone Yoongi berdering tanda panggilan masuk.

'Eomma memanggil…'

"Ah! Eomma menelepon. Tunggu sebentar ya." Yoongi sedikit menjauh dari teman-temannya.

"Baru saja Yoongi membicarakannya, sudah menelepon. Eomma-nya Yoongi panjang umur ya." –Hoseok.

Beberapa saat kemudian, Yoongi kembali. Namun bukannya duduk, ia malah memakai tas ranselnya.

"Maaf, teman-teman. Aku harus pulang ke Daegu sekarang."

"Ada apa, Yoongi-ya? Terjadi sesuatukah?" Baekhyun seakan mewakili teman-temannya bertanya pada Yoongi.

"Entahlah. Kata Eomma, ada urusan keluarga yang penting. Sebagai anggota keluarga Min, aku harus hadir. Ya sudah, pesananku untuk kalian saja ya. Aku tak bisa menunggu lebih lama." Yoongi meletakkan beberapa lembar uang di meja dan beranjak pergi.

"Hati-hati, Yoongi-ya~"

"Oke." Yoongi membalas lambaian teman-temannya sebelum keluar dari Coffee Shop.

Tepat setelah Yoongi pergi, pesanan mereka pun datang diantarkan oleh seorang pelayan yang berbeda dari sebelumnya.

"Silahkan dinikmati." Sang pelayan tersenyum manis. Dan setelah pelayan tersebut berlalu…

"Baek Hyung, kau memikirkan apa yang kupikirkan?"

"Iya. Dia tampan dan tinggi. Kau sempat melihat name tag-nya, Tae?"

"Eum! Kim Seok Jin!" Taehyung mengangguk semangat.

Namjoon dan Hoseok hanya melongo melihat tingkah dua bersaudara sepupu itu.

.

.

.

Yoongi yang telah memakai tas ransel –berisi sepasang baju– mengunci apartemen kemudian melihat jam ditangannya.

09.15 am

Yoongi akan menuju ke terminal Seoul. Pulang ke Daegu menggunakan bus adalah pilihannya. Omong-omong, ia belum makan dari pagi. Ah, Yoongi memutuskan untuk makan dalam perjalanan saja.

.

Di Seoul, Yoongi tinggal sendirian di apartemen sederhana yang ia sewa dengan uang tabungannya semasa SMA. Yoongi pun berkuliah di Jeonguk University dengan beasiswa. Sebenarnya orang tua Yoongi sanggup membiayai kuliahnya. Namun Yoongi menolak dan berusaha keras untuk mendapatkan beasiswa. Yoongi mencoba mandiri dengan jauh dari orang tua. Ya, walau pun ia masih mendapat kiriman biaya setiap bulan dari orang tuanya yang berpesan ia tidak usah bekerja paruh waktu, fokus saja pada kuliahnya.

.

.

.

Setelah kurang lebih 4 jam perjalanan, Yoongi sampai juga di terminal Daegu. Yoongi kemudian melanjutkan perjalanan pulang ke rumah dengan berjalan kaki. Sekalian menikmati pemandangan kota Daegu di siang hari.

Ketika sampai di depan rumahnya, Yoongi mengernyit bingung. Kenapa rumahnya penuh dengan rangkaian bunga? Halaman depan rumahnya juga tertata sangat rapi. Yoongi benar-benar bingung sekarang.

Saat Yoongi sampai di teras, Yoongi terlonjak kaget melihat adiknya membuka pintu tiba-tiba dan langsung memeluknya.

"Astaga, Kookie! Kau mengagetkanku!"

"Hehe.. Mianhae, Yoonie Hyung. Aku terlalu senang kau pulang."

"Ya ampun, Yoongi. Kenapa kau lama sekali? Pulang naik bus kah? Kenapa tidak naik kereta bawah tanah saja?" Nyonya Min muncul dari balik pintu.

"Maaf, Eomma. Aku hanya ingin menyegarkan mata dengan pemandangan di sepanjang jalan. Hehe. Eum, Eomma mau pergi ke pesta? Kok pakai gaun?"

"Tak usah pikirkan itu. Sekarang ayo cepat!" Nyonya Min menarik tangan Yoongi masuk ke dalam rumah.

"Lho?"

.

.

.

Sedari tadi, Yoongi dilanda kebingungan. Saat ia bertanya kepada Eomma-nya, sang Eomma hanya berkata, 'Simpan dulu pertanyaanmu untuk nanti, sayang.'

Sekarang Yoongi sudah rapi dengan balutan tuksedo warna putih. Yoongi juga sudah di make up oleh seorang wanita yang tidak ia kenal.

'Wow, ini aku? Kereen!' Yoongi memandang pantulan dirinya di cermin.

"Woah~ Yoonie Hyung manis sekali. Kyeopta!" Adik Yoongi –Min Jungkook– mengangkat dua jempol tangannya. Yoongi baru memperhatikan bahwa adiknya memakai tuksedo warna hitam.

"Nah, kau sudah siap. Mari, Yoongi-ya." Nyonya Min menggandeng tangan Yoongi keluar dari ruang make up, yang Yoongi tahu kamar tamu yang entah sejak kapan berubah jadi ruang make up.

Nyonya Min membawa Yoongi ke pintu menuju halaman belakang. Dan disana Yoongi bisa melihat tuan Min –sang Appa– tersenyum kepadanya.

'Appa juga memakai tuksedo. Apa urusan keluarga yang dimaksud Eomma semacam pesta keluarga besar? Tapi kenapa aku warna putih sedangkan Appa dan Kookie warna hitam?' Yoongi membatin.

"Eum, Apakah ad–"

"Tidak, tidak, tidak. Sudah Eomma katakan simpan pertanyaanmu, Yoongi." Yoongi terdiam mendengar perkataan sang Eomma yang sudah ia dengar berulang kali. Yoongi menjadi jengkel, namun ia berusaha sabar.

"Ku serahkan Yoongi padamu, Yeobo." Nyonya Min memberikan tangan kiri Yoongi ke dalam genggaman tangan kanan tuan Min.

"Yoongi-ya. Apakah kau sudah siap?" Tanya tuan Min.

Oke, Yoongi semakin bingung sekarang, dan entah kenapa kecepatan detak jantungnya tiba-tiba bertambah. Tetapi Yoongi tetap menganggukkan kepalanya.

Jungkook membuka pintu lebar-lebar. Dan yang pertama kali memasuki penglihatan Yoongi adalah karpet merah yang terbentang di hadapannya. Selanjutnya orang-orang yang tersenyum sumringah melihatnya. Dan kemudian seseorang yang sedang tersenyum, menatapnya lembut di ujung karpet sana. Yoongi membeku. Dan Yoongi merasa jantungnya seakan berhenti berdetak.

.

.

.

.

TBC

Yesseu! Chapter 1 siap! Disini dedek Kookie mengalami perubahan marga jadi Min ya. ^^ Dan Jimin masih saya sembunyikan. :D

Saya menunggu respon dari readers sekalian untuk penyemangat saya tentu saja. Saya membuat ini dengan perasaan berdebar-debar. Mudah-mudahan readers pun berdebar-debar. /apaan?/

Silahkan direview~ ^^