Kegelapan di sekitarnya sirna setelah sebuah kain hitam yang membebat kedua matanya tersingkap. Bola mata keemasan itu langsung berbinar memantulkan sebuah momen menyenangkan di hadapannya. Mata besar itu membulat seketika merespon sebuah kejutan yang ia terima di hari ulang tahunnya yang ketujuh belas hari ini.

"Kejutan! Selamat ulang tahun, nii-chan!" Teriakan manja itu membuat bola mata keemasannya beralih pada sosok sang adik perempuan. Gadis itu tersenyum lebar, seolah sangat senang melihat reaksi terkejut bercampur bahagia dari kakaknya itu setelah melihat ruang tamu rumah mereka didekorasi untuk menyambut ulang tahun sang kakak. Gadis berusia empat belas tahun itu memang yang merencanakan kejutan kecil untuk kakaknya. Ia serta kedua orang tuanya mempersiapkan sebuah pesta kecil. Sang kakak yang pulang agak lebih sore membuat mereka bertiga bisa menyiapkan seluruh keperluan untuk pesta kejutan itu. mereka mendekorasi ruangan, membuat berbagai jenis hidangan favorit sang kakak, dan tentu saja menyiapkan hadiah terbaik untuk sosok yang amat berarti bagi mereka.

"Li-rin," Sang kakak tergagap. Di satu sisi ia amat senang, namun di sisi lain ia gemas dengan keusilan adiknya. Bayangkan saja, ia yang saat itu tengah mengikuti klub basket harus meminta ijin untuk pulang lebih awal dikarenakan telepon dari adiknya yang mengabarkan kalau kedua orang tuanya menjadi korban perampokan. Pemuda berambut kecoklatan itu pun langsung memacu sepedanya sekencang mungkin agar tiba di rumah lebih awal. Dalam kondisi panik dan bingung saat menemukan kondisi rumahnya baik-baik saja, justru Lirin malah menyuruhnya untuk memakai sebuah penutup mata lalu masuk ke rumah dengan sosok Lirin yang mendampinginya dari belakang. Pada akhirnya ia pun menyadari kalau semua ini hanyalah bagian dari rencana usil yang dibuat oleh kedua orang tuannya.

"Goku-nii, kau tertipu…" Lirin tertawa lepas melihat wajah tecenung pemuda yang bernama Goku itu. Goku langsung mendaratkan tatapan kesalnya.

"Kau membuatku panik saja!" Rutuk Goku.

"Sudahlah, kalian berdua jangan bertengkar," Sang ibu tertawa pelan sambil melerai kedua anaknya itu. Ia pun menghampiri Goku yang masih berdiri tercenung memandangi meja berisi berbagai hidangan lezat, seolah masih belum percaya dengan apa yang ia lihat. Ia meraih tangan anaknya lembut, mengusap rambut pendek kecoklatannya. Mata keemasan Goku pun beralih menatap wajah lembut ibunya.

"Ayolah. Ini pesta yang kami buat untukmu. Kami sebenarnya tidak bermaksud membuatmu khawatir," Ujar sang ibu "Maafkan kami, Goku,"

Goku mengikuti langkah ibunya. Ia merasakan tangan hangat itu menggenggamnya erat.

"Aku mengerti. Terima kasih…" Goku menghadapi tiga sosok penting dalam hidupnya itu dengan sorot mata berkaca-kaca. Senyum haru tersungging di bibirnya seolah ingin menyampaikan rasa senang yang begitu dalam atas rasa kasih sayang dan perhatian mereka selama ini.

"Otou-san, Oka-san, Lirin-chan…Terima kasih," Seguret senyum tipis itu semakin mengembang, memperlihatkan deretan giginya, mengekspresikan kebahagiaan yang begitu mendalam. Ia masih tersenyum menghadapi mereka bertiga, bahkan ketika Lirin mengambil kue ulang tahun dengan lilin berbentuk angka tujuh belas tertancap pada permukaan kue. Api kecil membakar sumbu lilin tersebut, seketika semakin menyinari manik keemasan itu kala wajahnya mendekat pada lilin tersebut. Goku memejamkan matanya atas instruksi dari Lirin untuk membuat sebuah keinginan pada hari ulang tahunnya itu. Ia menarik nafas panjang, lalu merapalkan keinginan itu dalam hatinya.

'Aku ingin kami bersama dan menjadi keluarga yang bahagia,'

Goku tersenyum simpul setelah mengucapkan keinginannya. Dengan jeda yang lebih pendek, kali ini Goku kembali menarik nafas. Kelopak mata Goku pun membuka perlahan.

Setelah membuka matanya, ia membayangkan tiga orang yang penting baginya itu masih mengerubunginya. Lirin yang tengah memegang kue ulang tahun diapit oleh ayah dan ibunya yang tersenyum hangat padanya. Setelah itu, Goku akan meniup lilin ulang tahun lalu mendapat pelukan hangat dari mereka bertiga. Pada akhirnya mereka semua akan menikmati pesta kecil itu dengan canda dan tawa.

Itu memang hanya sebuah bayangan yang terlukis dalam bola kaca ingatannya. Goku baru menyadari hal tersebut setelah ia benar-benar membuka kedua matanya. Ia melihat sekitarnya gelap, dan bayangan dalam bola kaca itu menjauh darinya.

Goku terkejut. Ia berusaha mengejar bayangan ingatan itu, namun sebuah tangan kekar menarik raganya dari belakang. Tanpa sempat menoleh, Goku merasakan tangan yang menariknya itu membekap hidungnya. Indra penciumannya itu langsung menangkap wewangian yang membuat kepalanya pusing. Wanginya memang seperti aroma terapi yang membuat tubuhnya rileks, bahkan terlampau rileks sehingga membuat tenaganya melemah. Ia pun tak sanggup melawan sosok yang mendekap tubuhnya. Mata Goku mulai sayu.

Pemandangan di depannya mulai tak terlihat jelas. Ia hanya bisa menyaksikan bola kaca yang berisi ingatan berharganya itu semakin menjauh. Air mata Goku terjun bebas. Di tengah kesadarannya yang semakin menipis, kedua tangannya berusaha meraih ingatan itu, namun hal tersebut memang percuma.

Tetesan terakhir cairan bening dari pelupuk matanya itu mengalir di pipinya. Badan Goku limbung, tak kuat lagi menahan beban tubuhnya. Seketika Goku kehilangan kesadarannya. Mata itu terpejam, namun suara hatinya masih terus memanggil sosok-sosok yang amat ia sayangi itu.

"Oka-san! Otou-san! Lirin!"

*