Disclaimer : Masashi Kishimoto

Dont Like Dont Read

.

Seorang wanita dengan iris madu menggertakkan giginya menahan emosi yang sudah mencapai ubun-ubun. Hokage kelima itu tengah berdebat dengan kage-kage dari desa shinobi lainnya. Disampingnya, Kakashi duduk dengan wajah tenang, tetapi kekhawatiran nampak jelas di matanya.

"Aku rasa, dia pantas diberi kesempatan. Tidak bisa dipungkiri, karena bantuannya juga rencana Obito tidak terealisasi. Kalian pasti sudah sangat paham apa yang akan terjadi jika dia tidak berbalik membantu dan rencana "tsuki no me" benar-benar terelaksana," ujar Gaara.

Ini adalah pertama kalinya Gaara membela seseorang sampai seperti itu. Gaara terus saja memberikan pendapatnya agar hukuman tersebut tidak terlalu berat. Inilah satu-satunya hal yang bisa dilakukannya untuk berterima kasih pada pemuda pirang yang telah membantunya keluar dari kesendiriannya dulu.

Begitu juga dengan Tsunade dan Kakashi, dan jangan lupakan Raikage. Kakek tua yang masih memiliki badan kekar itu ikut membela missing nin Konoha tersebut. Salahkan Killer Bee yang menceramahinya tentang persahabatan dan keluarga juga ikatan antara mereka.

.

.

Uchiha Sasuke membuka matanya perlahan, pelan-pelan mencoba menyesuaikannya dengan cahaya. Tubuhnya sedikit terasa kaku, tenggorokannya juga kering.

"Akhirnya kau bangun, teme!" seru Naruto gembira. Pemuda maniak ramen itu langsung menghampiri sahabatnya yang sudah tidur lebih dari satu minggu tersebut.

Melihat gelagat Sasuke, Naruto dengan sigap menuangkan segelas air dan memberikannya pada Sasuke. Dengan cengiran khasnya, pemuda itu mengambil kembali gelas yang sudah tandas isinya tersebut.

"Berapa lama?" tanya Sasuke datar dengan suara serak.

Naruto mengernyit bingung, beberapa saat kemudian dia mengerti maksud Sasuke. "Sepuluh hari, Teme."

"Dan hukuman?" lanjut Sasuke tanpa emosi. Dia memang sudah tahu konsekuensi yang akan diterima akibat predikatnya sebagai missing nin.

Suasana kamar hening, Naruto yang biasanya hyperaktif sekarang mengunci mulutnya rapat-rapat. Pemuda itu sedikit takut dengan reaksi Sasuke jika memberitahukan hasil keputusan para kage tersebut.

Sasuke mendengus karena Naruto tidak kunjung bicara, "Naruto!"

Naruto sedikit kaget, tetapi dia langsung menutupinya dengan cengiran bodohnya.

"Aku akan memangggil nenek Tsunade dan memberitahunya kau sudah bangun," ucap Naruto seraya berlari keluar dari kamar Sasuke. Sejujurnya, Naruto tidak sanggup untuk menyampaikannya sendiri pada Sasuke.

.

.

Sosok gadis pink tengah berbaring lemah di tempat tidur pasien. Emeraldnya terlihat kosong, matanya sembab. Tentu saja dia sangat shock dengan apa yang disampaikan Tsunade.

"Untuk menghindari hukuman mati, Sasuke harus menikah dengan seseorang dan tinggal di Konoha. Dan para kage sepakat untuk memilih Haruno Sakura sebagai pendampingnya. Hal ini dilakukan agar klan Uchiha memiliki penerus dan karena Sakura satu-satunya perempuan yang dianggap cukup memenuhi syarat dalam berbagai hal."

Kata-kata itu terus terngiang di kepala Sakura. Dia ingin menolak tetapi tidak bisa, Sakura tak sanggup melihat Naruto kehilangan saudaranya lagi. Pemuda yang sudah dianggap seperti saudaranya sendiri itu begitu bahagia ketika mengetahui Sasuke berbalik membela Konoha. Sakura tahu bagaimana kuatnya ikatan diantara mereka, walaupun Sasuke pernah mengatakan kalau dia sudah memutuskan ikatan seperti itu. Tetapi Sakura yakin, jauh di dalam hati beku Sasuke, ikatan itu masih ada. Karena itu, kali ini dia yang akan berkorban untuk sahabatnya. Walaupun ia harus mengorbankan perasaannya, dia juga harus siap mental jika Sasuke tidak akan menerima pernikahan yang sudah diatur seperti ini. Gadis itu juga harus bersabar dengan setiap penolakan yang akan diterimanya dari Sasuke nantinya, karena ia sudah berjanji pada dirinya sendiri. Dulu dia yang meminta Naruto untuk membawa kembali Sasuke, sekarang gilirannyalah untuk membalas Naruto dengan menyelamatkan Sasuke dari hukuman yang menantinya. Walaupun nantinya Sasuke akan mengacuhkannya, tetapi ia tidak peduli. Yang terpenting, Sasuke tinggal di Konoha, dan Sakura tahu bagi Naruto itu adalah salah satu keinginan terbesarnya, begitu juga dirinya.

Tetapi satu hal lagi yang membuat Sakura begitu terguncang, dia merasa dirinya sudah tidak akan berguna lagi. Karena itu, dia memilih untuk langsung menyetujui apa yang menajadi keputusan para kage. Mungkin ini adalah satu-satunya hal yang bisa ia lakukan setelah kemampuannya sebagai kunoichi dan iryo-nin tidak bisa digunakan lagi akibat luka yang di deritanya.

Dan sekarang Sakura merasa dirinya benar-benar tidak berguna, dia hanya akan menjadi beban untuk orang lain. Tetapi semangat api yang diwariskan oleh hokage ketiga dulu membuat adanya harapan dalam dirinya, seandainya dia benar-benar tidak bisa apa-apa lagi. Dia bertekad untuk memulainya dari awal, berlatih, belatih dan berlatih. Mulai belajar dari nol lagi, karena ia masih memiliki harapan. Selama masih ada harapan, dia akan terus berjuang sampai titik batasnya.

.

.

.

Sasuke termenung sejenak setelah mendengar hukuman yang diterimanya. Dia mengabaikan keberadaan Tsunade yang tengah memerikasa kondisinya.

Memang hukuman yang diterimanya tidak terlalu berat. Dia hanya harus menjalani beberapa pelayanan masyarakat selama enam bulan, tidak boleh keluar dari Konoha selama satu tahun. Dan jika dia melanggar beberapa peraturan dia akan menerima konsekuensinya.

Yang membuatnya kaget adalah, dia diharuskan untuk menikah dan calon istrinya juga sudah ditetapkan oleh para pemimpin aliansi shinobi lainnya.

"Dengan siapa?" tanya Sasuke masih menatap keluar jendela.

Tsunade merapikan clipboard-nya karena sesi pemeriksaan Sasuke sudah selesai. Menghela nafas sejenak, Tsunade membuka mulutnya, "Haruno Sakura."

Tubuh Sasuke agak kaku, dan yang membuatnya lebih terkejut adalah apa yang dikatakan Tsunade selanjutnya.

"Pernikahan akan dilaksanakan dua minggu lagi," lanjut Tsunade lalu menutup pintu ruang pasien tersebut meninggalkan Sasuke yang sedikit shock.

,

,

TBC